Mengamati, Melihat, memahami, Dan Menuliskannya

Senin, 24 Desember 2012

Ketika saya di ajak natalan seorang kawan


Tulisan saya ini terinspirasi dari catatan yg ditulis oleh prof.fahmi amhar berkaitan dengan pengalaman beliau ketika masih muda dulu, dimaan rumahnya dikelilingi tetangga non-muslim, dan bagaimana juga pengalaman prof.Fahmi amhar ketika beliau study diluar negeri berkaitan dengan kehidupan tempay kost beliau saat perayaan natal ( untuk lebih jelasnya bisa baca di note prof fahmi amhar di fB beliau dengan judul “ belajar bersikap tepat saat perayaan natal “.

Sedikit tips mengisi mentoring






Tulisan sangat singkat ini bukanlah ingin memaparkan teori komunikasi efektif, namun lebih banyak pengalaman penulis ketika ngisi mentoring, baik di sekolah, mahasiswa, remaja masjid,ataupun kegiatan kepemudaan yg lainya. Tidak lebih dari itu. Semoga bisa diambil inspirasinya bagi aktivis dakwah yg membaca tulisan ini.

Sedikit ingin berbagi pengalaman tentang bagaimana tekhnik mengisi halqah ( mentoring ), setidaknya ini adalah pengalaman saya pribadi.
1.      Memberikan motivasi ( kabar gembira ) pada peserta halqah atau mentoring. Motivasi ini bisa berupa dengan kabar gembira dari hadist/al-qur’an,atau bisa juga dengan membandingkn fakta kondisi mereka yg lebih baik dibanding dengan yg lain, atau bisa jiga dengan menunjukkan pahala menuntut ilmu. Yang biasa saya sampaikan klo semisalnya mentoring dilakukan di mushala/asjid saya sampaikan tentang hadist 7 golongan yg selamat, salah satunya adalah pemuda yg hatinya terikat dengan masjid. Biasaya juga saya sampaikan bahwa majelis yg mereka ikuti saat ini ( mentoring ) adalah majelis yg mulia dibandingkan dengan majelis tongkrongan ( diserta sedikit ilustrasi pemuda masa kini yg doyan tongkrong tanpa arah ) dll.., harapanya dengan memberikan motivasi ini peserta mentoring lebih bersemangat dalam mengikuti mentoring ini, serta pemikiran dan perasaan peserta tergugah pada saat yg bersamaan.
2.      Interaktif.
Interaktif yg saya maksudkan hendaknya pementor dalam penyampaian materi mentoring mampu mengajak peserta untuk ikut aktif berpikir materi yg disampaikan. Untuk menjadikan proses mentoring menjadi aktiv saya biasanya mengajukan beberapa pertanyaan terkait materi pada para peserta mentoring. Sebagai contoh ketika saya sampaikan materi “ mengenal Islam “, pernah saya lakukan para peserta saya suruh mengeluarkan Kartu pelajar, saya tanyakan ke para peserta hal apa yg sama dimiliki para peserta yg tertulis dikartu pelajar ? yupz! Disana semua tertuslis sama AGAMA : Islam. Setelah itu saya lebih mendalam bertanya: apa itu Islam ? kalau perta mentoring sedikit ( 4-7 Peserta ) biasanya saya tanya satu-satu, kalau perrta banyak ( lebih dari 7 peserta ) biasanya para peserta saya suruh nulis dikertas. Intinya mereka dilibatkan aktif dalam proses penyampaian materi mentoring.

3.      Betapa pentingnya materi yg disampaikan !!!
Maksudnya ? ini berkaitan dengan materi dan kebutuhan peserta terkait materi. Intinya membangun pesepsi bahwa materi sangat urgent untuk dipahami. Misalnya ketika saya sampaikan meteri tentang “ mengenal Islam “, maka saya sampaiakn sekarang ada kelompok/orang yg menyatakan semua agama sama ( pluralisme ),lantas apa bedanya Islam dengan agama non-islam lainya jika semua sama ? ada juga orang/kelompok yg menyatakan Islam hanya sekedar ibdah ritual privat saja ( sekularisme ),sehingga untuk urusan publik diserahkan ke ideologi yg lain ( kapitalise/sosialisme ). Sehingga dengan begitu sangat diperlukan pemahamana yg benar tentang definisi Islam secara Syamil, masuklah materi “ mengenal islam...”

4.      Fokus pada materi.
Untuk lebih mudah dan fokus pada materi biasanya saya buat ihktisar materi inti dari materi mentoring yg ingin disampaikan, untuk pengembanganya disesuaikan dengan kondisi yg ada. Ikhtisar materi ini bisa berisi dalil-dalil al-qur’an, hadis, kisah-kisah beserta sumbernya. Fokus ini agar juga kita tidak nglantuer kemana-mana...

5.      Sungguh-sungguh, ke-ikhlasan
Ini yg paling penting dimiliki oleh seorang da’i, pementor.

Wonosobo, IBS 12.00  22/12/2012
Akhukum Abu Syahmi

Membaca






Membaca adalah makanan terbaik bagi akal. Mengapa terbaik bagi akal ? karena dengan membaca kita akan dapat menambah informasi baru, melakukan sistesis antar informasi, yg dari aktivitas membaca ini akan lahir aktivitas berpikir. Dalam kitab tafkir disebutakan ada 4 komponen sehingga kita diseuat sedang berpikir, yakni : otak yg sehat, panca indera, fakta terindera, dan informasi sebelumnya terkait fakta. Nah membaca ini berkaitan dengan menambah informasi sebelumnya berkaitan dengan fakta dari yg kita baca. Semaki sering kita rajin membaca maka informasi yg kita peroleh akan semakin banyak,maka pengetahuan kita terkait sebuah fakta pun akan semakin kaya.

Bagi aktivis dakwah kegiatan membaca ini harus semkain diasah dan ditingkatkan. Kegiatan membaca ini bukan sekedar untuk menambah wawasan, namun lebih dari itu untuk dalam rangka proses perubahn masyarakat. Lho,apa hubungnya perubahan masyarakat dengan aktivitas membaca ? jawabnaya ada. Bukankah wahyu pertama yg diturunkan kepada Rasulullah adalah “ iqra “ ( membaca ) ? bukankah untuk melakukan proses perubahan masyarakat kita harus membaca masyarakat yg akan dijadikan objek perubahan ? bukankah kita juga harus membaca model  masyarakat seperti apa yg dituju dalam rangka proses perubahan ini ? ya, membaca.

Termasuk bagi aktivis dakwah yg akan melakukan kontak dengan masyarakat yg ebragam yg terdiri dari pelajar,mahasiswa, dosen,pedagang asongan,kyai, tokh masyarakat, birokkrat, tentu harus cerdas ketika memasukkan ide Islam yg diadopsi. Disinilah diperlukan kemampuan untuk membuka pembicaraan, dan kemampuan ini bisa diperkaya dengan membaca. Coba kita bayangkan seorang aktivis dakwah yg ia berprofessi sebagai pedagang pakaian ketika nmelakukan kontak dengan profesor, tentu aktivis tadi tidak harus sekolah dulu sehingga sampai jenjang profesor kan ? lalu dari mana akan mulai pembicaraan klo tidak tau sedikit-banyak seputar dunia intelektual kalau bukan dari membaca ?

