Mengamati, Melihat, memahami, Dan Menuliskannya

Minggu, 13 Januari 2013

impian

masih teringat dulu samar-samar ketika kuliah awal, sangat ingin membina, mengkader, ingin mencetak pemuda pejuang Islam. dimulai dengan masuk dipergerakan mahasiswa, dari satu pergerakan ke pergerakan lain. buku-buku pembinaan mereka ku baca. tentu bukan sekedar untuk dibaca,namun dibaca untuk kemudian untuk disampaikan. bermimpi mencetak banyak pejuang Islam. bermimpi untuk mencetak pejuang kebangkitan islam, beberapa tahun lama...

mencoba menerapkan model usrah, mengumpulkan siapa yg berpotensi untuk menjadi pejuang. mengontak, berdiskusi, mengajak ikut andil dalam proses perubahn masyarakat. hingga banyak momentum kutemukan...

alhamdulillah kini berkesempatan bergerak di dakwah pelajar, mahasiswa, pemuda.

semoga diberi ke-istiqomahan. teruntuk sahabat-sahabatku mari kita cetak 100 pelajar Muslim Ideologis purworejo, ratakan pelajar Purworejo dengan Syari'ah dan Khilafah. Allahu Akbar!!

Menjaga energi semangat


Ada beberapa  peristiwa menarik yg sering saya temui berkaitan dengan kata “ semangat “.  Pernah saya jumpai seorang aktivis muda dari sebuah perguruan tinggi di purworejo, aktivis muda ini sangat semangat mengontak sesama aktivis untuk menolak rencana kenaikan BBM pada waktu itu, ia sangat bersemangat menjelaskan tentang mengapa harus ditolak naiknya BBM, dia sangat bersemangat mengompori sesama teman mahasiswa untuk melakukan aksi menolak kenaikan harga BBM. Saya kagum dengan semangatnya yg menggelora.  Sahabat saya ini rupanya baru ikut sebuah training pergerakan yg dilakukan salah satu pergerakan mahasiswa di purworejo. Beberapa bulan setelah itu saya melakukan kontak dengan sahabat saya ini, setiap minggu saya beri buletin dakwah Al-Islam, saya ajak diskusi berkaitan dengan isu-isu nasional maupun internasional. Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Tampaknya ada banyak perubahan yg membuat saya kaget terkait sahabat saya ini.  Suatu hari ketika saya ajak diskusi , sebelum mulai diskusi temen saya ini tiba-tiba menyodorkan sebuah produk obat herbal yg cukup terkenal, dengan semangat temen saya ini menjelaskan  produk herbal tersebut, dengan semangat pula ia menjelaskan keuntungan dan prospek jika bergabung dengan bisnis herbal tersebut, dan dengan semangatnya ia mengajak saya bergabung dengan bisnis herbal ini. Waktu itu saya hanya melongo saja ;-). Rupanya temen saya ini baru mengikuti sebuah training bisnis penjualan obat herbal. Setelah peristiwa itu tidak ada diskusi tentang problematika umat dan solusinya......
Pada kesempatan lain ketika masih kuliah dulu saya berkesampatan  ngisi sebuah diskusi  mahasiswa, tema waktu itu adalah berkaitan dengan “ interaksi pria-wanita dalam sudut pandang Islam “. Yg didiskusikan pada waktu itu seputar maraknya pergaulan bebas, maraknya kehamilan diluar nikah, maraknya aborsi ,dan solusi Islam terhadap masalah-masalah tadi. Ketika sesi tanya jawab,ada sebuah respon dari seorang mahasiswa aktivis muda dari sebuah pergerakan mahasiswa purworejo, respon itu disampaikan dengan sangat bersemangat, respon itu seingat saya kurang lebih begini : “ di pergerakan....(tidak sebut nama ) kita sangat menjaga interaksi antara aktivis pria dan wanitanya, aktivis perempuanya berjilbab, aktivisnya dilarang pacaran,jadi dalam pergerakan....(tidak sebut nama ) menerapkan Islam dalam interaksi  pria-wanita.  Mendengar respon penuturan kawan saya tadi yg disampaikan dengan penuh semangat. Beberapa tahun kemudian setelah lulus dari jadi mahasiswa ada yg membuat saya kaget, kawan saya ini punya pacar. Gubrakzz!!!
Beberapa  bulan yg lalu saya mendengar sebuah keluhan dari mantan alumni Rohis berkaitan dengan lesunya aktivitas rohis yg ada di sekolahnya. Alumni rohis ini membandingkan ketika pada masa kepengurusanya yg begitu bersemangat dalam banyak kegiatan, namun kepengurursan sekarang tidak bersemangat,aktivitasnya melempem..
Cerita di atas sedikit mengagambarkan energi semangat dan implikasinya,dan akibatnya jika ketiadaanya energi ini. Barangkali kita semua pernah menjumpai hal yg serupa seperti yg saya ceritakan di atas. Ada seorang yg menjadi sangat bersemangat menulis setelah ikut training jurnalistik,namun setelah beberapa bulan kemudian gak pernah nulis lagi, ada lagi pelajar yg semangat belajar setelah training motivasi,namun beberapa bulan setelahnya jadi males lagi..dst...
Dalam konteks dakwah,akan kita dapati seorang aktivis yg sangat bersemangat dalam dakwahnya setelah ikut training motivasi. Laporan yg tepat waktu, halqah yg disiplin, dsb.. namun beberapa bulan setelah training itu entah batang hidungya gak pernah kelihatan lagi dalam agenda-agenda dakwah, alias hilang dari peredaran..
Motivasi semangat memang sangat diperlukan,namun motivasi semngat saja belum cukup, karena bersandar hanya pada perasaan yg bersifat mudah berubah-ubah, kadang semnagt kadang futur, kadang semangat kadang males. Lalu solusinya gimana biar energi semngat ini tetap menyala,terutama dalam semangat berdakawah. Jawabanya adalah dengan semangat yg dilandasi dengan kesadaran pemikiran. Maksudnya ?  gimana caranya biar semangat dakwah ? sadarilah bahwa dakwah itu wajib,sama halnya dengan shalat lima waktu, jadi mau pas semangat atau gak semangat tetap lakukan dakwah,karena wajib, klo kewajiban diabaikan maka neraka ancaman...,mau ? yuk segera berdakwah...Allahu Akbar !!

