Mengamati, Melihat, memahami, Dan Menuliskannya

Kamis, 29 Desember 2011

Gelora Penegakan Khilafah Membahana di Masjid Agung Jawa Tengah





HTI Press. Khilafah ! Khilafah ! Khilafah ! Teriakan khilafah membahana oleh lebih dari tiga ribu peserta acara Silaturahmi Muharram HTI Jawa Tengah. Acara yang diselenggarakan di Convention Hall Masjid Agung Jawa Tengah Semarang ini, berlangsung hari Ahad, 25 Desember 2011 dari pukul 7.30 hingga pukul 11 siang menampilkan pembicara, teatrikal, nasyid dan multimedia yang sangat menawan dan sempat menggelorakan semangat para pejuang khilafah dan pendukungnya. Dengan dukungan sound system 20 ribu watt dan tata cahaya yang apik, acara semakin terasa merasuk ke hati para peserta.

Peserta yang tercatat adalah sekitar dua ribu tujuh ratusan  akan tetapi membludak hingga lebih dari tiga ribuan peserta. Sehingga sempat membuat panitia untuk bergerak cepat dan taktis agar para peserta terakomodir mengikuti acara yang sangat spektakuler dan perdana di Jawa Tengah ini. Peserta secara lengkap datang dari  berbagai penjuru Jawa Tengah, diantaranya se Banyumas Raya, Magelang/Kedu Raya, Solo Raya, Tegal/Pekalongan Raya, Pati-Kudus-Rembang-Jepara sekitarnya, serta Semarang Raya.

Sebelum acara dimulai suguhan nasyid penyemangat diantaranya La Izzata Illa Bil Islam, dibawakan secara akapela apik oleh beberapa syabab dan calon syabab. Kemudian acara dibuka oleh tiga MC yang cakap membangun suasana penuh gelora yaitu Ust Rohmadi yang penuh semangat, Ust Miladuna Dzikron dengan bahasa jawa yang kental, dan Ust Wasroi dengan logat banyumasan.  Kemudian dilanjutkan pembacaan Kitab Suci Alqur’an  sebagai nafas pemersatu, yang dibacakan oleh Ust. Mustaghfirin.

Acara dimulai dengan opening speech dari Ust Agus Suyanto MSI, sebagai Ketua DPD II HTI Kota Semarang, dilanjutkan suguhan multimedia yang disajikan dengan Bahasa Jawa, menggambarkan kebrorokan sistem dan kondisi terutama di Jawa Tengah. Suguhan Bahasa Jawa ini  agar  nuansa Jawa Tengah muncul pertama kali. Kondisi gizi buruk, korupsi, sekolah ambruk menjadi bumbu dalam penggambarannya. Kemudian setelahnya langsung Ust Rohmat S. Labib menyampaikan refleksi akhir tahun yang secara umum menggambarkan betapa carut marutnya kondisi dengan tatanan ideologi kapitalisme ini.

Setelahnya dibacakan materi Hijrah dari Sistem Kufur Menuju Khilafah oleh Ust Hanif Al Farisi (DPD II HTI Banyumas), disambung tayangan multimedia Peluang dan Tantangan  Penegakan Khilafah sebagai pengantar dari Materi yang dibacakan oleh Ust Abu Naufal (Humas DPD II HTI Solo Raya) .  Teatrikal sebagai penggambaran dari kondisi masyarakat yang penuh beban dibawakan secara apik oleh Syabab kampus dan siswa sisa SMK.  DI Akhir teatrikal, tergambar tokoh tokoh yang bersatu padu menerima dakwah ideologis, untuk mengubah masyarakat menjadi masyarakat yang diatur dengan hukum Alloh.

Gedung kembali bergemuruh dengan teriakan takbir dan seruan khilafah. Acara dilanjutkan dengan materi Meneladani Metode Dakwah Rasul dalam Menegakkan Khilafah yang dibawakan oleh Ust Choirul Anam dari Lajnah Khusus Intelektual DPD I HTI Jawa Tengah. Kemudian disusul dengan Materi terakhir yaitu Seruan HTI Jateng Untuk Segera Menegakkan Khilafah dibawakan secara penuh semangat oleh Ust Abdullah, Ketua DPD I HTI Jawa Tengah. Kemudian acara langsung disambung dengan teatrikal dengan masukkanya pasukan bendera Al Liwa dan Ar Roya dari tiga pintu Gedung. Langsung disambut gemuruh takbir dan seruan khilafah oleh peserta. Dengan teatrikal piramid manusia dan dipucuknya salah seorang membawakan dan mengibarkan bendera Al Liwa dengan penuh semangat, diikuti oleh seluruh pemateri. Nasyid SAMBUTLAH KHILAFAH langsung membahana diputar dengan multimedia dan sound system yang membahana, diikuti oleh seluruh peserta.

Inilah puncak acara ! Inilah Semangat Para Pengemban Dakwah dan Pendukungnya ! Inilah gelora dan kerinduan Peserta akan Tegaknya dan kembalinya Khilafah Ala Min HajiNUbuwwah ! Allohhu Akbar !!!