Inilah yg saya maksudkan bahwa aktivitas membaca ini tidak sekedar hanya sebatas menambah wawasan saja, namun lebih dari itu adalah aktivitas membaca dalam rangka proses perubahan masyarakat.

Bagi yg sedang membaca tulisan saya ini saya ucapkan : selamat membaca..! ;-)

akhukum Abu Syahmi,Perpusda Wonosobo, menjelang maghrib,hujan deras 21/12/2012.

Minggu, 23 Desember 2012

DRAKULA VS MUHAMMAD AL-FATIH





Kira-kira apa yg ada dibenak kita ketika kita mendengar kata “ DRAKULA “ ? mungkin akan terbayang dalam benak kita sesosok mengerikan penghisap darah, atau makhluk yg akan ketakutan jika didekatkan benda yg berbentuk salib. Gambaran sosok DRAKULA seperti di atas adalah sosok yg diimaginasikan oleh media, terutama media barat, terutama lagi dalam dunia per-filman barat. Tetapi apakah benar seperti itu ?

Kamis, 20 Desember 2012

Euforia kemenagan partai Islam ( ? ) dalam pentas Demokrasi


Teringat dulu masih kuliah, begitu senangnya ketika mendengar informasi berita kemengan HAMAS dalam pemilu palestine, dalam benak saya HAMAS akan menerapkan Syari’at Islam di palestine,kebangkitan Islam akan segera tegak,begitu dalam benak saya. Saking nge-fansnya dengan HAMAS email saya kasih nama Ar-Rantisi88@yahoo.co.id, yapz salah seorang pejuang HAMAS adalah Dr.Abdul ‘Aziz Ar-Rantisi,seorang dokter bedah pemimpin hamas pada masanya, dan begitu senangnya saya ajak beberapa temen di kampung saya untuk saya sampaikan berita menggembirakan ini. Masih ingat beberapa teman saya dari Jama’ah Tabligh dan beberapa temen SD berkumpul di salah satu rumah salah satu seorang kawan membicarakan kemenangan HAMAS ini. Sempat juga mencoba mencari HAMAS, barangkali ada cabang pergerakan ini di Purworejo,Indonesia...

HAMAS adalah gerakan perlawanan palestine yg menentang pendudukan Israel atas Palestine.

Belajar dan belajar...,baca dan terus membaca.... Ikhwanul Muslimin...,Taliban..... sebuah gerakan yg kuidolakan selain HAMAS. Syaikh Hasan Al-Bana , Syaikh Timilsani, Syaikh Al-Hudaibi,Syaikh Sa’id Hawwa, Syaikh Sayyid Quthb,ini adalah nama beberapa petinggi Ikhwanul Muslimin serta para Ideolognya. Ketika praktik di RSUD Kebumen, waktu itu saya kost dibelakang masjid Agung Kebumen, di kost itu aku pinjem beberapa buku pemilik kost, diantaranya Risalah pergerakan 1 dan 2,yg ditulis oleh Syaikh Hasan Al-Bana.

Khilafah wajib hukumnya diperjuangkan. Mengapa banyak partai Islam yg sampai pada kekuasaan namun Khilafah tidak tertegakkan ?  bukankah dengan kekuasaan berada dalam genggaman mereka bisa menerapkan syari’at Islam dalam konteks bernegara ?

Galaunya pemuda harapan umat


Kemaren berbincang santai dengan salah seorang sahabat. Dan  sahabat saya yg satu ini ceritanya sedang galau. Tapi galau sahabat saya yg satu ini berbeda dengan galaunya anak-anak muda masa kini. Lho kok ? dimana letak perbedaanya ?

Wakti itu saya dengan sahabat saya ini,sambil ditemani air teh manis,dengan beberapa makanan ringan khas desa sedang membicarakan masalah tentag pemuda. Ceritanya sahabat saya ini mempunyai cita-cita atau keinginan untuk membina para pemuda agar seperti “ pemuda kahfi “, agar seperti sosok “ pemuda Ibrahim Muda “, sahabat saya ini bercerita tentang bagaimana seorang pemuda bernama Ibrahim mampu menumbangkan adat-istiadat penyembahan berhala pada masanya. Ya, sahabata saya ini sedang galau, dan memikirkan agar para pemuda menjadi sosok yg dibayangkanya seperti “ pemuda kahfi “.

Waktu itu saya hanya sedikit menambahkan saja, bahwa memang pemuda mempunyai peranan besar dalam proses perubahan, baik itu perubahan menuju arah kebaikan,atau perubahan ke arah keburukan sekalipun. Klo kita melihat sosok generasi pada awal dakwah Islam di Makkah, generasi sahabat as-sabiqual awwalun mereka rata-rata adalah sosok para pemuda.

Waktu itu saya bertanya pada sahabat saya yg sedang galau tersebut : “ kira-kira menurut antum bagaimana gambaran real pemuda yg antum bayangkan ? bagaimana cara membentuknya ? dan bagaimana strategi dan cara menuju gambaran pemuda yg antum impikan ? “   sahabat saya ini diam sejenak, kemudian menjawab : “ saya juga bingung menjawabnya akh, pertanyaan yg serupa pernah juga ditanyakan ke saya,namun saya bingung untuk menjawabnya ? “

Kemudian kita berdiskusi tentang agaimana generasi awal dakwah islam dibina dalam Hizbur Rasul dengan pembinaan yg memfokus, dibina dengan akidah islam dan Tsaqafah islam yg memancar darinya. Itulah yg dilakukan di darul Arqam. Setelah para sahabat matang dengan aqidah dan tsaqafah islam mereka melakukan interaksi dengan masyarakat untuk melakukan proses transformasi sosial dari masyarakat jahiliah menju masyarakat Islam.


Orasi jalananku


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh !!
Asyhaduanla Illaha Ilallah wa asyhaduannamuhammadarraosulullah..,Allohumma solli’ala sayyidina muhammad wa ‘ala ali sayyidina muhammad, ,amma ba’du.

Allahu Akbar !!

Warga Purworejo yg diinsyaAllah dirahmati oleh Allah swt, saksikanlah kami para syabab aktivis Hizbut Tahrir DPD II Purwoejo melakukan aksi damai dalam rangka mengutuk serangan biadab zionis israel ke Gaza,palestine, dan kami juga sekaligus menyerukan kepada penguasa-penguasa negeri muslim,termasuk penguasa Indonesia untuk mengirimkan tentaranya untuk berjihad menghentikan pembantaian rakyat gaza.

Warga Purworejo,yg kami cintai, beberapa hari ini lagi-lagi kita dikejutkan dengan berita pembantaian yg dilakukan oleh Israel terhadap warga gaza di palestina. Tentu kita sebagai umat Islam merasa prihatin dengan berita ini, sebenarnya apa yg sedang terjadi di gaza ? ketahuilah wahai saudaraku warga purworejo yg kami cintai,bahwa saat ini di Gaza sedang terjadi pembantaian demi pembantaian, rarusan rakyat gaza, palestine mengalir darahnya, termasuk diantaranya wanita,anak-anak, dan orang tua. Ada sekitar 160an rakyat sipil meregang nyawa dan ratusan lainya mengalami luka ringan maupun berat, banyak fasilitas umum yg mengalami kerusakan,baik itu rumah sakit, perkantoran,maupun tempat-tempat ibadah yg hancur akibat serangan roket Israel yg membabi buta.  Banyak warga gaza dipalestine yg hidup dalam kamp-kamp pengungsian, sementara kemanan mereka terancam dari serangan israel. Warga purworejo yg kami cintai, inilah yg sedang terjadi di gaza,palestine, pembantaian!!!

