Mengamati, Melihat, memahami, Dan Menuliskannya

Minggu, 30 Oktober 2011

Disinilah kumenemukan sesuatu yg sangat berhaga...










PROSES KEIMANAN
Uqdatul Kubro
Disaat manusia beranjak dewasa, yang ditandai oleh kesempurnaan akalnya, maka semenjak itu ia mulai berpikir tentang ‘keberadaan’-nya di dunia ini. Ia mulai berpikir tentang beberapa pertanyaan mendasar yang sangat perlu, bahkan harus ia jawab. Jawaban tersebut akan menjadi landasan kehidupan pada masa-masa selanjutnya. Selama masalah ini belum terjawab, selama itu pula  manusia seolah ‘tersesat’ tanpa tujuan jelas dan tidak akan berjalan di dunia dengan tenang. Karena sifatnya yang demikian, beberapa pertanyaan pokok dan mendasar ini sering disebut sebagai ‘uqdatul kobro’ (masalah/ simpul yang sangat besar).
Pertanyaan mendasar tersebut berupa:
- dari manakah asal manusia dan kehidupan ini?
- mau kemana manusia dan kehidupan setelah ini?  – untuk apa manusia dan kehidupan ini ada?
Bila  pertanyaan ini terjawab, -terlepas dari jawabannya benar atau salah- maka seseorang akan memiliki landasan kehidupan sekaligus tuntunan dan tujuan kehidupannya. Selanjutnya ia berjalan di dunia ini dengan ‘landasan’ tersebut; ia berbuat dengan standar dan nilai yang berdasarkan ‘landasan’ tersebut. Berekonomi dan berbudaya berdasar ‘landasan’ tersebut, bahkan ia akan mengajak orang dan kaum lain agar mengikuti ‘landasan’ tersebut.
Seseorang atau suatu kaum yang menyelesaikan ‘uqdatul kubro’ tersebut dengan jawaban: ‘kehidupan dunia ini ada dengan sendirinya, manusia berasal dari tanah/ materi dan kelak akan kembali lagi menjadi materi/ benda, sehingga manusia hidup untuk mencari kebahagiaan materi selama ia mampu hidup”; maka mereka akan hidup dengan aturan yang dibuatnya sendiri, dengan standar baik-buruk yang ia kehendaki. Mereka akan berbudaya, berekonomi dan berpolitik untuk mencapai kebahagiaan material, selama mereka mampu hidup. Orang dan kaum seperti ini tidak meyakini adanya hal ghaib (ruh, akhirat, pahala-dosa dsb). Mereka percaya segalanya materi belaka.
Sementara itu seseorang  atau suatu kaum yang menjawab: “dibalik alam dan kehidupan ini ada Sang Pencipta, yang mengadakan seluruh alam, termasuk dirinya, memberi tugas/ amanah kehidupan pada manusia dan kelak ada kehidupan lain setelah dunia ini, yang akan menghisab seluruh perbuatannya di dunia”; maka mereka  akan hidup, berekonomi, berbudaya, berpolitik dan berinteraksi dengan kaum lain, berdasarkan aturan Sang Pencipta tersebut. Standar baik-buruk berdasar aturan Sang Pencipta, dan sekaligus menjadi standar amal yang harus dipertanggungjawabkannya di hadapan Sang Pencipta.
Demikian gambaran ringkas tentang ‘landasan kehidupan’ seseorang/suatu kaum, yang sekaligus merupakan jawaban ‘uqdatul kubro’ manusia. Tetapi bagaimana jawaban yang benar terhadap masalah ini ?
Pemecahan Shohih ‘Uqdatul kubro’
Dengan berbagai upaya, manusia mencoba mencari jawaban tersebut melalui segala hal yang dapat dijangkau akalnya. Karena segala hal yang dapat dijangkau akal manusia, tidak lepas dari alam semesta (al-kaun), ma-nusia (al-insaan) dan kehidupan (al-hayaat), maka ketiga hal inilah yang dijadikan obyek/media berpikir untuk mencari jawaban yang dimaksud.
Pemecahan yang benar terhadap masalah ini tidak akan terbentuk kecuali dengan pemikiran yang jernih dan menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan; serta hubungan ketiganya dengan kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan dunia ini. Islam telah memberi jawaban melalui proses berpikir yang jernih, menyeluruh, benar, sesuai dengan  akal, menentramkan jiwa dan sesuai dengan fitrah manusia.
Islam menjawab bahwa dibalik alam semesta, manusia dan kehidupan ini ada Al-Kholiq (Sang Pencipta), yang mengadakan semua itu dari tidak ada menjadi ada. Al-Kholiq itu bersifat Wajibul wujud (wajib/pasti adanya). Ia-pun bukan makhluk karena sifatnya sebagai Sang Pencipta memastikan bahwa diri-Nya bukanlah makhluk.
Bukti bahwa segala sesuatu itu mengharuskan adanya Pencipta  yang menciptakannya dapat diterangkan sebagai berikut. Bahwasanya segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh akal terbagi dalam tiga unsur, yaitu manusia, alam semesta, dan kehidupan. Ketiga unsur ini bersifat terbatas dan bersifat lemah (tidak dapat berbuat sesuatu dengan dirinya sendiri-red.), serba kurang dan saling membutuhkan kepada yang lain. Misalnya manusia, ia terbatas sifatnya karena tumbuh dan berkembang tergantung terhadap segala sesuatu yang lain, sampai suatu batas yang tidak dapat dilampauinya lagi. Oleh karena itu jelas ia bersifat terbatas, mulai dari ‘ketiadaannya’ sampai batas waktu yang tidak bisa dilampauinya. Begitu pula halnya dengan kehidupan (nyawa-red.), ia bersifat terbatas pula, sebab penampakan/ perwujudannya bersifat individual semata. Dan apa yang kita saksikan selalu menunjukkan bahwa kehidupan itu ada lalu berhenti pada satu individu itu saja. Jadi jelas kehidupan itu bersifat terbatas. Demikian pula halnya dengan alam semesta.   Iapun bersifat terbatas.   Sebab alam semesta itu hanyalah merupakan himpunan benda-benda di bumi dan angkasa dimana tiap benda tersebut memang bersifat terbatas. Himpunan dari benda-benda terbatas dengan sendirinya terbatas pula sifatnya. Jadi alam semesta itupun bersifat terbatas. Kini jelaslah bahwa manusia, kehidupan, dan alam semesta, ketiganya bersifat terbatas (termasuk memiliki batas awal dan akhir keberadaannya).