Acara ditutup dengan doa yang merindukan pertolongan Alloh akan tegaknya khilafah. Kembali peserta diingatkan bahwa usaha sebesar apapun, penentu dari segalanya adalah Pertolongan Alloh. Setelah doa selesai langsung acara ditutup, dan sound system mengeluarkan nasyid AlKhilafah Wa’dulloh, wa busyro Rosulillah… ![]Tim Infokom Silamuh 1433H Jateng

http://hizbut-tahrir.or.id/2011/12/28/gelora-penegakan-khilafah-membahana-di-masjid-agung-jawa-tengah/ 


 Panitia menggunakan Surjan khas jawa tengah menyambut tamu dengan menyobek tiket masuk


                                              Nasyid menyanyikan La 'Izzata Ila bil Islam


                                           Ust Mustaghfirin membacakan Ayat2 Suci Kitabullah


                                     Opening Speech Ust Agus Suyanto (DPD II Semarang)


                                                   Ust Rahmat S Labib "Refleksi Akhir tahun"


                                                          Ust Hanif Al fasiri (Dpd II Banyumas)


                                              Ust Abu naufal (Humas DPD II Surakarta)


                                                      Salah satu Adegan Dramatikal


                                           Ust Muhammad Choirul Anam “Metode Revolusi ala Nabi”



                                              Seruan Hangat DPD I Jateng oleh Ust Abdullah IAR

                                               Atraksi Akrobatik oleh paara Syabab Kampus


YA Allah..jikalau Engkau masih memberiku nyawa,maka berikanlah padaku tuk hidup dalam sistem yg e                                                          ngkau ridoi,walaupun itu hanya sedetik...

                                         Ust.Muhammad Na'im Yasin ,DPD II HTI Purworejo


Sabtu, 17 Desember 2011

kajian rohis SMKN 1 Purworejo :Surat Terbuka untuk Remaja Muslim Indonesia

jum'at 12 /12/2011. dengan penuh suasana ukhuwah, keceriaan,dan nuansa pergerakan Rohis SMKN 1 Purworejo mengadakan kajian rutin plus rapat kordinasi Dakwah Sekolah. kajian dan rapat internal ini diadakan di mushola SMKN 1 Purworejo,dan diikuti oleh puluhan anggota ADS ( aktivis Dakwah Sekolah ) rohis rijal-nisa'. banyak hal yg dibahas dalam rapat ini, beberapa diantaranya, seputar acara SILLAMUH di semarang, kajian menyambut akhir tahun, beserta persiapan agenda kajian pemuda.

dalam sambutan yg disampaikan oleh Akhina Dika Tri Widayat salah satu senior pengurus rohis menyampaikan banyak hal, siswa kelas XI SMKN 1 Purworejo ini menyampaikan bahwa setiap aktivis Rohis harus saling menjaga kekompakan,dan saling nasihat menasihati dalam kebaikan, dan menyeru kawan-kawanya yg lain untuk selalu bersemangat dalam dakwah Islam. bahkan Akh Dika yg dikenal tegas ini menyampaikan siapa saja yg tidak serius dalam dakwah di rohis lebih baik hengkang.

dalam sambutan lainya yg disampaikan oleh Akhina Oni Khoirul Huda, siswa kelas X SMKN 1 Purworejo mengucapkan banyak terima kasih pada anggota rohis yg lainya yg ikut aktif berpartisipasi dalam setiap agenda dakwah di rohis.

acara rapat ini ditutup dengan kajian yg pandu oleh seorang syabab Hizbut Tahrir DPD II Purworejo. dalam kesempatan itu diingatkan bahwa setiap anggota rohis harus menyadari kewajibanya dalam berdakwah yg merupakan konsekuensi dari berakidah islam. karena jika mengamati kondisi kaum muslimin saat ini secara umum mengalami keterpurukan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk para pemudanya pun ikut terpuruk dalam sistem kehidupan kapitalisme-sekuler. dalam kesempatan itu pula disampaikan bahwa sebagai pemuda Muslim setiap anggota Rohis wajib untuk ikut mengambil peran dalam proses perubahan, perubahan dari sistem KApitalisme menuju Sistem Islam.

dalam kesempatan disampaikan pula nasyrah seruan Hizb Tahrir untuk para remaja/pemuda,yg berjudul :