 Warga purworejo yg kami cintai, banyak hal yg sudah dilakukan untuk membantu rakyat gaza,palestina,mulai dari bantuan kemanusiaan berupa,makanan,pakaian,obat-obatan sampai dengan perundingan-perundingan damai, yg kesemuanya itu diharapkan bisa utnuk menghentikan pembantaian. Namun pertanyaanya, Apakah pembantaian di Gaza berhenti ? jawabanya jelas : Pembantaiaan terus berlanjut !! bantuan kemanusiaan berupa pakaian,makanan,dan obat-obatan itu untuk meringankan korban yg dibantai,namun persoalanya apakah yg sudah dilakukan untuk pembantai yakni israel ??? apakah kita rela jika rakyat gaza dipalestina sebagai korban kita beri bantuan makanan dan obat-obatan sementara itu dalam waktu yg bersamaan mereka terus dibantai oleh pelaku pembantaian yakni israel ? tentu kita tidak rela saudara-saudara !!! berbagai  perjanjian damai dilakukan dimana-mana,lewat PBB, OKI,dan atau melalui mediator negeri-negeri muslim yg lainya, berbagai resolusi dikeluarkan untuk menghentikan pembantaiaan,namun pertanyanaya “apakah pembantaian di gaza berhenti ? jawabanya jelas : pembantaiaan terus berlangsung !!!! andaikan ada genjatan senjata,polanya selalu sama, genjatan senjata, kemudian bantai lagi, genjatan senjata lagi,bantai lagi, genjatan senjata lagi,bantai lagi dst... Lalu kita bertanya ‘kapan pembantaian di gaza palestina ini akan berhenti ??? kalau kita berharap dari PBB,maka itu mustahil,karena dibelakang PBB ada Penjajah USA yg mendukung eksistensi zionis Israel, Tercatat sejak tahun 1972 sampai tahun 2009, sudah lebih dari 68 resolusi PBB yang berhubungan dengan eksistensi israel di palestina diveto amerika,ini menunjukkan perundingan lewat PBB telah gagal menyelesaikan konflik palestine. kalau kita berharap pada para penguasa negeri-negeri muslim saat ini,maka ketahuilah bahwa sebagian besar penguasa negeri-negeri muslim saat ini adalah sejalan dan searah dengan penjajah USA,alias mereka adalah agen USA. Para penguasa negri muslim banyak yg mengecam kemudian diam.

Wahai saudaraku warga purworejo yg kami cintai, sekali lagi ‘‘kapan pembantaian di gaza palestina ini akan berhenti ??? sangat jelas bahwa Israel tidak mengenal bahasa perundinagan, sangat jelas pula bahwa bahasa yg dapat dipahami israel adalah bahasa perang !! Oleh karena itu kami dari Hizbut Tahrir menyerukan pada para penguasa-penguasa negeri Muslim untuk Mengeluarkan para tentaranya untuk berjihad mengehentikan pembantaian di Gaza. Allahu Akbar!!

Wahai saudaraku warga purworejo yg kami cintai,ketahuailah bahwa tanah palestina dulunya adalah masuk dalam kekaisaran Roomawi, kemudian dibebaskan pertama kali dan berada dibawah naungan Islam dalam sistem Khilafah pada masa Khalifah Umar bin Khattab, sejak saat itu wilayah palestina menjadi wilayah yg damai ketika berada dalam naungan sistem Khilafah. Pada periode berikutnya palestina pernah dijajah kembali oleh para penjajah barat,namun kemudian dapat dibebaskan kembali denagn Jihad oleh Shalahuddin Al-Ayyubi dengan tentara Khilafahnya. Hingga akhirnya palestina berada dalam naungan Islam pada masa Khilafah Utsmaniyah. Maka sejatinya, sesunggguhnya pembantaian di palestine akan berhenti ketika ada entitas kekuasaan kaum muslim yg menjaga Umat,yakni Khilafah Islamiyah !! Allahu Akbar !!



Senin, 17 Desember 2012

anakku sayang...

tidak bosan ku melihatmu..
sungguh bahagia ku melihatmu...
semoga Allah menjadikan engkau seorany yg faqih fi dien..
semoga Allah menjadikan engkau kelak menjadi pejuang Islam...
jika khilafah belum tegak semoga Allah menjadikan engkau pejuangnya,,,
jika Khilafah sudah tegak semoga engkau menjadi salah satu pasukan terbaik yg menaklukkan kota roma...

anakku.. Syahmi Syihabuddin...ayah mencintaimu nak...






Liburan Produktif Pelajar Muslim



                                       bersama para pelajar Purworejo setelah megatraining yg diisi oleh Ust.Fellix siauw





Bagaiman agar liburan para pelajar Muslim atau lebih khusus lagi bagi kamu-kamu aktifis dakwah sekolah ( ADS ) bisa lebih produktif?
Saat ini, tidak terasa Libur panjang mulai mendatangi pelajar-pelajar sekolah, dan tentu saja ini masa-masa yang sangat ditunggu dan dinantikan. Setelah sekian bulan lamanya menjalani aktifitas sebagai pelajar, organisasi,dll. Dan aktifis dakwah sekolah pun termasuk didalamnya pula. Nah, waktu libur panjang yang cukup lama ini jika tidak dipergunakan dengan sebaik-baiknya, maka kita termasuk orang yang merugi, menyia-nyiakan waktu yang ada. Ya gak ? ;-)
Oleh karena itu, sebagai pelajar Muslim apalagi sebagai aktivis Dakwah sekolah,atau aktivis rohis  tentu kita akan memprogramkan apa saja yang akan kita lakukan selama liburan agar produktif dan siap untuk kembali ke ranah dakwah sekolah dengan pribadi yang lebih bersih dan segar.
  1. Membuat Target.
Cobalah buat target yang jelas dan realistis. Untuk menambah kualitas pribadi. Contohnya hafal 1 juz setelah liburan, atau menguasai bahasa inggris, arab, ataupun komputer setelah liburan, dan banyak lainnya. Pilih yang paling sesuai, dan tidak melanggar hukum syariah.

2. Membuat planningPekan/kegiatan sesuai denga target yg telah dibuat.
 Pastikan setiap hari diisi dengan kegiatan bermanfaat. Apa saja yang dapat kita lakukan ?, kita coba bagi dalam 3 bagian :
a.Refreshing/Istirahat adalah salah satu kebutuhan pokok manusia, ibarat sebuah mesin. Ada banyak macam bentuk refreshing :Olahraga, Wisata Kuliner, Menjadi Relawan, Hiking, Mudik, Fotografi,dll.
b. Pengembangan Diri, Baik dari bidang keagamaan maupun softskill :Training ESQ, Menghafal quran, Les bahasa asing, Target membaca sejumlah buku, mengikuti kajian ke-Islaman, mengadakan kajian khusus remaja dan mengajak teman-temanmu untuk ikut serta dll.
c. Akademik, me-refresh atau sedikit membuka-baca pelajaran sekolah walaupun hanya sebentar, selain untuk biar gak kelupaan, biar gak kaget pas masuk sekolah lagi ;-)

3.  Persiapan  Dakwah
Hal ini yang paling penting, menyiapkan agenda dakwah ketika sudah mulai proses belajar-mengajar kembali. Yakni dengan membuat agenda kaderisasi dan rencana strategi untuk tahun ajaran berikutnya. Terutama mendekati tahap Penerimaan siswa Baru untuk menjaring bakal calon pejuang dakwah sekolah. Atau juga berbagai agenda untuk lebih meningkatkan ukhuwan kader dakwah, contoh outbond, rihlah, mabit,dll.