Jika sesuatu itu bersifat terbatas,  akan didapati bahwa segala hal  tersebut tidak azali (azaliy = tidak berawal dan berakhir). Sebab apabila ia azali, bagaimana mungkin ia bersifat terbatas?. Tidak boleh tidak, keberadaan semua yang terbatas ini membutuhkan adanya pencipta yang mengadakannya, atau mewajibkan adanya ‘sesuatu yang lain’.Dan ‘sesuatu yang lain’ inilah  Al-Khaliq, yang menciptakan ma- nusia, kehidupan dan alam semesta.
Dalam menentukan sifat Al-Khaliq/ Pencipta ini tentu hanya ada tiga kemungkinan. Pertama, Ia diciptakan oleh yang lain. Kedua, Ia menciptakan diri-Nya sendiri. Ketiga, Ia bersifat azali dan wajibul wujud dan mutlak keberadaannya. Dengan pemikiran aqliyah yang jernih dan mendalam, akan dipahami bahwa: kemungkinan pertama yang mengatakan bahwasanya Ia diciptakan oleh yang lain adalah kemungkinan yang bathil (tidak dapat diterima oleh akal). Sebab dengan demikian Ia adalah mahluk dan bersifat terbatas, yaitu butuh kepada yang lain untuk mengadakannya. Demikian pula kemungkinan kedua yang menyatakan bahwasanya Ia menciptakan diri-Nya sendiri adalah kemungkinan yang bathil juga. Karena dengan demikian Ia akan menjadi makhluk dan Khaliq pada saat yang bersamaan. Jelas ini tidak dapat diterima oleh akal. Maka dari itu, hanya kemungkinan yang ketiga-lah yang shohih, yakni Al-Khaliq itu  tidak boleh tidak harus bersifat azali dan wajibul wujud serta mutlak adanya. Dialah Allah SWT.
Sesungguhnya bagi setiap orang yang mempunyai akal, hanya dengan perantaraan wujud benda-benda yang dapat diinderanya, ia dapat memahami bahwa dibalik benda-benda itu terdapat Pencipta yang telah menciptakannya. Dengan memahami bahwa semua benda-benda tadi bersifat serba kurang, sangat lemah, dan saling membutuhkan kepada yang lain, maka semua hanyalah makhluk. Karenanya untuk membuktikan adanya Khaliq yang Maha Pengatur, sebenarnya cukup hanya dengan mengamati segala sesuatu yang ada di alam semesta, kehidupan, dan di dalam diri manusia itu sendiri.
Karena itu kita jumpai bahwa Al-Qur’an senantiasa melontarkan pandangannya kepada benda-benda yang ada di sekitar manusia sambil mengajak manusia untuk mengamati segala apa yang ada di sekelilingnya dan apa yang berhubungan dengannya, agar dapat membuktikan adanya Allah SWT. Sebab dengan mengamati benda-benda akan memberikan suatu pemahaman yang menyakinkan manusia terhadap adanya Allah Yang Maha Pencipta lagi Maha Pengatur secara pasti tanpa ada keraguan. Di dalam Al-Qur’an telah dibeberkan ba-nyak ayat yang berkenaan dengan hal ini, antara lain firman Allah :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang yang berakal” (QS Ali Imran 190)
Juga Firman-Nya :
“(Dan) Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah diciptakannya langit dan bumi serta berlain-lainnya bahasa dan warna kulitmu” (QS Ar-Rum 22)
Serta firman-Nya yang lain seperti QS. Al-Ghasiyah : 17-20, juga QS. Ath-Thariq: 5-7, atau juga firman-Nya berikut yang artinya :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Ia hidupkan bumi sesudah matinya (kering) dan Ia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan dan pengisaran air dan awan yang dikendalikan antar lagit dan bumi. Sesung- guhnya pada semua itu terdapat tanda-tanda (Keesaan dan Kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (QS Al-Baqarah 164).
Masih banyak lagi ayat sejenis yang mengajak manusia untuk memperhatikan benda-benda alam, serta melihat apa yang ada disekelilingnya untuk dijadikan petunjuk atas adanya Pencipta yang Maha Pengatur. Dengan demikian imannya kepada Allah SWT menjadi mantap, yang berakar dari akal dan bukti.
Inilah jawaban shohih secara ringkas, tentang keberadaan Al-Khaliq dibalik manusia, alam semesta dan kehidupan.
Sifat Fitri Keimanan
Memang benar, bahwa iman kepada Yang Maha Pengatur ini merupakan suatu hal yang fithri dalam diri setiap manusia. Akan tetapi iman yang fithri ini hanya muncul dari perasaan hati yang ikhlas belaka. Dan proses semacam ini tidak bisa dianggap aman akibatnya serta tidak akan membawa sesuatu ketetapan/ keyakinan apabila ditinggalkan (tanpa dikaitkan dengan akal-red.). Sebab perasaan hati semacam ini sering menambah-nambah terhadap apa yang diimani dengan sesuatu yang realistis. Bahkan mengkhayalkannya dengan sifat-sifat tertentu yang lazim terhadap apa yang ia imani sehingga dapat menjerumuskan ke arah kekufuran dan kesesatan. Penyembahan berhala, khurafat (cerita bohong)  dan kebatilan, tak lain tak bukan akibat yang timbul dari salahnya perasaan hati. Maka dari itu Islam tidak membiarkan perasaan hati ini sebagai satu-satunya jalan menuju iman.
Islam menegaskan penggunaan akal bersama-sama dengan perasaan hati dan mewajibkan atas setiap muslim untuk menggunakan akalnya dalam beriman kepada Allah SWT serta melarang bertaklid dalam urusan aqidah. Untuk ini Islam telah menjadikan akal sebagai timbangan dalam beriman kepada Allah. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (QS Ali Imran 190)