Surat Terbuka untuk Remaja Muslim Indonesia

Wahai Sahabat, Kekasih Allah..
Kita sekarang hidup dalam "kampung kecil" dunia global. Batas-batas imajiner antar negara saat ini semakin tidak kita rasakan lagi. Apakah engkau merasakan bahwa "kampung kecil" kita saat ini begitu getol mengajak kita melupakan bahwa kita ini adalah hamba Allah?
Karena ajakan yang getol itu banyak sahabat-sahabat kita tidak lagi merasa berdosa ketika melakukan perbuatan yang dilarang Allah kekasih kita. Pernahkan kalian tahu bahwa Penelitian Objectively Verifiable Indicators (OVI) SeBAYA Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jatim 2004 menunjukkan hasil bahwa para responden usia 15-24 tahun yang sudah melakukan hubungan seksual dengan satu orang atau lebih, yakni sebanyak 49 orang dari 360 responden? Sejak Januari-Nopember 2004, tercatat 227 remaja yang melakukan konsultasi, 90 diantaranya telah melakukan seks bebas dan delapan orang positif hamil? Sedihkah engkau ketika tahu bahwa mereka melakukan itu tanpa merasa bersalah kepada kekasih kita Allah?
Harusnya kita selalu sadar bahwa Allah yang telah menciptakan kita, yang telah memberikan kehidupan kepada kita. Kita mampu bergerak karena Allah yang memberi kita jiwa. Kita mampu berpikir, bernafas,melihat,mendengar,dan meraba karena Allah memberikan kita kemampuan itu. Maka sudah sepantasnyalah kita hidup untuk melakukan yang terbaik menurut pencipta kita, pemberi kehidupan kita. Kita rasanya tidak punya keberanian untuk menentangnya, karena jiwa kita ada dalam genggamanNya.
Wahai Sahabat, Kekasih Allah..
"Kampung kecil" kita saat ini mengarahkan kita jadi pekerja-pekerja murah untuk mengolah kekayaan alam kita yang berlimpah ruah demi memperkaya para penjajah. Tahukah engkau emas kita dikuasai pengusaha Freeport. Sembilan puluh persen kekayaan minyak dan gas kita dikuasai oleh penjajah yang lain? Lihatlah di sekitar kita. Fenomena keterpurukan. Fenomena kesedihan. Semakin banyak mereka yang putus sekolah. Semakin banyak mereka yang harus berjuang di jalan menjadi pengamen, pemulung. Kenapa bisa terjadi kalau negara ini sebenarnya kaya? Apakah kita akan membiarkan kondisi ini terus berlanjut?
Wahai Sahabat, Kekasih Allah
Engkaulah remaja, pemuda harapan umat. Engkaulah bagian dari umat terbaik yang Allah turunkan ke tengah manusia. Di tanganmu perubahan itu bisa diwujudkan. Ditanganmu kemaslahatan manusia dipertaruhkan. Kembalikan kekayaan yang telah Allah anugerahkan ke tangan umat, untuk kesejahteraan umat. Rebut kembali kekayaan itu dari tangan penjajah!
Wahai Sahabat, Kekasih Allah
Umat telah memanggilmu! Umat telah memanggilmu! Umat menaruh harapan besar di pundakmu. Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan kepada dirimu untuk terus berbuat, untuk terus bergerak untuk menjadi pemuda tangguh. Pemuda berkepribadian Islam. Bersama-sama dengan pemuda muslim lain, menyusun barisan rapi, menghadirkan solusi Islam, menegakkan kembali peradaban Islam. Menghilangkan pengaruh peradaban kapitalisme yang rendah di dunia, sehingga hidup manusia akan menuju kembali ke kehidupan yang cemerlang.
  
IBS, Wonosobo yg dingin,18/12/2011

                              istirahat sebentar setelah rapat untuk kemudin dilanjutakan Mentoring


                                                              anggota Rohis ROZmeksa


                                   Akhina Oni Khoirul Huda sedang menyampaikan sambutanya



                             Akhina ZAinal Mustafa ( Ketua Umum Rohis SMKN 1 Purworejo )


                       Akhina Achmad NAwa Rochmawan ( mantan ketua Umum Rohis sebelumnya )


                                                         suasana cerian & kekeluargaaan



                                             Akhina Dika Tri widayat sedang memimpin rapat 




Senin, 12 Desember 2011

Mbah Im ( Pejuang Khilafah dari Bukit Menoreh )