Terakahir saya ucapkan pada adik-adikku para pelajar, selamat berlibur ! 

Wonosobo,RSU Wonosobo, akhukum abu Syahmi 17-12-2012

1.Demi masa.  2.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran ( Al-‘Asr )

Ikatan Remaja Masjid Nurussala, Plandi, Puwodadi

15/12/'12. sebuah kisah heroik seorang pahlawan Muslim diceritakan dengan penuh semangat oleh akh Dika Tri Widayat. kisah siapakah itu ? yakni Kisah penaklukkan konstantinopel yg dilakukan oleh seorang pemuda yg bernama Muhammad Al-Fatih, para remaja yg masih seumuran SMP-SMA begitu antusias mendengarkan kisah ini,dan diakhir, para remaja yg tergbung di IRMA MAsjid Jami' nurussalam desa plandi,purwodadi, purworejo berkomitmen untuk menjadi pejuang Islam.

begitulah kira-kira sedikit gambaran kajian Islam di IRMA desa plandi. acara ini mendapat sambutan positif dari pembina IRMA yaitu bapak Imam. Allahu Akbar!!

Wonosobo, 17/12/'12.akhukum Abu Syahmi.


Rabu, 12 Desember 2012

Cara Islam mengatasi Kriminalitas remaja






Kekerasan dan pergaulan bebas menjadi potret buram kehidupan remaja saat ini. tawuran antarpelajar, seks bebas, hamil di luar nikah, aborsi, perkosaan, pelecehan seksual dan peredaran VCD porno, narkoba dan HIV/AIDS menjadi perkara yang lumrah di kalangan remaja saat ini. Padahal remaja merupakan generasi penerus yang akan menerima tongkat estafet kebangkitan umat.
Kapiltalisme: Biang Kerok
Sederet potret buram remaja menjadi bukti kegagalan sistem Kapitalisme yang diterapkan, di antaranya melalui sistem pendidikan generasi saat ini. Sistem pendidikan sekular kapitalis telah menyita sebagian besar waktu dan tenaga siswa untuk mengabaikan aspek pembentukan kepribadian yang kuat. Sekolah sebagai institusi pendidikan alih-alih mencetak remaja yang berkualitas yang memiliki kepribadian yang kuat sesuai dengan tujuan pendidikan, namun justru menghasilkan remaja yang menciptakan banyak masalah. Sekolah yang baik seharusnya mampu membentuk kepribadian yang baik.  Sebaliknya, sekolah yang buruk adalah yang abai terhadap hal-hal tersebut. Inilah realita yang terjadi kini.
Sebenarnya Pemerintah telah menetapkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa serta berkembangnya potensi diri secara optimal. Tentu, ini adalah sebuah tujuan yang sangat ideal, dan memang itulah yang diharapkan dari sebuah proses pendidikan. Pendidikan harus melahirkan sosok manusia yang mempunyai kepribadian khas yang muncul dari keimanan dan ketawaan yang tinggi serta memiliki kemampuan berbasis kompetensi yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendidikan diarahkan untuk menempa kepribadian siswa yang kuat dan mengembangkan potensi keterampilan secara optimal.
Hanya saja, apabila kita menengok realita kehidupan para pelajar saat ini, tujuan ini terasa sangat klise.  Kalangan remaja sebagai output pendidikan saat ini jauh dari sosok manusiamuttaqin dalam makna hakikinya. Kini, alih-alih ada rasa bangga bila bertemu dengan gerombolan remaja berseragam sekolah, yang ada adalah rasa was-was, khawatir menjadi korban tingkah polahnya yang buruk, bak preman jalanan.
Dengan kurikulum sekular kapitalistik, para pelajar kian terbentuk menjadi pribadi yang kering jiwanya, keras mentalnya, bahkan jumud dari mencari solusi berbagai persoalan yang menimpanya. Kata iman dan takwa tidak lebih dari lips service.  Kata ‘iman’ dan ‘takwa’ tidak mewujud dalam kenyataan.  Padahal sejatinya, apabila strategi pendidikan seiring dengan tujuannya, maka akan dihasilkan target optimal, yaitu terbentuknya sosok generasi ideal.  Namun, fakta menunjukkan bahwa ada perbedaan antara konsep dan metode pelaksanaannya.
Dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, nilai-nilai demokrasi dan HAM menjadi acuan dalam proses pendidikan  sehingga proses pembelajaran mengacu pada target tercapainya nilai-nilai tersebut.  Inilah fakta yang menunjukkan ada ketidaksesuaian antara visi dan misi pendidikan.  Visinya menjadi insan mu’min dan muttaqin, namun misinya melalui penanaman nilai HAM dan demokratisasi. Akankah misi ini dapat mewujudkan visi pendidikan?  Ataukah memang visi pendidikan nasional sudah mengalami disorientasi?  Bila benar, tentu tidak salah jika kita mengatakan bahwa tujuan pendidikan nasional yang dicanangkan tersebut hanyalah lips service saja.
Bila memang yang diinginkan adalah terbentuknya insan yang mu’min-muttaqin, relevankah bila ditempuh dengan cara memberikan pelajaran agama yang hanya dua jam pelajaran saja dalam satu minggu (2 jam dari 40 jam, hanya 5% dari pelajaran lainnya). Itu pun jika harinya tidak libur dan gurunya tidak bolos. Lebih dari itu penyampaian pelajaran lebih bersifat teoretis, kurang sisi implementatif, ditambah sarana praktik pendidikan agama yang sangat minim. Karena itu, wajar jika kemudian para pelajar memposisikan pelajaran agama tidaklah berbeda dengan pelajaran lainnya, yang hanya untuk dihapal karena akan keluar di soal ujian.
Belum lagi berbicara tentang kualitas guru. Sistem Kapitalisme, selain membebani guru dengan setumpuk bahan ajar yang harus disampaikan kepada siswa, mereka juga dipusingkan dengan beban hidup yang kian menghimpit, seiring dengan penghargaan Pemerintah yang jauh dari nilai layak bagi insan pendidik ini. Walhasil, proses belajar mengajar hanya sekadar untuk memenuhi kewajiban saja, tidak lebih dari itu. Kondisi ini juga semakin diperparah dengan metode ajar yang hanya mengedepankan transformasi ilmu saja dan mengabaikan transformasi perilaku positif yang menjadi suri teladan.  Lihat saja banyak berita tentang bagaimana perilaku guru yang tidak memberikan contoh perilaku yang baik. Kasus guru yang berbuat kasar dengan membentak, menempeleng, atau menendang terhadap muridnya adalah contoh betapa wajar jika para siswa berulah anarkis, karena gurunya pun mengajarkan perilaku seperti itu.
Tidak dipungkiri pula bahwa dalam kurikulum pendidikan yang sekular kapitalistik ini, untuk membentuk sosok pelajar yang mu’min-muttaqin hanya bertumpu pada materi agama. Adapun pada pelajaran lain, tidak ada penanaman nilai kepribadian untuk menjadi mu’min-muttaqin.  Mengapa demikian? Karena sistem pendidikan nasional kita tidak berbasis agama.  Agama ditempatkan jauh dari urusan pendidikan.  Pendidikan di negeri ini menganut paham pemisahan agama dari pengaturan urusan masyarakat (sekular).   Akibatnya, terjadi dikotomi antara pelajaran agama dan pelajaran umum lainnya.  Pelajaran umum (non agama) berada di wilayah yang ‘bebas nilai’, yang sama sekali tidak tersentuh standar nilai agama.  Kalau pun ada hanyalah etik-moral yang tidak bersandar pada nilai agama.  Karena itu, wajar bila pembentukan kepribadian hanya dibebankan pada pelajaran agama saja.
Lemahnya Peran Keluarga
Kehidupan kapitalistik yang berlaku saat ini tidak hanya menjadi pangkal persoalan pendidikan di sekolah. Keluarga pun terkena imbasnya. Keluarga adalah basis pendidikan yang utama bagi setiap insan. Namun, sistem Kapitalisme telah memaksa para orangtua abai dalam proses pendidikan anak-anaknya. Kapitalisme telah menyebabkan beban hidup setiap keluarga terus mencekik. Keluarga pun harus memutar otak mencari penghidupan. Dengan  dalih mencapai penghidupan yang layak inilah, ayah dan ibu sibuk bekerja siang dan malam. Akibatnya, anak pun terabaikan.