Oleh karena itu maka wajib bagi setiap muslim untuk menjadikan imannya betul-betul timbul dari proses berfikir, penelitian, dan memperhatikan serta bertahkim pada akalnya dalam beriman kepada Allah SWT secara mutlak.
Batas Akal Dalam Memahami Al-Khaliq
Kendati wajib atas manusia untuk menggunakan akalnya dalam beriman kepada Allah SWT, namun tidak mungkin baginya untuk memahami apa yang ada diluar jangkauan indra dan akalnya. Hal ini karena sifat dan kekuatan akal manusia terbatas, sehingga pemahamannya-pun terbatas.
Oleh karenanya, akal tidak mampu untuk memahami Dzat Allah dan hakekat-Nya, sebab Allah berada diluar ketiga unsur pokok alami yang dapat diindera manusia (alam semesta, manusia dan kehidupan). Hanya saja tidak dapat dikatakan: “Bagaimana mungkin orang dapat beriman kepada adanya Allah SWT, sedang akalnya sendiri tidak mampu memahami Dzat Allah?” Tidak, tidak bisa dikatakan demi- kian, sebab  pada hakekatnya iman itu adalah percaya akan adanya (wujud/keberadaan-Nya) Allah, dimana wujud Allah ini dapat dipahami melalui keberadaan makhluk-makhluk-Nya, yaitu alam semesta, manusia dan kehidupan. Ketiganya ini berada dalam batas-batas yang dapat dicapai oleh akal.
Dengan memahami ketiga hal itu, orang dapat memahami adanya Khaliq, yaitu Allah SWT. Karenanya, iman kepada adanya Allah harus berdasarkan akal dan dalam jangkauan akal. Berlainan halnya jika orang hendak memahami Dzat Allah dimana hal ini mustahil terjadi. Sebab Dzat-Nya berada diluar unsur alam semesta, manusia dan kehidupan. Jadi Ia berada diluar jangkauan kemampuan akal. Padahal akal itu sendiri tidak mungkin memahami hakekat apa yang berada diluar jangkauannya, disebabkan keterbatasannya untuk dapat melakukan hal itu.
Sesungguhnya apabila iman kepada Allah SWT muncul dari akal, pemahaman kita terhadap adanya Al-Kholiq pun akan menjadi sempurna pula. Apabila perasaan hati (yang timbul dari fithrah-red.)  yang     mengatakan    adanya Allah dibarengi oleh akal maka perasaan semacam ini akan tumbuh menjadi suatu keyakinan yang kokoh, yang akan memberikan suatu pemahaman yang sempurna serta perasaan yang yakin atas semua sifat-sifat ketuhanan. Dengan sendirinya hal ini akan meyakinkan diri kita bahwa kita tidak akan sanggup memahami hakekat Dzat Allah, justru karena kuatnya iman kita kepada-Nya.
Kebutuhan Manusia Terhadap Rasul
Adapun bukti mengenai kebutuhan manusia terhadap para rasul dapat kita lihat dari terbuktinya manusia sebagai makhluk Allah SWT yang bersifat terbatas, akal dan kemampuannya. Juga dapat dilihat dari terbuktinya agama itu sebagai suatu hal yang fitri dalam diri manusia, karena ia merupakan salah satu fitrah pen-taqdis-an (pengagungan dan pensucian- red.) manusia. Dalam fitrahnya itu manusia senantiasa mentaqdiskan Penciptanya. Pekerjaan mentaqdiskan inilah yang selanjutnya dikenal sebagai ibadah, yang merupa- kan tali penghubung antara manusia dan Penciptanya. Apabila hubungan ini dibiarkan sendiri tanpa aturan akan cenderung terjadi kekacauan ibadah serta menyebabkan terjadinya penyembahan terhadap selain dari pencipta yang sebenarnya. Jadi harus ada aturan tertentu yang mengatur hubungan ini dengan baik. Hanya saja aturan ini tidak boleh datang dari fihak manusia, karena ia sendiri tidak mampu memahami hakekat Khaliq (maksudnya tentang perbuatannya, apakah perbuatan itu diterima atau ditolak oleh Khaliq-red.) untuk dapat meletakkan aturan antara dirinya dengan Sang Pencipta. Karenanya aturan ini harus datang dari Khaliq serta harus sampai ke tangan manusia. Maka tidak boleh tidak harus ada para rasul yang  menyampaikan agama Allah ini kepada umat manusia.
Bukti lain akan kebutuhan manusia terhadap para rasul adalah bahwa pemuasan manusia akan tuntutan kebutuhan-kebutuhan jasmani dan gharizah/ nalurinya  merupakan hal yang mutlak perlu. Jika pemuasan ini dibiarkan berjalan tanpa aturan akan menjadi pemuasan yang salah, berlebihan serta menyebabkan malapetaka bagi manusia. Karena itu harus ada aturan yang mengatur gharizah dan kebutuhan-kebutuhan jasmani ini. Tetapi aturan ini tidak boleh datang dari pihak manusia, sebab pemahamannya dalam mengatur gharizah dan kebutuhan jasmani selalu menjadi obyek (sasaran) kekeliruan, perselisihan dan keterpengaruhan oleh lingkungan yang didiaminya. Maka dari itu aturan tersebut harus datang dari Allah SWT, yang untuk dapat sampai ke tangan manusia, haruslah melalui seorang rasul.
Bukti Al-Quran Kalamullah
Adapun bukti -yang sangat mudah- bahwa Al-Qur’an itu datang dari Allah SWT,dapat dilihat dari kenyataan/fakta bahwa Al-Qur’an itu sebuah kitab berbahasa arab yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Karena fakta tersebut, maka dalam upaya menentukan ‘dari mana’ asal Al-Qur’an itu, dapat kita jumpai adanya tiga kemungkinan. Pertama, ia merupakan karangan bangsa Arab. Kedua,  ia merupakan karangan Muhammad SAW. Ketiga, ia berasal dari Allah semata,sebagaimana pernyataan pembawanya. Tidak ada kemungkinan lain selain dari yang ketiga ini. Sebab Al-Qur’an adalah khas Arab, baik dari segi bahasa maupun sastranya.