Abu syahmi,07/01/2013,pacekelan,purworejo

Adab berdebat


Beberapa hari ini lihat video perdebatan, khususnya antara Aktivis Islam dengan pengikut Liberal, tepatnya beberapa debat yg dilakukan oleh jubir Hizbut Tahrir Indonesia, Ust.Ismail Yusanto dengan kelompok liberal ( ulil abshar abdalla, abdul muqsith ghazali, musdah mulia, novriantoni ) Jadi ingat salah satu kitab yg diadopsi Hizbut Tahrir,yakni kitab min muqawwimat an-nafsiyah Al-Islamiyah, yg oleh penerbit HTI Press diterjemahkan dengan judul pilar-pilar pengokoh nafsiyah Islamiyah. Kitab ini adalah salah satu kitab pembinaan yg diadopsi oleh Hizbut Tahrir dan dikaji dalam Halqah-Halqah HT.
Kembali kepermasalahan adab berdebat, dalam kitab muqawwimat ini ada salah satu bab yg mengatur etika berdebat,dan ini penting untuk diketahui oleh setiap aktivis dakwah. Saya akan kutipkan point-pointnya dikesempatan ini.
  1. Mengedepankan ketakwaan kepada Allah, bermaksud taqarrub kepada-Nya, dan mencari ridhanya dengan menjalankan perintah-Nya
  1. Harus diniatkan untuk memastikan kebenaran sebagai kebenaran dan membatilkan yang batil. Bukan karena ingin mengalahkan, memaksa, dan menang dari lawan. As-Syafi’i berkata, “Aku tidak berbicara kepada seorang pun kecuali aku sangat suka jika ia mendapatkan taufik, berkata benar, dan diberi pertolongan. Ia akan mendapatkan pemeliharaan dan penjagaan dari Allah. Aku tidak berbicara kepada seorang pun selamanya kecuali aku tidak memperhatikan apakah Allah menjelaskan kebenaran melalui lisanku atau lisannya.” Ibnu Aqil berkata, “Setiap perdebatan yang tidak bertujuan untuk membela kebenaran maka itu menjadi bencana bagi pelakunya.”
  2. Tidak dimaksudkan untuk mencari kebanggaan, kedudukan, meraih dukungan, berselisih, dan ingin dilihat.
  3. Harus diniatkan untuk memberikan nasihat kepada Allah, agama-Nya, dan kepada lawan debatnya. Karena agama adalah nasihat.
  4. Harus diawali dengan memuji dan bersyukur kepada Allah dan membaca shalawat kepada Rasul-Nya saw.
  5. Harus memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar diberi taufik terhadap perkara yang diridhai-Nya.
  6. Harus berdebat dengan metode yang baik dan dengan pandangan dan kondisi yang baik. Dari Ibnu Abas sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:
»إِنَّ الْهَدْيَ الصَّالِحَ وَالسَّمْتَ الصَّالِحَ وَاْلاِقْتِصَادَ جُزْءٌ مِنْ خَمْسَةٍ وَعِشْرِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ»
Sesungguhnya petunjuk yang baik, cara yang baik, dan tidak berlebih-lebihan adalah satu bagian dari dua puluh lima bagian kenabian (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hajar berkata dalam kitab al-Fath bahwa hadits ini isnadnya hasan).