Para ibu sebagai pendidik pertama dan utama bagi anaknya tidak  sempat memberikan perhatian dan kasih sayang yang paripurna. Bahkan untuk memberikan keteladanan sehari-hari kepada anaknya pun tak ada waktu karena sibuk di luar rumah, turut membantu suami mengepulkan asap dapur. Akhirnya, para ibu banyak yang tidak lagi bisa memberikan arahan akan kehidupan yang harus dicapai anak-anaknya. Begitupun dengan sosok ayah. Ia menjadi figur yang asing bagi anak-anaknya.  Tanggung jawabnya untuk menjaga keluarga dari siksa api neraka sebagaimana perintah dari Allah SWT, jelas terabaikan. Sempitnya waktu bersama anak membuat komunikasi menjadi hal yang sangat mahal dalam keluarga. Anak pun terdidik dengan televisi, internet, HP dan  media eletronik lainya. Padahal dari media-media tersebutlah anak mendapatkan pengaruh buruk tentang pergaulan bebas, hidup konsumtif, kekerasan dan aktivitas kriminal lainnya. Anak tidak mengenal kasih sayang sejati dalam rumahnya. Perhatian justru didapat dari teman, geng, bahkan komunitas lain di jalanan.
Solusi Tuntas
Potret buram remaja sebenarnya dapat dituntaskan dengan memperbaiki sistem hidup yang mempengaruhi pemahaman dan perilaku remaja.  Untuk itu dibutuhkan peran dari berbagai unsur: sekolah, keluarga, masyarakat dan negara. Keseluruhannya bertanggung jawab dalam membentuk kepribadian yang baik pada remaja, kepribadian yang dibangun di atas iman dan takwa.  Semuanya harus bersinergis untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan remaja.
Keluarga merupakan institusi pertama dan utama yang melakukan pendidikan dan pembinaan terhadap anak (generasi). Di sanalah pertama kali dasar-dasar keislaman ditanamkan. Anak dibimbing orangtuanya bagaimana ia mengenal Penciptanya agar kelak ia hanya mengabdi kepada Sang Pencipta, Allah SWT.
Rasulullah saw. pernah bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-islami). Ayah dan ibunyalah kelak yang menjadikan dirinya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan berhala) (HR al-Bukhari, Muslim, Malik, Ahmad, at-Tirmidzi, Abu Dawud dan an-Nasa’i).
Orangtua wajib mendidik anak-anaknya tentang perilaku dan budi pekerti yang benar sesuai dengan ajaran Islam. Bagaimana anak diajarkan untuk memilih kalimat-kalimat yang baik, sikap sopan-santun, kasih-sayang terhadap saudara dan orang lain. Mereka diajarkan untuk memilih cara yang benar ketika memenuhi kebutuhan hidup dan memilih barang halal yang akan mereka gunakan. Dengan begitu, kelak terbentuk pribadi anak yang shalih dan terikat dengan aturan Islam.
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah para  malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah atas apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS at-Tahrim [66]: 6).
Masyarakat—yang menjadi lingkungan remaja menjalani aktivitas sosialnya—mempunyai peran yang besar juga dalam mempengaruhi baik-buruknya proses pendidikan, karena remaja merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Interaksi dalam lingkungan ini sangat diperlukan dan berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja. Masyarakat yang terdiri dari sekumpulan orang yang mempunyai pemikiran dan perasaan yang sama, serta interaksi mereka diatur dengan aturan yang sama, tatkala masing-masing memandang betapa pentingnya menjaga suasana kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan generasi muda, maka semua orang akan sepakat memandang mana perkara-perkara yang akan membawa pengaruh positif dan mana yang membawa pengaruh negatif bagi pendidikan generasi. Perkara yang akan membentuk pengaruh negatif pada remaja tentu akan dicegah bersama. Jika ada sekelompok remaja terbiasa nongkrong dengan kegiatan yang tidak karuan, masyarakat setempat seharusnya bertindak membersihkan lingkungan dengan mengajak kelompok remaja tersebut mengalihkan kegiatan dengan hal yang lebih bermanfaat. Di sinilah peran penting masyarakat sebagai kontrol sosial.
Peran paling penting dan strategis dalam membentuk kepribadian remaja ada pada negara melalui pemberlakuan sistem pendidikan. Secara paradigmatik, pendidikan  harus dikembalikan pada asas akidah Islam yang akan menjadi dasar penentuan arah dan tujuan pendidikan, penyusunan kurikulum dan standar nilai ilmu pengetahuan serta proses belajar-mengajar, termasuk penentuan kualifikasi guru/dosen serta budaya sekolah/kampus tempat remaja eksis di dalamnya.
Paradigma pendidikan yang berasas  akidah Islam harus berlangsung secara berkesinam-bungan mulai dari  TK hingga Perguruan Tinggi yang pada ujungnya nanti diharapkan mampu menghasilkan keluaran (output) peserta didik yang berkepribadian Islam (syakhshiyyah islamiyyah), menguasai  tsaqafah Islam dan ilmu-ilmu kehidupan  (iptek  dan keahlian).
Negara sebagai penyelenggara pendidikan yang utama haruslah menerapkan kurikulum yang menjamin tercapainya generasi berkualitas. Bukan hanya generasi yang mengejar kemajuan teknologi, tetapi juga membentuk kepribadian Islamnya. Negara juga wajib mencukupi segala sarana untuk memenuhi kebutuhan pendidikan secara layak. Atas dasar inilah negara wajib memiliki visi pendidikan yang fokus pada pembentukan generasi berkualitas dan menyediakan pendidikan bebas biaya bagi seluruh rakyatnya. Kebijakan pendidikan bebas biaya akan membuka peluang yang sebesar-besarnya bagi setiap individu rakyat untuk mengenyam pendidikan. Dengan itu pendidikan tidak hanya menyentuh kalangan tertentu (yang mampu) saja, dan tidak lagi dijadikan ajang bisnis yang bisa mengurangi mutu pendidikan itu sendiri.
Negara wajib menyediakan tenaga-tenaga pendidik yang handal. Mereka ini haruslah yang memiliki kepribadian Islam yang luhur, punya semangat pengabdian yang tinggi dan mengerti filosofi pendidikan generasi serta cara-cara yang harus dilakukan. Mereka harus menjadi teladan bagi anak didiknya. Kelemahan sifat pada pendidik berpengaruh besar terhadap pola pendidikan generasi. Seorang guru tidak hanya menjadi penyampai ilmu pada muridnya, tetapi juga seorang pendidik dan pembina generasi. Agar para pendidik bersemangat dalam menjalankan tugasnya tentu saja negara harus menjamin kehidupan materi mereka.
Lebih dari itu, negara juga wajib mengontrol dan menindak tegas hal-hal yang bisa merusak generasi, terutama media yang memberi pengaruh buruk dalam pendidikan dan pembinaan anak.
Peran negara yang seperti ini tentu tidak akan terwujud dalam tatanan sistem yang kapitalis. Hanya negara yang menerapkan Islam secara kaffah-lah yang mampu melaksanakan peran strategis ini. Oleh karena itu, berharap menghapus potret buram remaja dalam tatanan sistem kapitalis saat ini hanyalah mimpi di siang bolong. Karena itu, sudah saatnya mencetak potret cemerlang remaja dan generasi ini dengan tatanan terbaik dari Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Hanya tatanan Islam dalam institusi Khilafah Islamiyah-lah yang mampu menghapus potret buram remaja dan generasi ini menjadi potret cemerlang dan gemilang.
WalLahu a’lam bi ash-shawab. [Dede Tisna; Ketua Lajnah Dakwah Sekolah (LDS DPP HTI)]
sumber : http://hizbut-tahrir.or.id/2012/11/05/cara-islam-mengatasi-kriminalitas-remaja/