Kemungkinan yang   pertama, yang mengatakan bahwa Al-Qur’an merupakan karangan bangsa Arab adalah suatu kemungkinan yang bathil. Sebab Al-Qur’an sendiri telah menantang mereka (bangsa Arab) untuk membuat karya yang serupa. Sebagaimana tertera dalam ayat:
“Katakanlah: ‘Maka datangkanlah sepuluh surat yang menyamainya” (QS. Yunus 105)
“Katakanlah: Kalau benar yang kamu katakan maka cobalah datangkan sebuah surat yang menyerupainya” (QS Yunus 38)
Bangsa Arab telah berusaha untuk menghasilkan karya yang serupa, akan tetapi mereka tidak juga berhasil. Jadi Al-Qur’an bukan berasal dari perkataan orang Arab, karena ketidak-mampuan mereka untuk menghasilkan karya yang serupa.
Adapun kemungkinan yang  kedua, yang mengatakan bahwa Al-Qur’an itu karangan Muhammad SAW, adalah kemungkinan yang  bathil  pula.  Sebab Muhammad adalah orang Arab juga. Bagaimanapun jeniusnya, tetaplah ia sebagai seorang manusia yang menjadi salah satu anggota dari bangsanya. Selama bangsa Arab tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, maka masuk akal pula apabila Muhammad SAW yang orang Arab itu juga tidak mampu menghasilkan karya yang serupa. Jelaslah bahwa Al-Quran, bukan karangannya.
Hal  tersebut   makin diperkuat dengan banyaknya hadits-hadits shahih dan mutawatir dari Nabi Muhammad SAW, yang bila setiap hadits ini dibandingkan dengan ayat manapun dalam Al-Qur’an maka tidak akan dijumpai adanya kemiripan dari segi gaya bahasa (uslub), padahal keduanya berasal dari orang yang sama. Akan tetapi keduanya tetap berbeda dari segi gaya bahasanya. Dan bagaimanapun kerasnya seseorang untuk menciptakan berbagai macam gaya bahasa dalam pembicaraannya,  tetap akan terdapat kemiripan antara gaya bahasa yang satu dengan gaya bahasa yang lain. Jadi karena tidak ada kemiripan antara gaya bahasa Al-Qur’an dengan gaya bahasa hadits maka yakinlah bahwa Al-Qur’an itu bukan perkataan Nabi Muhammad SAW.
Maka terbantahlah kemungkinan pertama dan kedua. Kini tinggal tuduhan lain yang mereka lontarkan, yaitu bahwa Al-Qur’an itu di-sadur oleh Muhammad SAW dari seorang pemuda Nasrani bernama Jabr. Tuduhan ini ditolak keras oleh Allah SWT melalui firmanNya:
“(Dan) Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, ‘Sesungguhnya Al-Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya (adalah) bahasa ‘ajami (non Arab), sedangkan Al-Qur’an itu dalam bahasa Arab yang jelas” (QS An-Nahl 103)
Inilah pembuktian yang jelas bahwa Al-Qur’an itu bukan karangan bangsa Arab atau karangan Muhammad SAW. Al-Qur’an adalah perkataan  Allah (kalam Allah) yang menjadi mukjizat bagi pembawanya (yaitu Muhammad SAW-pen). Tidak ada kemungkinan lain selain ini, dilihat dari kenyataan bahwa Al-Quran itu berbahasa Arab.
Karena tidak ada yang membawa syariat dan mukjizat kecuali seorang nabi dan rasul, maka berdasarkan hal ini dapat diyakini dengan akal sehat dan jernih, bahwa Muhammad SAW itu seorang Nabi dan Rasul.
Demikian uraian-uraian singkat namun jelas dan tegas tentang    dalil aqli untuk beriman kepada (wujudnya) Allah, kepada kebenaran kerasulan Muhammad SAW dan kepada Al-Qur’an, bahwasanya Al-Qur’an itu merupakan kalam Allah.
Konsekuensi Iman Kepada Allah,
Rasulullah SAW, dan Al-Quran
Jadi iman kepada (wujud) Allah itu datang dari akal, dan memang harus datang dari jalan seperti ini. Ini pula yang menjadi dasar kuat untuk beriman terhadap hal-hal ghaib dan segala hal yang dikabarkan oleh Allah SWT. Sebab jika kita telah beriman kepada Allah SWT, yang memiliki sifat-sifat Ketuhanan itu, maka wajib pula bagi kita untuk beriman terhadap apa saja yang dikabarkan oleh-Nya. Baik hal itu dapat dicerna oleh akal maupun tidak, karena semua itu dikabarkan oleh Allah SWT.
Dari sini kita wajib beriman kepada hari kebangkitan dan pengumpulan (Ba’ats), surga dan neraka, hisab dan siksa, juga beriman akan adanya malaikat, jin dan syaithan, serta  apa saja  yang telah di-terangkan Al-Qur’an dan hadits qath’i. Iman seperti ini walaupun didapat dengan jalan ‘mengutip’ (naql) dan ‘mendengar’ (sama’), akan tetapi pada dasarnya telah terbukti oleh akal. Jadi aqidah seorang muslim itu harus bersandar kepada akal atau pada sesuatu yang telah terbukti dasarnya oleh akal. Apa saja yang tidak terbukti oleh kedua jalan tadi, yaitu akal serta nash Al-Qur’an dan hadits qath’i (mutawatir), haram baginya untuk mengi’tiqadkannya. Sebab, aqidah tidak boleh diambil kecuali dengan kepastian (keyakinan).
Oleh karena itu kita wajib beriman kepada kehidupan sebelum dunia, yaitu adanya Allah SWT dan proses penciptaan oleh-Nya; serta beriman  kepada kehidupan setelah dunia yaitu hari akhirat. Perintah-perintah Allah itu merupakan tali penghubung (sillah) antara kehidupan dunia dengan kehidupan sebelum dunia, yaitu hubungan penciptaan ( shilatul khalq); dan sekaligus menjadi tali penghubung kehidupan dunia dengan kehidupan sesudah dunia (shilatul muhasabah ). Dan pastilah hal ikhwal manusia terikat oleh tali penghubung ini. Karenanya manusia wajib berjalan dalam kehidupan ini sesuai dengan peraturan Allah dan wajib beri’tiqad bahwa ia diciptakan  oleh Allah, dan akan dihisab di hari kiamat atas segala perbuatannya di dunia.