Anda kenal Mbah Im? Pasti sebagian besar pembaca akan mengernyitkan dahi dan bertanya, “Siapa?” Namun bila pertanyaan itu dilontarkan kepada penduduk bukit Menoreh, tentu jawabannya akan lain.
Sosok bersahaja ini sudah tidak asing lagi bagi warga Dusun Kamal Desa Menoreh, Kelurahan/Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Meski rumahnya hanyalah gubuk bilik kecil, namun setiap hari selalu didatangi warga setempat, mulai dari anak-anak, remaja, dan orang dewasa.
“Saya percayakan sepenuhnya anak saya ngaji di Mbah Im karena sejak kecil juga saya ngaji pada Mbah Im, sehingga saya sudah tahu watak dan prilaku Mbah Im sepenuhnya,”  ujar Sarwani Lestari warga Kamal, Menoreh. Hal senada pun disampaikan warga lainnya terkait alasan mengapa mengaji pada Mbah Im.
Kepincut
Mbah Im sangat lancar membaca kitab gundul. Dengan metode menukil, menterjemahkan dan menjelaskan, nenek yang bernama asli Imronah ini mendidik umat. Meski sudah berusia 71 tahun, Mbah Im tetap rajin menimba ilmu. Ia terus berupaya mengamalkan sabda Kanjeng Nabi Muhammad SAW, “Utlubul ‘ilmi minal mahdi ilal lahdi (Tuntutlah ilmu mulai dari buaian sampai [menjelang] liang lahat).”
Usai shalat Shubuh dan membaca Alquran, ia langsung menyalakan radio bututnya yang dipanteng ke kuliah shubuh Mutiara Fajar,  Radio Radar FM. Buru-buru ia ambil kertas dan pensil untuk mencatat poin-poin penting narasumber  dari Klinik Anak Muda dalam Pergaulan Islami yang mengisi secara rutin Mutiara Fajar itu.
Dari kuliah shubuh itu pulalah awal ia mengenal ide-ide yang diusung Hizbut Tahrir. Mbah Im benar-benarkepincut materi yang dijelaskan Ust Umar Abdullah, narasumber.
“Zaman sekarang kok ada akademisi yang ingin merubah akhlak anak muda ke dalam Islam,” ujar Mbah Im mengenang kesan pertama mendengar siaran tersebut. Sejak itu, ia tidak pernah melewatkan kuliah shubuh Mutiara Fajar, karena pesan yang disampaikan narasumber sangat tepat dengan ajaran Islam.
Setiap kali mendengarkan, Mbah Im pun selalu membayangkan indahnya hidup dalam naungan khilafah, institusi negara yang menerapkan syariah Islam secara kaffah. Ia pun terheran-heran karena ternyata di zaman sekarang masih ada pemuda yang bercita-cita menegakkan institusi warisan Rasulullah SAW tersebut.
“Lah kok yo ada yang punya cita-cita koyo ngono (lah kok masih ada yang punya cita-cita seperti itu?)” tanya Mbah Im dalam benak. Mbah Im pun penasaran siapa sebenarnya para pemuda pengasuh Klinik Anak Muda dalam Pergaulan Islami itu. Ia ingin sekali bertemu dan menimba ilmu kepadanya karena ia kurang puas bila hanya dari radio saja.
Mbah Im merasa cocok sekali dengan ide-ide yang disampaikan narasumber itu. Pasalnya, yang disampaikannya itu sesuai dengan hati nurani dan cita-cita Mbah Im yang dididik Islam secara kental oleh ayahnya.
Ketika mendengarkan radio itu angannya pun melayang membayangkan indahnya hidup dalam naungan khilafah. “Koyo opo bungahe nek nganti diterapke syariat Islam (Tidak terbayang senangnya kalau syariah Islam diterapkan,” curhat Mbah Im menceritakan kerinduan dirinya pada penerapan Islam kaffah.
Maka ketika ia dikontak seorang aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Magelang, ia langsung menyambutnya dengan antusias karena ide yang disampaikannya sama dengan yang ia dengar dalam Mutiara Fajar itu. Belakangan ia pun tahu Klinik Anak Muda dalam Pergaulan Islami itu dibuat oleh aktivis HTI.
Optimis
Sebelum mengenal HTI, Mbah Im sangat pesimis bahwa syariah Islam kaffah bisa diterapkan di luar pesantren. Pesimis berubah menjadi optimis seiring dengan interaksinya secara berkesinambungan dengan Muslimah HTI Magelang.
Mbah Im tidak mempemasalahkan kapan pertolongan Allah (nashrullah) berupa tegaknya syariah dan khilafah, karena itu semua merupakan ketentuan Allah SWT. “Allah yang menentukan, kita hanya usaha sekuat-kuatnya…ditemenani(diserius),” ujarnya kepada kontributor Media Umat.
Sejak saat itu, aktivitas Mbah Im pun bertambah. Ia benar-benar tawadhu meski sudah tua ia dengan ikhlas mengikuti pembinaan yang dilakukan oleh aktivis Muslimah HTI yang umurnya terpaut jauh di bawahnya.
Semangatnya untuk berdakwah pun semakin terpompa. “Dengan siapapun, saya menceritakan indahnya kalau syariat Islam diterapkan, saya juga tidak takut ada yang menentang karena memang begitu posisi sebenarnya dan Allah menghendaki seperti itu,” ujarnya penuh keyakinan.
Setiap kali Al Islam, buletin yang dikeluarkan HTI setiap Jum’at, terbit Mbah Im keliling kampung membagikan kepada kenalan-kenalannya, mulai dari tetangganya, orang tua muridnya, para pedagang di pasar bahkan ia pun menyempatkan diri ke kelurahan Salaman untuk menyampaikan Al Islam.
Namun saat ini ada kendala kesehatan karena penyakit tua, ada beberapa kontaknnya yang tertunda mendapatkan Al Islam karena lokasinya jauh dari Kamal. “Sekarang ini saya untuk membawa A Islam ke Salaman,mengambil fotokopi, untuk ke tempatnya Den Muhaimin Salam Kanci semuanya tertunda karena faktor ketuaan banyak menghambat,” keluhnya.
Memang faktor ketuaan harus diterima karena takdir tapi Mbah Im tidak mau karena ketuannya itu berhenti mengkaji ilmu dan berdakwah. “Tapi jangan sampai saya berhenti dakwah karena bosan, sampai matipun jangan sampai, apa yang bisa kita kerjakan harus kita lakukan!” tegasnya. []dewi/bu puji/joy


Memoar Seorang Tahanan Politik Aktivis Hizbut Tahrir Bernama Muhammad Yang Baru Berumur 16 Tahun







Berikut ini adalah peristiwa yang menimpa saya selama berada dalam penjara Otoritas yang zalim dan biadab:

Setelah menyebarkan pernyataan yang dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir berjudul, “Otorita Palestina Yang Tunduk Kepada Yahudi Menculik Dan Mengadili Para Aktivis Hizbut Tahrir“, pada hari Sabtu, 23/1/2010, saya pulang ke rumah. Dan sebelum saya sampai, aparat keamanan Abbas sudah sampai duluan di rumah. Mereka menyerahkan pemberitahuan kepada ayah saya. Surat pemberitahuan itu berisi, “Anda harus datang ke kantor investigasi kota“. Namun saya tidak menghiraukannya, dan saya pun tidak memenuhi permintaan mereka.

Dua hari kemudian, tepatnya pada hari Senin, 25\1\2010 datang ke rumah saya pasukan militer untuk menangkap saya. Sementara kemarahan tampak sekali pada diri mereka. Secara kebetulan, salah satu dari mereka ini terjatuh pada saat pengepungan rumah, dan pada saat itu pula, pemimpin mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka datang untuk menangkap saya.

Ketika itu saya tidak dalam kondisi siap, saya tidak mengenakan pakaian selain pakaian biasa, dan saya tidak memakai sepatu. Lalu, saya meminta kepada mereka untuk memakai sepatu dulu. Namun, anggota pasukan yang pada marah itu, menolak permintaan saya, bahka mereka menyeret saya ke mobil. Melihat perlakuan biadab mereka ini, maka saya mulai menghardik mereka, dan menyebutnya dengan kata-kata yang memang pantas untuk kebiadaban mereka. Mereka semakin memukuli saya, dan saya pun semakin keras menghardik merekak.