Minggu, 09 Desember 2012

Dirosah Syar’iyyah Khosoh Lil Ulama’ di Pondok pesantern Jombor,Kaliurip,Bener, Purworejo12




                                                          ponpes Jombor,kaliurip,, bener, purworejo





08/12/2012. Hizbut Tahrir DPD II Purworejo bekerja sama dengan Ponpes Jombor mengadakan Dirosah Syar’iyyah Khosoh Lil Ulama’ ( kajian khusus Ulama’ ). Acara yg diikuti puluhan Ulama, Kyai,Ustadz ini berlangsung dari jam 09.00-12.00. Dalam kesempatan itu sebagai pengisi kajian Ustadz ‘Ainul Yaqin dari Lajnah Khusus Lil Ulama’ HTI Semarang. Pemateri menyampaikan tentang wajibnya memperjuangkan Khilafah. Pemateri juga menyampaikan peran Ulama yg seharusnya berada di garda terdepan dalam perjuangan menegakkan Khilafah, dalam kesempatan itu pula dikenalkan Hizbut Tahrir sebagai Partai Politik yg beridiologi Islam.

Acara mendapat apresiasi yg cukup antusias dari Kyai Muhaimin ( pemilik Ponpes Jombor ), dengan mempersilahkan HTI Purworejo untuk sering-sering melakukan diskusi pemikiran ditempatnya.

akhukum Abu Syahmi, Wonosobo,IBS, 09-12-2012.

                               sebelumm acara dimulai diskusi dulu tentang Dakwah Hizbut Tahrir
                    Ustadz 'Ainul Yaqin ( DPD 1 HTI Jawa Tengah ) menyampaikan materi kajian Ulama'
                                                    salah seorang ustadz yg sedang bertanya
                                          Ustadz Yahya Husain dari kebumen sedang bertanya
 acara ini diikuti oleh para Ustadz, kyai dari kampung-kampung bener dan sekitarnya
                                                                           foto bersama



                                        saling memberikan hadiah, menjaga ukhuwah Islamiyah
                                 Kyai Muhaimin ( pimpinan ponpes Jombor ) sedang memimpin do'a penutup

Rabu, 05 Desember 2012

Kajian Remaja Masjaid Desa Plandi, Desa Plandi,kec.Purwodadi,Purworejo


24/11/2012. Ditengah guyuran hujan lebat yg merata di Purworejo, tak terkecuali di sebuah desa kecil di desa plandi,purwodadi, Sebuah desa kecil yg terletak di kecamatan Purworejo sebelah selatan dilakukan kajian Remas ( remaja masjid ). Berangkat ba’da maghrib sekitar jam 19.30 ditemani adik ideologis saya Akhi Dhika T Widayat berangkat ke desa Plandi, sambil di jalan calling-callingan dengan Akhi Imam Mukholik ( ketua remaja masjid Plandi ) aktivis Rohis SMKN 1 Purworejo.


Karena hujan yg cukup lebat, sempat kesasar juga,karena komunikasi via Hp sempat terputus, saya bersama Akh dhika mampir di sebuah masjid ( masjid Muttaqin, bragolan,Purwodadi ) untuk sholat Isya berjamaah, setelah itu alhamdulillah komunikasi lancar kembali, kami dijemput oleh akh Imam Mukholik di perempatan Pendowo,untuk langsung menuju TKP.

                                       Masjid Muttaqin,bragolan,Purwodadi, Istirahat sebentar

Alhamdulilah sampai di TKP sudah berkumpul sekitar 20 ikhwan-akhwat remaja masjid. Singkat cerita ditemani suara kodok yg berbunyi cukup keras plus guyuran hujan yg semakin menjadi,saya berkesampatan untuk berbagi ilmu dengan anak-anak remaja masjid desa palandi. Mengucapkan salam, sedkit berkenalan, eh..tiba-tiba listrik mati..., kemudian beberapa menit hidup lagi..,lanjutkan eh..mati lagi, hidup lagi..,mati lagi..,klo di itung-itung mati-hidup ini bisa sampai 10X. Tapi panitia penyelenggara mensiasati dengan mencari lampu petromax,kajian lanjut lagi...

                                                                Sudah sampe TKP

Pada kesmpatan itu saya mengajak remaja masjid plandi yg rata-rata masih siswa-siswi SMP kelas 3 ini untuk berpikir tentang kondisi Remaja saat ini. Waktu itu saya sampaikan materi yg ada di majalah Al-Wa’ie terkait Kriminalitas remaja yg ditulis oleh Ustadz Guslaeni Hafidz dari DPP LDS HTI.





                                       suasana Kajian ditengah kicauan suara kodok plus Hijan lebat

Diakhir kajian ini para pemuda yg tergabung di Remaja masjid desa plandi berkomitment untuk mengkaji Islam lebih dalam dalam bentuk kajian Rutin.

Allahu Akbar !!