Dengan demikian telah terbentuklah pemikiran yang jernih tentang apa yang ada di balik kehidupan, alam semesta dan manusia. Serta telah terbentuk pula pemikiran yang jernih tentang alam sebelum dan alam sesudah dunia. Dan bahwasanya terdapat ‘ tali penghubung’ antara dunia dengan kedua alam tersebut. De-ngan demikian telah terurailah ‘masalah besar’ itu  secara pasti kebenarannya dengan Aqidah Islamiyah.
Apabila manusia telah berhasil memecahkan hal tadi ia dapat beralih memikirkan kehidupan dunia serta mewujudkan mafahim yang benar (terhadap dunia), yang dihasilkan dari pemikiran dasar tersebut. Pemecahan itu pula yang menjadi dasar bagi berdirinya suatu prinsip ideologis kehidupan (mabda‘) yang membentuk jalan menuju kebangkitan suatu kaum. Mabda itu pula yang akan menjadi  dasar bagi tumbuh kembangnya peradaban (hadloroh) suatu kaum. Juga menjadi dasar bagi peraturan-peraturan hidupnya, dan juga menjadi dasar untuk mendirikan Negaranya. Dengan demikian dasar bagi berdirinya Islam, baik secara fikroh (ide dasar) maupun thoriqah (pola operasional/metode pelaksanaan) adalah Aqidah Islam itu sendiri. Allah SWT berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada Kitab yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya dan kepada Kitab yang diturunkan sebelumnya. Dan siapa saja yang mengingkari Allah dan Malaikat-Nya dan Kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya dan hari akhir maka ia telah sesat sejauh-jauhnya kesesatan” (QS An-Nisa 136)
Apabila semua ini (Iman kepada Allah, dst. tadi) telah terbukti kebenarannya, maka wajib pula iman kepada Syariat Islam (sebagaimana terhadap Aqidah Islam). Karena seluruh syariat ini tercantum dalam Al-Qur’an dan telah dibawa oleh Rasulullah SAW. Apabila tidak beriman maka ia kufur. Seorang yang ingkar terhadap hukum-hukum syar’i secara keseluruhan atau sebagian, dapat menyebabkan ia menjadi kufur. Baik hukum-hukum itu berkaitan dengan ibadat, muamalah, uqubat (sanksi), ataupun math’umat (yang berkaitan dengan makanan).  Maka  kufur terhadap ayat:
“Dirikanlah shalat..”.
sebenarnya sama saja kufur terhadap ayat :
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS Al-Baqarah 275)
Atau terhadap ayat :
“Laki-laki  yang  mencuri  dan   perempuan yang   mencuri potonglah tangan kedua-ya” (QS Al-Maidah 38).
atau ayat :
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan (hewan) yang disembelih atas nama selain Allah” (QS Al-Maidah 3)
Dengan   demikian, iman terhadap syari’at sebenarnya tidak berhenti pada akal semata, tetapi juga harus ada penyerahan mutlak terhadap segala yang datang dari sisi-Nya, sebagaimana firman Allah SWT:
“Maka demi Rabb-mu mereka itu (pada hakekatnya) tidak beriman sebelum mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim (pemutus)    terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa di hati mereka suatu keberatan terhadap putusan yang engkau berikan dan mereka menerima (pasrah) dengan sepenuhnya” (QS An-Nisa 65)
Kebangkitan Manusia
Bangkitnya  manusia  tergantung  dari landasan kehidupan (aqidah)nya; yang merupakan jawaban atas pertanyaan mendasar tentang kehidupan ini.  Karenanya umat harus diarahkan kepada aqidah yang benar, sehingga memiliki pandangan hidup yang benar dan mendorongnya berbuat sesuai dengan aturan yang muncul dari aqidah yang benar tadi. ‘Pemahaman aqidah’ ini selalu ada dalam diri suatu manusia, umat atau kaum; karenanya, untuk mengubah keadaan suatu kaum agar bangkit, aqidah inilah yang harus diubah terlebih dahulu. AllAh SWT berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah ‘keadaan’ suatu kaum sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka” (QS Ar-Ra’d : 11)
Satu-satunya jalan perubahan adalah dengan membentuk pemikiran yang benar dan jernih tentang aqidah yang shohih yang melandasi kehidupan dan kebangkitannya. Hal ini dapat dicapai dengan menyampaikan (kepada manusia-pen) pemikiran yang benar tentang pemecahan simpul pada ‘masalah besar’ (Uqdatul Kubro ) dalam diri manusia. Apabila masalah besar ini telah teruraikan, maka terurai pulalah masalah yang lainnya, sebab hanya merupakan bagian atau cabang dari masalah besar tadi. Oleh karena itu bagi mereka yang menghendaki kebangkitan dan kehidupan berada diatas jalan yang mulia harus terlebih dahulu memecahkan masalah besar ini dengan pemecahan yang benar, yakni dengan aqidah yang benar.
Islam telah menangani ‘masalah besar’ ini. Dipecahkannya untuk manusia dengan pemecahan yang sesuai dengan fitrah, memuaskan akal serta memberikan ketenangan jiwa. Oleh sebab itu Islam dibangun diatas satu dasar, yaitu aqidah, yang mengatakan bahwasanya dibalik alam semesta, manusia dan kehidupan terdapat Pencipta (Khaliq) yang telah menciptakan ketiganya, dan yang telah menciptakan pula segala sesuatu yang lainnya. Dialah Allah SWT. Aqidah yang mengatakan bahwasanya Pencipta ini telah menciptakan segala sesuatu dari tidak ada. Ia bersifat wajibul wujud (wajib adanya), Ia bukan makhluk, karena sifat-Nya sebagai Pencipta memastikan bahwa diri-Nya bukan makhluk, serta memastikan pula bahwa Ia mutlak adanya. Karena segala sesuatu menyandarkan wujudnya kepada diri-Nya, sedangkan Ia tidak bersandar kepada sesuatu apapun.
*******
Rujukan : Kitab Nidzamul al-Islam karya Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani, HTI Press, 2008, Jakarta.