Dan, kemudian mereka memasukkan saya ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, mereka tidak henti-hentinya memukili saya, dengan tangan, kaki, dan gagang senapan mereka. Karena terlalu sakit, maka saya pun menjerit, “Cukuplah Allah bagi saya, dan Dia sebaik-baik wakil dalam melawan kalian,” “Cukuplah Allah bagi saya dalam melawan setiap orang zalim, dan mereka yang murtad.” Namun mereka semakin marah dan jengkel, serta pukulan mereka semakin keras, sehingga mereka mendaratkan gagang senjatanya ke kepala saya, punggung saya, kedua kaki saya, dan kedua tangan saya.

Kemudian mereka membawa saya masuk ke dalam markas keamanan mereka. Saya dipertemukan dengan Direktur Pusat. Dan kemarahannya terlihat jelas di wajahnya. Ia langsung menyemprot saya dengan pertanyaan, “Mengapa Anda tidak segera datang, padahal telah sampai pemberitahuan kepada Anda mengenai keharusan Anda datang di markas ini?Apakah Anda hendak meremehkan Otoritas?” Saya tidak menjawabnya. Kemudian ia mulai menanyakan saya dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:

“Apakah Anda mengakui Otoritas?”

“Saya tidak akan pernah mengakui legitimasi Otoritas selamanya!” Ia pun semakin marah pada saya.

“Apakah Anda menyebarkan nasyrah atau publikasi?”

“Saya tidak menyebarkan, dan seandainya Anda memberi saya kesempatan, niscaya saya sebarkan. Namun, sayang sekali Anda tidak memberi kesempatan itu pada saya!”

“Siapa yang memberi Anda nasyrah atau publikasi itu?”

“Tidak seorang pun yang memberi nasyrah atau publikasi itu kepada aya.”

Kemuadian, ia kembali lagi ke pertanyaan semula.

“Mengapa Anda tidak mengakui legitimasi Otoritas?”

“Karena Otoritas ini dibentuk berdasarkan kesepakatan Oslo, sementara kesepakatan Oslo batal demi hukum (menurut syariah Islam). Sebab, berdasarkan kesepakatan itu, justru Otoritas telah menyerahkan Palestina kepada Yahudi, dan ini merupakan perbuatan haram. Sehingga setiap yang dibangun di atas sesuatu yang haram, maka ia juga haram, dan tidak sesuai syariah (ilegal). Oleh karena itu, bagaimana mungkin saya mengakui legitimasi sesuatu, sementara Allah tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang sah, dan bagaimana mungkin saya menentang perintah Allah.”

“Kemudian lihatlah tindakan Otoritas Anda, yang melakukan koordinasi keamanan dengan Yahudi; mengejar setiap orang yang ikhlas; sementara kondisi Anda sekarang justru Anda lebin mengutakana berdamai dengan Yahudi dan menjaga keamanannya, dari pada memerangi negara Yahudi, menendangnya, dan mencabut pemukiman dari akarnya, bahkan Anda menerima pembekuan pembangunannya hanya untuk sementara saja; lalu Anda mengabaikan pengembalian para pengungsi ke rumah mereka, bahkan Anda menjadikannya hanya hak untuk kembali, yang bisa saja diganti dengan kompensasi; dan setelah Anda menembaki (memerangi) Yahudi, justru Anda sekarang menandatangani perjanjian di mana Anda melarang setiap orang menembaki (memerangi) Yahudi, bahkan tidak hanya melarangnya tetapi juga menangkapnya, memenjaranya, dan tidak jarang hingga Anda membunuhnya. Kemudian, Anda menginginkan saya mengakui legitimasi semua ini, bodoh benar!!”

Ia semakin marah bahkan hingga batas yang tidak wajar. Ia tidak lagi menanggapi argumen dengan argumen, sebaliknya ia menghardik dan berteriak dengan mengeluarkat kata-kata kotor, menghina dan mencaci Hizbut Tahrir, para aktivisnya, dan amirnya. Sehingga saya tidak lagi menemukan kata-kata yang lebih buruk untuk menanggapinya.

Tidak lama kemudian, ia memanggil para algojonya. Mereka mendudukkan saya di atas kursi. Dan ia pun kembali menampari saya beberapa kali. Sementara para algojonya menjadikan tangan saya di belakang kursi, dan menariknya dengan kuat, hingga saya merasa bahwa tangan saya hampir patah. Ia berteriak, “Apakah Anda mengakui legitimasi Otoritas?” Saya juga berteriak, “Tidak! Saya tidak akan pernah mengakuinya!” Kemudian saya katakan kepadanya, “Bagaimanapun usaha Anda mengintimidasi saya dan memukuli saya, semua sia-sia saja. Sebab, saya tidak akan pernah mengakui legitimasi Otoritas, dan tidak akan pernah keluar dari Hizbut Tahrir, yang merupakan denyut nadi darah saya, bahkan seandainya Anda memotong pembuluh darah saya, niscaya Anda akan melihat darah murni Hizbut Tahrir yang mengalir, dan sekali lagi saya katakan bahwa saya tidak akan pernah keluar dari Hizbut Tahrir, sebab Hizbut Tahrir ada di atas kebenaran, sementara Anda ada di atas kebatilan dan kesesatan, pemikirannya benar dan metodenya sesuai syariah.”