Abu Syahmi, diketik di IBS Shift malam,Wonosobo,05/12/’12



Materi Kajian : Kriminalitas Remaja disekitar kita

Geliat dunia remaja yang berjumlah 63,4 juta atau sekitar 26,7 persen dari total penduduk Indonesia kian banyak menyita perhatian media. Sayangnya, kabar dari dunia remaja yang mengisi headline media massa justeru didominasi oleh berita miring dan negatif. Kasus kenakalan remaja—yang mengarah pada kriminalitas remaja—dengan berbagai bentuknya tak henti-hentinya menjadi trending topik, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Sudah separah itukah kondisi remaja saat ini?
Kenakalan Remaja Kian Merajalela
Naiknya grafik jumlah kenakalan/kriminalitas remaja setiap tahun menunjukkan permasalahan remaja yang cukup kompleks. Ini tidak hanya diakibatkan oleh satu perilaku menyimpang, tetapi akibat berbagai bentuk pelanggaran terhadap aturan agama, norma masyarakat atau tata tertib sekolah yang dilakukan remaja. Berikut beberapa bentuk kenakalan remaja—yang sejatinya mengarah pada kejahatan/kriminalitas remaja, red.—yang  sering mendominasi pemberitaan media massa:
1.         Penyalahgunaan narkoba.
Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja makin menggila. Penelitian yang pernah dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) menemukan bahwa 50 – 60 persen pengguna narkoba di Indonesia adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. Total seluruh pengguna narkoba berdasarkan penelitian yang dilakukan BNN dan UI adalah sebanyak 3,8 sampai 4,2 juta. Di antara jumlah itu, 48% di antaranya adalah pecandu dan sisanya sekadar coba-coba dan pemakai. Demikian seperti disampaikan Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) BNN, Kombes Pol Sumirat Dwiyanto seperti dihubungi detikHealth, Rabu (6/6/2012).
2.         Akses media porno.
Pornografi dan pornoaksi yang tumbuh subur di negeri kita memancing remaja untuk memanjakan syahwatnya, baik di lapak kaki lima maupun dunia maya. Zoy Amirin, pakar psikologi seksual dari Universitas Indonesia, mengutip Sexual Behavior Survey 2011, menunjukkan 64 persen anak muda di kota-kota besar Indonesia ‘belajar’ seks melalui film porno atau DVD bajakan. Akibatnya, 39 persen responden ABG usia 15-19 tahun sudah pernah berhubungan seksual, sisanya 61 persen berusia 20-25 tahun. Survei yang didukung pabrik kondom Fiesta itu mewawancari 663 responden berusia 15-25 tahun tentang perilaku seksnya di Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Bali pada bulan Mei 2011.
3.         Seks bebas.
Gerakan moral Jangan Bugil di Depan Kamera (JBDK) mencatat adanya peningkatan secara signifikan peredaran video porno yang dibuat oleh anak-anak dan remaja di Indonesia. Jika pada tahun 2007 tercatat ada 500 jenis video porno asli produksi dalam negeri, maka pada pertengahan 2010 jumlah tersebut melonjak menjadi 800 jenis. Fakta paling memprihatinkan dari fenomena di atas adalah kenyataan bahwa sekitar 90 persen dari video tersebut, pemerannya berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Sesuai dengan data penelitan yang dilakukan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (Okezone.com, 28/3/2012).
4.         Aborsi.
Gaya hidup seks bebas berakibat pada kehamilan tidak dikehendaki yang sering dialami remaja putri. Karena takut akan sanksi sosial dari lingkungan keluarga, sekolah, atau masyarakat sekitar, banyak pelajar hamil yang ambil jalan pintas: menggugurkan kandungannya. Base line survey yang dilakukan oleh BKKBN LDFE UI (2000), di Indonesia terjadi 2,4 juta kasus aborsi pertahun dan sekitar 21% (700-800 ribu) dilakukan oleh remaja.Data yang sama juga disampaikan Komisi Nasional Perlindungan Anak tahun 2008. Dari 4.726 responden siswa SMP dan SMA di 17 kota besar, sebanyak 62,7 persen remaja SMP sudah tidak perawan, dan 21,2 persen remaja mengaku pernah aborsi (Kompas.com, 14/03/12).
5.       Prostitusi.
Selain aborsi dan penularan penyakit menular seksual, gaya hidup seks bebas juga memicu pertumbuhan pekerja seksual remaja yang sering dikenal dengan sebutan ‘cewek bispak’. Sebuah penelitian mengungkap fakta bahwa jumlah anak dan remaja yang terjebak di dunia prostitusi di Indonesia semakin meningkat dalam empat tahun terakhir ini, terutama sejak krisis moneter terjadi. Setiap tahun sejak terjadinya krismon, sekitar 150.000 anak di bawah usia 18 tahun menjadi pekerja seks. Menurut seorang ahli, setengah dari pekerja seks di Indonesia berusia di bawah 18 tahun, sedangkan 50.000 di antaranya belum mencapai usia 16 tahun  (http://www.gelombangotak.net/pages/artikel-terkait-16/prostitusi-di-kalangan-remaja—200.html, 4/5/12).
6.         Tawuran.
Kejahatan remaja yang satu ini tengah naik daun pasca tawuran pelajar SMAN 70 dengan SMAN 6 yang menewaskan Alawi, siswa kelas X SMA 6. Tawuran pelajar seolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perilaku pelajar. Meski sudah banyak jatuh korban, ‘perang kolosal’ ala pelajar terus terjadi. Data dari Komnas Anak, jumlah tawuran pelajar sudah memperlihatkan kenaikan pada enam bulan pertama tahun 2012. Hingga bulan Juni, sudah terjadi 139 tawuran kasus tawuran di wilayah Jakarta. Sebanyak 12 kasus menyebabkan kematian. Pada 2011, ada 339 kasus tawuran menyebabkan 82 anak meninggal dunia (Vivanews.com, 28/09/12).
7.         Geng motor.
Karena longgarnya pengawasan dan ketidaktegasan terhadap geng motor, para angota geng motor semakin leluasa bertindak brutal. Lembaga pengawas kepolisian Indonesia (IPW) mencatat ada tiga prilaku buruk geng motor yaitu balapan liar, pengeroyokan dan judi berbentuk taruhan. Tak tanggung-tanggung, menurut data IPW, judi taruhan tersebut berkisar pada Rp 5 sampai 25 juta per sekali balapan liar. IPW juga mencatat aksi brutal yang dilakukan geng motor di Jakarta telah tewaskan sekitar 60 orang setiap tahunnya. Mereka menjadi korban aksi balap liar, perkelahian, maupun korban penyerangan geng motor (http://www.radioaustralia.net.au, 18/4/12).
Kejahatan remaja yang terus meningkat setiap tahunnya menunjukkan bahwa kondisi ini tidak semata potret buram, tetapi juga kusut dan sulit terurai. Pemerintah seolah ‘angkat tangan’ mengatasinya sampai tuntas. Faktanya, setiap tahun grafik kejahatan remaja terus beranjak naik. Padahal sudah banyak kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah untuk mengatasi masalah ini, tetapi hasilnya belum signifikan. Apa yang salah dengan solusi dari Pemerintah?
Solusi Kapitalis Setengah Hati
Berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah agar generasi muda bisa menunjukkan kesiapannya menjadi calon pemimpin masa depan. Berikut beberapa kebijakan Pemerintah dalam mengatasi masalah remaja:
1.         Gerakan anti narkoba.