aku telah menemukan,Alhamdulillah.., Allahu Akbar!!








ada sebuah fakta menarik,bahwa negeri jepang dengan kemajuan iptek yg pesat mengalami kegersengan ruh. ini bisa kita lihat dari angka statistik jumlah para pemuda yg melakukan aksi bunuh diri karena tidak mengetahui akan tujuan penciptaaanya.

ketika manusia hidup di dunia ini, dimana dunia ini adalah bagian dari alam semesta, maka adalah suatu hal yg sangat penting untuk dijawab oleh manusia sendiri tentang siapa dirinya, tentang alam semsta,dan tentang kehidupanya, apa yg ada sebelum ketiganya ada ? untuk tujuan apakah ketiganya diciptakan ? dan apakah ketiganya akan kekal ? ataukah tidak kekal? jika tidak kekal akan kemanakah setelahnya ? beserta apa apa hubungan yg ada sebelum kehidupan ini dengan kehidupan saat ini,dan apapula hubungan yg ada saat ini dengan kehidupan setelahnya ?

bagi manusia yg malas berpikir ia akan mengabaikan pertanyaan penting ini, walaupun jiwanya akan mudah terombang-ambing. ada juga manusia yg pura-pura tidak tau terhadap pertanyaan2 penting tersebut, namun ada juga yg serius dan tekun untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan2 penting ini hingga terjawab dengan tuntas.

wahai pembaca yg budiman, sudahkah anada mampu menjawab secara cemerlang untuk menjawab pertanyaan tentang dari mana kau berasal ? untuk apa aku diciptakan? dan bagaimana seharusnya aku menjalani kehidupan ini ? dan bagi yg muslim,mengapa anda memilih untuk menjadi seorang muslim ?

keberhasilan anda menjawab scara benar pertanyaan2 diatas akan mampu meneriakkan secara lantang,seperti halnya saya menemukanya, dan ini adalah harta yg tak terkira menggembirakan bagi kehidupanku.   " aku telah menemukan,Alhamdulillah.., Allahu Akbar!! "

selamat berpikir...

terinspirasi dari kitab Tafkir,syaikh Taqiyuddin An-Nabhani

Seren,purworejo yg panas,30-10-2011

Jumat, 28 Oktober 2011

penjajah itu datang..



sore ini abis nonton TV-one di tenpat aku kerja, sepertinya sedang rame2nya membhas tentang kedatangan obama.., mulai dari liputanya diwaktu kecil di menteng sampe dia menjadi presiden USA. dalam acara di TV one tersebut kuliat banyak pejabat negeri iini yg begiru banyak berdatangan dalam acara jamuan makan malam menyambut obama di istana merdeka, dan kabarnya besok obama akan berkunjung ke masjid is-tiqlal jakarta..,

diluar basa-basi kunjungan obama di indonesia, obama ini adl pemimpin negara USA. USA dibawah kepemimpinya telah melakukan penjajahan dinegeri2 kaum muslimn, pembantaian umat islam di irak, afganistan,dan palestine adalah sedilit dari sekian banyak prestasi penjajahan yg dilakukan USA dibawah kepemimpinan obama, dan tampaknya prestasi lain dari obama adalah dpt berkunjung ke indonesia, dan ini tentu adalah prestasi dari agen penguasa negeri ini dalam menjamu pemjajah,

penjajah itu datang..,wahai umat islam lakukanlah perlawanan..!!!


wonosobo, 09/11/'10

ketika tantangan itu datang...

kemarin jalan-jalan sillah ukhuwah ke siswa binaan, mendengarkan keluh kesah dan problematika yg mendera mereka. yg satu dilarang orang tua, yg satu dituduh aliran ini itu, yg satu males klo diajak kajian dsb...
 dakwah itu memang penuh tantangan, namun aktivitas apakah yg lebih mulia selain dakwah ?

purworejo,19/03/2011

Para Bidadari Ost Mutiara Kebangkitan




Ketika negeri diliputi kelam, Karena meraja kezaliman
Manusia lemah semakin berjatuhan, Tanpa daya menghentak himpitan
Kala negeri diselimuti hitam, Karena berkuasa kemaksiatan
Manusia senang berlaku liar, Tanpa takut dosa di ingatan
Para Bidadari gagah menyibak suram, Mempersembahkan syari’ah bagi peradaban
Sebagai pembebas
Sebagai cahaya
Para Bidadari tampil tegar melawan, Menghantar manusia kembali ke kemuliaan
Sebagai sahabat
Sebagai saudara
Merekalah wanita sholihah pemegang janji …Syahadah mereka
Merekalah wanita sholihah penjaga panji …Al-Liwa & Ar Roya
Oleh: Nafiisah FB
(www.syariahpublications.com)