Kemudian pemukulan berhenti, dan saya pun diseret ke ruang investigasi, yang tampak tenang. Lalu, diajukan kepada saya beberapa pertanyaan, tentang nama saya, umur saya, alamat rumah saya, apa yang saya lakukan, dan apakah saya aktivis Hizbut Tahrir atau bukan. Saya menjawab semua pertanyaan itu. Kemudian, ia bertanya tentang penyebaran nasyrah (publikasi). Saya jawab, “Saya tidak melakukan, seandainya Anda memberi saya kesempatan, niscaya saya lakukan.” Kemudian, ia bertanya pada saya tentang siapa yang memberikan nasyrah (publikasi) itu pada saya. Saya tidak menjawab apa yang ia tanyakan.

Setelah selesai investigasi itu, kemudian saya dimasukkan ke dalam ruang tahanan. Dan pada akhir malam, Direktur Pusat datang ke ruang tahanan didampingi pasukan pengawal untuk menanyakan tentang pengakuan saya atas legitimasi Otoritas. Namun jawaban saya tidak berubah. Kemudian, ia bertanya pada saya, “Apakah Anda yakin dengan apa yang ada dalam nasyrah (publikasi) itu?” Saya mengatakan kepadanya, “Saya sangat yakin seyakin-yakinya, bahkan saya meyakinkan setiap hurup sekalipun yang dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir sejak 1953. Sehingga bagaimanapun usaha Anda pada saya, dan Anda menyiksa saya, maka Anda sama sekali tidak akan pernah mampu menggoyah dan mengalahkan keyakinan saya.” Mendengar itu, wajahnya tampak merah dan sangat marah. Kemudia, ia dan para pengawalnya memukuli saya berkali-kali dengan keras.

Dan pagi harinya, mereka memindah saya ke Markas Besar Investigasi di kota al-Kholil (Hebron). Ketika kami sampai di sana, saya meminta untuk dibawa ke tempat layanan medis. Dan sayapun benar-benar pergi ke sana. Sehingga saya berhasil bertemu ibu saya yang sedang sakit untuk meyakinkannya bahwa saya baik-baik saja. Kemudian saya berkata kepadanya, “Jangan pernah datang ke sini lagi, dan menemui seseorang di antara bajingan-bajingan di sini. Saya baik-baik saja, dan jangan khawatir tentang keadaan saya.”

Kemudian, saya dimasukkan ke ruang investigasi, lalu ia bertanya kepada saya:

“Siapa yang memberi Anda publikasi-publikasi itu? Dimana Anda menyebarkannya, dan berapa jumlahnya? Apakah Anda yakin dengannya? Mengapa Anda mencaci kami?”

Saya menjawab tidak seperti yang ia inginkan. “Saya tidak menyebarkan apa-apa. Dan Anda tidak memberi saya kesempatan untuk menyebarkannya. Sekiranya Anda memberi saya kesempatan untuk menyebarkannya, tentu saya melakukannya. Dan saya sangat yakin seyakin-yakinnya dengan isi publikasi itu; dan jumlahnya 6. Oleh katena itu, kami katakan apa yang dapat kami katakan terkait Otoritas bahwa Otoritas ini begitu rendah dan hinanya di mata kaum kafir pendudukan, mengingat satu jeeb saja di antara jeeb-jeeb Yahudi telah membuat Anda bersembunyi di markas Anda. Dan inilah faktanya, baik Anda akui atau tidak.”

Lalu, ia berkata kepada saya bahwa teman Anda, Abdullah telah mengakui tentang Anda. Ia berkata bahwa ia yang telah memberikan Anda nasyrah (publikasi) itu. Saya katakan bahwa perkataan itu sama sekali tidak benar. Dan seandainya Abdullah mengakui sekalipun, maka Anda tidak akan bisa membuat saya mengakui tentang seorang pun. Bahkan sekalipun Abdullah datang dan berkata, “Saya yang memberi Anda nasyrah (publikasi) itu”, maka saya tetap tidak akan mengakui tentang seorang pun. Untuk itu, pertemukan saya dengan teman saya supaya kita tahu siapa yang dusta. Kemudian mereka menghadirkan teman saya, dan mereka berusaha menyakinkan di anrara kita. Dimana saya melihatnya bahwa mereka berkata kepada teman saya bahwa saya telah mengakui tentang dia. Namun, justru aebuah kebenaran yang tampak ketika kami dipertemukan. Posisi mereka sungguh tersudut dan memalukan, sebab teman saya justru berkata kepada mereka, “Bahwa Anda benar-benar kaum pendusta.”

Kemudian, ia meminta saya untuk menandatangani sebuah perjanjian, namun saya menolak. Pada saat itu, ada beberapa paman saya yang datang mengunjungi saya, dan menyakinkan saya. Tampaknya mereka telah menerima sebagian dari kezaliman, yang disampaikan kepada mereka, bahwa mereka akan membebaskan saya jika saya telah menandatangani perjanjian.

Ketika pertemuan berlangsung, maka paman-paman saya berkata kepada saya, “Wahai keponakan, ingat ibumu sedang sakit karena keberadaanmu di penjara, maka janganlah kamu menambah beban dan penderitaannya. Kamu tinggal menandatangani perjanjian ini, dan pergi bersama kami.” Saya berkata kepada mereka, “Janganlah kalian menekan saya, sebab ibu saya baik-baik saja. Saya ingin kalian mendukung dan meneguhkan sikap saya, dari pada kalian menekan saya. Sungguh! Saya tidak berharap sikap seperti ini datang dari kalian! Dan ingat! Selamanya saya tidak akan pernah menandatanganinya, sekalipun saya sampai busuk di dalam penjara.” Salah seorang paman saya berkata, “Jika ini yang kamu inginkan, maka bertawakkallah pada Allah, niscaya Allah pasti melindungimu.”