Guna mengantisipasi penggunaan narkoba di kalangan remaja, Pemerintah gencar mengkampanyekan program ‘Say No to Drugs!’ Ini dilakukan mulai dari penunjukkan duta remaja anti narkoba, sosialisasi bahaya narkoba ke sekolah-sekolah, hingga razia narkoba di kalangan remaja. Bagi pecandu heroin yang sudah akut, Pemerintah memfasilitasi mereka dengan pengadaan jarum suntik steril sebagai antisipasi penyebaran virus HIV. Ada juga program substitusi (pengganti) heroin dengan metadon sebagai bagian dari terapi penyembuhan pecandu.
Ironis. Di satu sisi Pemerintah ngotot ingin menghentikan peredaran narkoba, namun di sisi lain justru pemerintah melestarikan pemakaian narkoba. Inilah salah satu solusi dangkal yang ditawarkan oleh sistem kapitalis sekular dalam mengatasi masalah narkoba.
2.         Gerakan kondomisasi.
Saat ini, kampanye safe sex with condom gencar disuarakan berbagai pihak demi memutus rantai penyebaran virus HIV. Hal senada juga diangkat lagi oleh Menkes Nafsiah Mboi dengan program kondomisasi remaja; seolah ‘karet pengaman’ itu tidak bisa ditembus oleh HIV. Padahal kenyataan menunjukkan sebaliknya. Pakar AIDS, R, Smith (1995), setelah bertahun-tahun mengikuti ancaman AIDS dan penggunaan kondom, mengecam mereka yang telah menyebarkan safe sex dengan cara menggunakan kondom sebagai “sama saja dengan mengundang kematian”. Selanjutnya beliau mengetengahkan pendapat agar risiko penularan/penyebaran HIV/AIDS diberantas dengan cara menghindari hubungan seksual di luar nikah (Republika, 12/11/1995).
Kondomisasi cuma sebuah solusi pragmatis yang sangat menyesatkan. Pasalnya, kondomisasi bukan menghilangkan akar masalah sesungguhnya, yakni seks bebas yang kian beringas di kalangan remaja. Sebaliknya, kondomisasi makin menambah masalah, karena secara tidak langsung melegalisasi seks bebas. Bukannya mengantisipasi, malah memfasilitasi. Akibatnya, kampanye kondom berpotensi menguatkan gaya hidup seks bebas. Hal ini pernah diungkapkan oleh Mark Schuster dari Rand, sebuah lembaga penelitian nirlaba, dan seorang pediatri di University of California. Berdasarkan penelitian mereka, setelah kampanye kondomisasi, aktivitas seks bebas di kalangan pelajar pria meningkat dari 37% menjadi 50% dan di kalangan pelajar wanita meningkat dari 27% menjadi 32% (USA Today, 14/4/1998).
3.         Razia tawuran pelajar.
Untuk mengantisipasi tawuran pelajar yang kian marak, Pemerintah gencar melakukan razia ke sekolah maupun di jalan raya. Pelajar yang kedapatan membawa senjata tajam segera diciduk dan dibawa ke kantor polisi untuk diproses. Menteri Pendidikan Nasional, M Nuh menjelaskan langkah konkret yang akan ditempuh agar tawuran tidak kembali terjadi, yakni dengan cara membuat tiga rumusan dasar: (a) Tegakkan disiplin internal sekolah; (b) Bangun kegiatan bersama antarsekolah; (c) Berikan dukungan penuh kepada kepolisian untuk menegakkan hukum siapapun yang salah harus dihukum.
Dari upaya Pemerintah mengatasi kenakalan/kejahatan remaja, kebanyakan masih berkutat di permukaan yang pragmatis, belum menyentuh aspek mendasarnya. Inilah solusi pragmatis setengah hati yang menjadi ciri khas sistem kapitalis dalam menyelesaikan masalah. Penyalahgunaan narkoba diatasi dengan metode substitusi (pengganti). Maraknya prostitusi diatasi dengan lokalisasi. Gencarnya seks bebas diatasi dengan kondomisasi. Jadi, yang pemerintah kejar bukan kebaikan masyarakat, tetapi hanya penurunan pengidap HIV/AIDS agar sesuai dengan poin 6 agenda MDGs (Millenium Development Goals) atau Tujuan Pembangunan Milenium. Inilah salah satu bentuk penjajahan baru dari negara kapitalis yang dilegitimasi oleh PBB. Dengan demikian negara maju bisa dengan bebas mengintevensi kebijakan negara berkembang dengan dalih penyelesaian masalah sosial. Padahal solusinya tampak setengah hati dan menambah parah masalah dalam negeri.
Menepis Diskriminasi Rohis
Satu hal yang tidak disentuh secara intensif oleh Pemerintah dalam mengatasi masalah kenakalan/kejahatan remaja, yaitu edukasi bermutu tinggi; sebuah konsep pembelajaran bagi remaja yang bisa mempengaruhi pola pikir dan pola sikap mereka ke arah positif. Tidak sekadar penyuluhan akibat seks bebas atau sosialisasi bahaya narkoba, tetapi pembentukan pemahaman positif pada diri remaja yang terus-menerus. Dengan begitu mereka mempunyai dorongan sangat kuat untuk menjauhi perilaku yang bisa mengantarkan mereka pada kenakalan/kejahatan. Dorongan yang lebih kuat dari solidaritas teman, pertimbangan materi, atau ikatan emosional, inilah yang didapat siswa dari kegiatan rohis di sekolah maupun kampus.
Rohis dapat meningkatkan sikap religius siswa. Melalui rohis siswa memiliki kesempatan yang cukup besar untuk mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan dan meningkatkan pemahaman keislaman melalui kajian hadis, fikih, akidah, akhlak dan tarikh.  Bukan hanya itu, kajian khusus untuk membahas problematika remaja dengan cara pandang Islam menjadikan para siswa memiliki kepribadian yang Islami (syakhshiyah Islamiyah). Mereka menjadi siswa yang memahami halal dan haram, terikat dengan aturan agama dan taat beribadah. Semua itu akan menjadi pondasi awal bagi mereka jika kelak menjadi pemimpin ataupun yang dipimpin di dalam masyarakat. Kehadiran rohis setidaknya menjadi solusi untuk mengeliminasi masalah kenakalan remaja yang terus meningkat.
Sayangnya, pada tanggal 5 September 2012, Metro TV bikin ulah yang mencoreng nama baik organisasi kerohanian Islam alias rohis. Dalam sebuah tayangan program “Metro Hari Ini”, stasiun TV yang digawangi Surya Paloh ini memaparkan sebuah ilustrasi mengenai pola rekrutmen ‘teroris muda’ yang dikaitkan dengan kegiatan ekstra kulikuler berbasis mesjid yang ada di sekolah.
Apa yang disampaikan Pranowo  dan Metro TV semakin menguatkan keyakinan banyak orang bahwa war on terrorism is war against Islam. Ini adalah stempel negatif yang dimaksudkan untuk membunuh karakter rohis, aktivisnya dan ajaran Islam. Stigma ini adalah teror yang menakut-nakuti agar para siswa menjauh dari rohis; teror bagi orangtua siswa agar tidak mengizinkan putra-putrinya aktif bersama rohis; juga teror terhadap institusi sekolah agar menutup kegiatan rohis jika tidak ingin dicap melindungi base camp pembinaan teroris.
Jika Pemerintah punya kemauan kuat untuk mengatasi kenakalan/kejahatan remaja, sejatinya tak memandang sebelah mata keberadaan rohis, apalagi sampai mengkaitkannya sebagai sarang teroris. Justru rohis dengan segudang kegiatannya akan membantu kerja Pemerintah dalam mengedukasi remaja untuk menjauhi pelanggaran aturan agama, norma masyarakat, maupun hukum negara. Dengan begitu remaja bisa membingkai masa depan kepemimpinannya dengan cerah dan tanpa kusut, seperti harapan pemerintah dan kita semua. Rohis mesti tetap eksis! [341; Guslaeni Hafid (Anggota LDS DPP HTI, Pimred Majalah Remaja Islam D’Rise)].