Kamis, 27 Oktober 2011

ujian demi ujian...

ada sesuatu hal menarik yg disampaikan oleh seorang sahabat tentang aktivis dakwah. waktu itu aku sedang mengevaluasi tentang dakwah kampus dan perkembanganya, kami sedang membicarakan tentang beberapa aktivis dakwah yg kemudian sedikit demi sedikit hilang dari peredaran. setelah dianalisis penyebabnya memang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhinya. ketika sang aktivis kuliah ia akan berhadapan dengan jadwal kuliah yg mungkin padat, menjelang kelulusan dia akan mulai sedikit menjauh karena tugas akhir,dan ujian yg semakin dekat. ketika lulus kuliah ia akan dihadapkan dengan masalah mencari pekerjaan yg membuat dia sedikit pusing, giliran sudah dapat pekerjaan mulailah ia berpikir tentang nikah, pada titik ini jika tidak hati-hati bisa mental beneran..,jika dia sudah dapet istri mulailah berpikir tentang nafkah,punya anak, biaya hidup,sekolah,dan urursan seabrek lainya yg seolah tiada habisnya..yg semuanya itu adalah alasan dari menunaikan kewajiban berdakwah...lantas kemudian muncul pertanyaan dimana idealismemu ketika kuliah..?

dalam obrolan bersama kawanku tadi,hal-hal diatas dianggap wajar dalam arti begitulah masalah yg akan menimpa manusia yakni ujian demi ujian, yg kami bahas waktu itu adalah peran pembinaan yg dialakukan oleh pembina ( musyrif ) dalam mengontrol halaqohnya, dalam merapikan anggota halqohnya. disinilah peran pembina ( musyrif ) dalam mengontrol syakhsiyyah para anggotanya.

wonosobo,27-10-2011 



Rabu, 26 Oktober 2011

kitab TAfkir ( rugi klo gak baca )

buku ini lebih mustanir dari pada bukunya edward debono dengan lateral thinkingnya. lahirnya proses berpikir karena 4 komponen : akal, fakta terindera, panca indera, informasi sebelumnya. ingin menjadi manusia cerdas maka baca kitab ini !

Selasa, 25 Oktober 2011

buku yg dahsyat : panduan berpikir cepat dan produktif ( terjemahan kitab sur'atul badihah )

buku ini dulu aku beli ketika di wonosobo expose di gedung adipura, harganya tak terlalu mahal,namun isinya sungguh luar biasa bagus sekali. jika kita suka dengan buku-buku yg membahas tentang " berpikir" rasanya akan rugi jika belum membaca buku ini. buku ini merupakan salah satu karya masterpiece ulama syaikh taqiyuddin an-nabhani. dan tentu seperti judulnya akan membuat kita semakin cepat dan produktif dalam proses berpikir. boleh pinjem kok..(^_^)'

wonosobo,26-10-2011

bacaan yg menggetarkan jiwa : Pesan-Pesan Menggugah untuk Pengemban Dakwah

buku ini bisa dibaca ketika kita mengalami kemalasan, futur,dan lemah semangat. Dosis tinggi! mo baca tapi belum bisa beli,saya siap memberikan pinjaman. buku ini adalah hadiah dari seorang kawan syabab di hari pernikaanku. terima kasih kawan...

Sering karna kesibukan dalam aktifitas dakwah ataupun kegiatan keseharian, seorang sktivis dakwah melupakan amalan-amalan penting bagi qalbunya. Akibatnya, nuansa spiritual hilang dari kehidupannya. Dakwahnya terjebak dalam rutinitas. Pengaruh tak membekas. Kata-katanya kering dari nilainilai ruhiah. retoriknya tak lagi menggugah, apalagi mendorong orang untuk segera menjemput hidayah dan bertaqqarub kepada Allah. Bahkan tidak jarang, ghirah dakwahnya menurun, dan himmah-nya pun tak lagi menyala-nyala. Jika Anda seorang aktivis dakwah dan menglami hal semacam ini, tentu anda tidah boleh terlena dan hanya berdiam diri. Anda perlu segera berbenah. buku ini hadir antara lain sebagai upaya dari penulisnya seorang ulama, mujahid dan aktivis dakwah untuk membangkitkan kembali ghirah dakwah serta menajamkan lagi himmah anda sebagai pengemban dakwah. Dengan bahasa yang sederhana dan mudah, namun amat mendalam dan bernas, buku ini sarat dengan pesan-pesan ruhiah yang menggugah, khususnya bagi pengemban dakwah, yang ingin menata kembali qalbunya agar tetap istiqamah di jalan dakwah, terutama dalam perjuangan berat menegakan kembali Daulah Khalifah 'ala minhaj an-Nubuwwah, demi tegaknya syariah dan tersebarnya hidayahAllah bagi seluruh umat manusia.

wonosobo,26-10-2011

BUku BaGus : MENJADI PEMBELA ISLAM

BUku ini sungguh luar biasa, bagi yg pengen baca, bisa pinjem ke aku, menurut penulisnya, Ust.Rahmat Kurnia buku ini didesikan untuk : Siapa saja yang hendak memahami hakikat hidup dan jalan ketaatan, buku ini dapat memberikan gambaran dasar —namun, inti—tentang apa yang diperlukannya. • Bahasan dalam buku ini memberikan peta persoalan pokok yang kini tengah bergelimpangan di depan mata bagi mereka yang tertarik untuk memahami pangkal masalah-masalah tersebut. • Siapa saja yang tengah kebingungan atau kesulitan dalam menentukan arah perjuangan demi tegaknya Islam akan menemukan jalan yang dapat ia tempuh. • Para aktivis dakwah yang hendak merekrut kader demi memperkuat barisan pengemban dakwah dapat menggunakan urutan bahasan dalam buku ini. • Pengamat politik, khususnya pengamat pergerakan kebangkitan Islam, dapat mengetahui arah melajunya kebangkitan Islam.