Kemudian, setelah sehari, saya dipindahkan ke penjara remaja. Dan di penjara ini saya tinggal selama dua hari tanpa dilakukan investigasi apa pun, kecuali suatu usaha pada hari terakhir yang dilakukan oleh direktur penjara remaja untuk meyakinkan saya agar menandatangani sebuah perjanjian hingga akhir cerita. Namun, semuanya tidak ada yang berhasil menyakinkan saya.

Dua hari kemudian, saya dipindahkan ke Jaksa Militer di pusat kota. Dan saya tinggal bersama mereka selama tiga hari. Mereka menginvestigasi saya lebih dari sekali dan dengan pertanyaan yang sama. Salah satunya adalah pertemuan dengan Jaksa (Penuntut Umum) Militer. Di mana ia menanyakan beberapa pertanyaan kepada saya, seperti pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Namun, ia berbeda dari yang lain, sebab ia begitu tenang, sampai ia bertanya pada saya tentang sejauh mana keyakinan saya terhadap Hizbut Tahrir yang saya menjadi anggotanya. Saya menjawab bahwa saya terlah bergabung dan menjadi anggota partai yang agung, pemikirannya jelas, metodenya dikenal dan sesuai syariah; Hizbut Tahrir mengemban kebaikan Islam untuk semua manusia; Hizbut Tahrir bekerja dengan sekuat tenaga dan tekad yang kuat untuk menyelamatkan manusia dari kesengsaraan; dan suatu hari nanti Hizbut Tahrir yang agung ini juga akan menjadi penyelamat bagi Anda dari kehinaan yang Anda buat sendiri. Mendengar itu, ia pun sangat marah. Dan ia mulai mencaci Hizbut Tahrir, amirnya, dan para aktivisnya. Sikapnya itu telah membakar kemarahan saya, maka saya membalasnya melebihi apa yang ia katakan. Ia semakin marah, bahkan ia mengancam kelanjutan pendidikan saya dan masa depan saya. Kemudian, ia memerintahkan penjara 15 hari bagi saya. Dan kemudian mereka membawa saya kembali ke penjara.

Kemudian mereka kembali membawa saya kepadanya. Ia mulai bersumpah dan mengancam hingga saya menandatangani perjanjian. Namun, saya tidak menanggapinya dan tidak mempedulikannya. Kemudian ia berkata, “Sungguh, saya akan memaksa Anda untuk menandatanganinya.” Saya tetap tidak mempedulikannya. Kemudian, ia memanggil 6 orang pengawalnya. Ia meminta mereka untuk mendudukkan saya di atas kursi, yang 4 orang memegang tangan kiri saya dan menariknya ke belakang punggung saya, sementara yang 2 orang berusaha menaruh pena di tangan saya, namun saya melawan dan menggenggam tangan saya erat-erat hingga pena tidak dapat masuk. Dan Alhamdulillah, mereka tidak berhasil.

Selanjutnya, datang Wakil Jaksa (Penuntut Umum), dan membawa saya ke dalam ruang yang lain. Ia mengatakan kepada saya bahwa ia tidak setuju dengan metode kekerasan yang digunakan terhadap saya untuk memaksa saya menandatangani perjanjian. Ia mulai berbicara dengan kata-kata yang manis dalam upaya untuk meyakinkan saya agar mau bertanndatangan, seperti perkataannya, “Ini bukan apa-apa, ini hanya sekedar kertas yang tidak penting.” Ia menyodorkan kertas kepada saya agar saya menandatanganinya. Saya membacanya, dan saya berkata, “Saya tidak akan pernah bertandatangan.” Kemudian, ia menyodorkan kertas lain, dengan cara lain, lalu saya katakan, “Saya tidak akan pernah bertandatangan.” Kemudian, ia berkata kepada saya, “Bertandatanganlah di atas kertas putih ini!” Saya berkata, “Subhanallah! Saya tidak mungkin menandatangani sesuatu yang tidak jelas?”

Kemudian ia menyodorkan kertas putih kepada saya, dan berkata, “Tulislah apa yang Anda inginkan, lalu tandatanganinya.” Saya merobek kertas itu. Kemudian, ia memberi saya kertas lain, dan berkata kepada saya, “Berpikirlah! Tulislah apa yang Anda inginkan, lalu tandatanganinya.” Saya pun berpikir. Lalu saya menulis di atas kertas itu teks berikut ini:

“Saya yang bertanda tangan di bawah ini, fulan bin fulan, dari kota ini, tinggal di tempat ini, diantara syabab (aktivis) Hizbut Tahrir, dimana saya begitu bangga dapat bergabung dengannya. Saya memutuskan bahwa saya akan tetap bergabung dengan Hizbut Tahrir, melakukan dakwah kepada kebaikan (Islam), amar makruf nahi mungkar, melakukan perjuangan politik, serangan pemikiran, serta akan selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan Hizbut Tahrir dan aktivitasnya, seperti masirah (unjuk rasa), dan sebagainya.” Dan kemudian saya menandatanganinya.

Ia memperhatikannya, kemudian ia tampak mengahapus beberapa hal yang aku tidak tahu maksud dari tindakannya.

Kemudian setelah itu baru ia memerintahkan untuk melepaskan saya. Mereka membawa saya ke sebuah kota yang saya tidak mengenali jalannya. Saya tidak tahu bagaimana saya pergi dan ke mana saya harus pergi. Sementara, saya tidak ada uang sama sekali untuk ongkos naik kendaraan untuk pulang kembali ke kota saya. Sehingga akhirnya Allah mengirim orang baik kepada saya untuk membantu saya pulang kembali ke rumah saya.

Inilah apa yang terjadi pada saya. Dan hanya kepada Allah, saya memohon pahala, ampunan, kesehatan, dan kekuatan.

“ SILATURAHMI HIZBUT TAHRIR INDONESIA BERSAMA ULAMA DAN TOKOH MASYARAKAT “ menjadi khoiru ummah dengan menegakkan syari'ah dan khilafah.


Kamis,07/10/2010.

Sekitar dua ratusan kaum muslimin yang terdiri dari para ulama, tokoh masyarakat, asatidz, dan para ustadzah tumpah ruah menghadiri acara yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia DPD II Purworejo, yang bertempat di Pondok PesantrenAl- Anshory, kecamatan Grabag, kabupaten Purworejo. Acara denagn tema : “ SILATURAHMI HIZBUT TAHRIR INDONESIA BERSAMA ULAMA DAN TOKOH MASYARAKAT “,menjadi khoiru ummah dengan menegakkan syari'ah dan khilafah, berlangsung denagn khidmat dan penuh nuansa kekeluargaan.

Dalam sambutanya, pimpinan pondok pesantren Al-anshory, K.H. Masyrur Affandi menyampaikan bahwa berbagai macam kemaksiatan dan kebatilan yang melanda negeri ini adalah akibat tidak diterapkanya syari'ah islam secara kaafah.

Jika kita melihat kondisi negeri ini yang tenagh dilanda berbagai macam kerusakan ini, adalah karena diterapkanya sistem kapitaisme-sekular. Oleh karena itu dalam sambutanya , ketua DPD II HTI Purworejo, Ust.M. Naim Yasin menyampaikan bahwa Hizbut Tahrir muncul di tenagh-tengah umat untuk menyeru kepada umat agar memperjuangkan tegaknya syari'ah islam secara kaafah dalam bingkai negara Khilafah, dan juga sekaligus mencampakkan sistem kapitalisme sekular yang jelas-jelas menyengsarakan umat.

Dalam kesempatan itu pula, ust.M. Naim Yasinmenyampaikan Hizbut Tahrir menyeru kepada umat, terkhusus pada para ulama,dan tokoh masyarakat untuk mendukung dan menyokong perjuangan Hizbut Tahrir, karena para ulama dan tokoh masyarakat mempunyai akses paling dekat untuk berinteraksi dan merasakan secara langsung kondisi umat.

Sementara itu dalam pemaparanya, K.H. Muhammad Siddiq Al-Jawi dari DPP Hizbut Tahrir Indonesia menyampaikan bahwa : konsekuensi keimanan seorang muslim adalah menerapkan syari'ah islam secara kaafah, dan penerapan syari'ah islam secara kaaffah tidak akan mungkin sempurna kecuali dengan adanya nergara khilafah, maka memperjuangkan tegaknya khilafah islamiah hukumnya wajib.

Ketika dibuka sesi tanya jawab, nampaknya umat sudah mulai sadar akan wajibnya perjuangan penegakkan syari'ah dan khilafah, hal ini seperti yang disampaikan oleh peserta, ust.Rofiq : “ kami sangat setuju dan mendukung perjuangan Hizbut Tahrir, dan kami berharap para ulama dan tokoh masyarakat juga mendukung perjuangan hizbut tahrir.

Acara ini berakhir menjelang asar, dan ditutup denagn doa bersama yabng dipimpin oleh K.H. Masyrur Affandi, selaku pimpinan pondok.

Wonosobo,08/10/'10



                                                     salah satu peserta yg antusias untuk bertanya



                           pemaparan materi oleh K.H.Siddiq al-jawi akan wajibnya Khilafah Islamiyah
                                   ( ki-ka : K.H.Masrur afandi, Ust.M.Na'im Yasin, Ust.H.Abdush Shomad )







Sabtu, 10 Desember 2011

MABIT ROHIS SMKN 1 PURWOREJO


10/12/2011.Setelah selesai mengikuti ujian akhir sekolah rohis smkn 1 purworejo mengadakan mabit,  yg diselenggarakan di mushola Smkn 1 pwr. Acara ini dibuka pukul 17.00 dimulai dengan final checking, dan kajian Islam dimulai pukul 18.15 ba’da shalat maghrib berjamaah. Karena di saat yg sama HTI pwr mengadakan mabit di masjid musthafa lugosobo, maka seluruh anak siswa rohis yg berjumlah sekitar 15 anak diikutkan kajian Islam di Lugosobo.
Dalam acara mabit ini yg dipandu oleh syabab Hizb Tahrir anggota rohis diingatkan kembali akan visi-misi hidupnya dunia, dan tugasnya sebagai seorang pengemban dakwah. Acara ini berlangsung dengan penuh keceriaan,dan semangat pergerakan. Paginya 11/12/2011 diadakan bermain bola bersama.
Purworejo, Kantin SMKN 1 Pwr,11/12/’11



                                                                       pemateri



                                                                    semangat smekza!



                                                          serius mendengar paparan materi


                                                                           rapat kordinasi