Wonosobo yg dingin, pukul 01.00,26-10-2011

Istriku seorang pengemban dakwah


Terima kasih ya Allah..engkau mengaruniakan padaku seorang istri yg menyejukkan pandangan…

Terima kasih ya Allah..engkau mengaruniakan padaku istri yg ketika aku lelah, dan ketika melihatnya membuatku seolah sirna segala keletihan...

Terima kasih ya Allah..engkau mengaruniakan padaku seorang istri yg menjadi penasihat terbaik bagiku…

Terima kasih ya Allah engkau mengaruniakan kepadaku seorang istri yg seorang pengemban dakwah…

“Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah, rumah yang luas/ lapang, tetangga yang baik (shalih), dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jahat, istri yang jahat (tidak shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban)

Ibs, Wonosobo hujan rintik-rintik.., 25-10-2011 

Jumat, 21 Oktober 2011

Ta'aruf


ba'da dzuhur, seorang pemuda pergi ke rumah temenya karena suatu keperluan. dalam perjalanan menuju rumah temenya tsb sang pemuda pikiranya terasa melayang, jantungnya terasa berdegup klencang, entah apa yg dia pikirkan. sampai di rumah temanya tadi sekitar jam 1 siang. terasa hati sang pemuda terasa gugup, tapi... bismillah saja.., rumah sang teman tadi masih tampak sepi. sang pemuda tadi disambut dengan ucapan salam oleh temanya tadi, duduk lesehan, dan sedikit ngobrol-ngobrol tentang program dakwah kampus.
istri temanya sang pemuda yg kebetulan sedang dikamar ngemong anaknya memanggil teman sang pemuda ( suaminya ). trus mereka, teman sang pemuda beserta istrinya keluar berdua, terlihat si istri temanya tampak memegang HP menghububgi seseorang. pikiran sang pemuda tampak semakin gak karu-karuan. setelah itu selang beberapa menit, terdengat sepeda motor. sang istri teman pemuda tadi keluar menyambut ytg datang. terdengar oleh sang pemuda remang-remang : " 'afwan terlambat ya ". hati sang pemuda semakin gak karu-karuan, suasana terasa semakin panas ( suhu kota pensiunan ini memang sedang lumayan panas ).

ketika dia datang, sang pemuda tampak malu-malu belum berani melihat wajahnya secara langsung, dia lewat persis disamping sang pemuda, karena memang kebetulan sang pemuda tadi duduk persis di samping pintu. selang beberapa menit, sang pemuda duduk berhadapan diagonal menyilang berhadapan dengan dia, tentu dengan ditemani teman dan istri sang temanya. untuk pertama kali sang pemuda melihat wajahnya....

( wonosobo-purworejo, 'asar,31/07/2010 )

Tantangan seorang anak pada ayahnya

Disuatu sore yg cerah, duduk seorang ayah dan anaknya. Sungguh tak terasa anak pertama yg begitu dicintainya kini sudah tumbuh dewasa, dan membuatnya bangga. Sungguh momen yg menyenangkan bagi sang ayah dan anak tersebut setelah kian lama mereka jarang bertemu, memeng semenjak sang anak bekerja diluar kota dan semenjak sang anak menikah intensitas pertemuan dengan orang tuanya pun agak jarang.
Waktu itu di media cukup banyak berita yg kurang sedap tentang  Islam dan para aktivisnya.  Karena cintanya seorang ayah pada anaknya,  sang ayah berkata : “ nak, bisa tidak kamu keluar dari kelompokmu itu ?” sang anak memahami apa yg yg dimaksud oleh bapaknya itu. Dengan lemah lembut anak berkata : “ ayahku, saya akan keluar  jika ada yg bisa membuktikan pergerakan Islam yg saya ikuti adalah salah dan menyimpang , apakah ayah bisa membuktikan hal itu ?”. sang ayah diam sejenak kemudian berkata : “ anakku, ayah tau sebenarnya tidak ada yg salah dengan pergerakan yg kamu ikuti, ayah hanya khawatir dengan jiwamu..”. sang anak menjawab :” setiap pilihan pastia ada risikonya, dan kehidupan hakiki adalah di akhirat kelak, dan dunia ini hanyalah sementara”. Sang ayah terdiam sejenak,kemudian berkata : “ ya sudah kalau itu memang pilihanmu !“.
Disore yg penuh kekeluargaan itu banyak hal yg dibicarakan, sang ayah bercerita ttg dulu ketika sang anak kecil, tingkah polahnya,dan bedanya dengan adik-adiknya,karena sang anak ini memeng adalah anak pertama dan kakak untuk dua orang adik. Ada pembicaraan yg lain yg cukup hangat. Sang ayah : “ apakah kamu dan kawan-kawanmu ingin merubah negeri ini ?” sang anak : “ kami ingin negeri ini menjadi lebih baik,dan memakmurkanya dengan system Islam, apakah ayah tidak melihat kondisi negeri kita yg mengalami berbagai keterpurukan dalam seluruh aspek kehidupan ? apakah salah jika kemudian kami ingin merubahnya menjadi baik, sementara kami meyakini bahwa hanya system Islam saja yg mampu untuk merubah keterpurukan ini ?” sang ayah terdiam berpikir.
Adzan maghrib berkumandang, ayah dan anak sholat maghrib berjama’ah, dimana sang ayah menjadi Imam.
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya ; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKu-lah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu”. [Luqman : 14-15]
Wonosobo, 21-10-2011,ba’da operasi SC