Dari Ibnu Mas’ud sebagai hadits mawquf ia berkata:
»اِعْلَمُوْا أَنَّ حُسْنَ الْهَدْي فِي آخِرِ الزَّمَانِ، خَيْرٌ مِنْ بَعْضِ الْعَمَلِ»
Ketahuilah sesungguhnya sebagus-bagusnya petunjuk di akhir zaman lebih baik daripada sebagian amal.
Ibnu Hajar berkata dalam kitab al-Fath, sanad hadits ini shahih. yang dimaksud dengan petunjuk di sini adalah metodologi. Yang dimaksud dengan as-samtu (adalah al-mandzar (pandangan) dan al-haiah (kondisi). Yang dimaksud dengan al-iqtishad adalah al-i’tidal (pertengahan).
  1. Singkat dan padat dalam berbicara. Yaitu berbicara sedikit, menyeluruh, dan fasih (sesuai dengan yang dmaksudkan). Terlalu banyak bicara akan mengakibatkan kebosanan. Disamping juga lebih berpeluang menimbulkan kekeliruan, kelemahan, dan kesalahan.
  1. Harus sepakat dengan lawan debatnya terhadap dasar yang menjadi rujukan keduanya. Dengan orang kafir dasar yang dijadikan sebagai rujukan adalah akal semata-mata. Sedangkan jika berdebat dengan seorang muslim, dasar rujukannya adalah akal dan naql. Akal menjadi rujukan pada perkara-perkara yang bersifat rasional. Sedangkan pada perkara-perkara yang bersifat syar’I, naql-lah yang menjadi dasar rujukannya, sebagaimana Firman Allah:
]قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ[
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul. (TQS. An-Nisa [4]: 59), maksudnya adalah merujuk kepada al-Kitab dan as- Sunah.

  1. Orang kafir tidak boleh didebat dalam perkara cabang syariat. Sebab, ia tidak beriman kepada perkara pokok syariah. Karenanya, hendaknya tidak berdebat dan berdiskusi dengan mereka mengenai pernikahan dengan empat isteri, kesaksian wanita, jizyah, hukum waris, haramnya khamr, dan sebagainya. Berdiskusi dengan orang kafir harus dibatasi pada perkara ushul ad-din (pokok-pokok agama/akidah) yang dalilnya bersifat rasional. Sebab, tujuan dari diskusi adalah memindahkannya dari kebatilan kepada kebenaran, dari kesesatan menuju pada petunjuk. Hal ini tidak bisa diwujudkan kecuali dengan memindahkannya dari kekufuran kepada keimanan. Sebagaimana juga orang Nashrani tidak boleh diajak berdebat tentang kebatilan agama Budha dan Yahudi. Bahkan pembicaraan bersama dengan orang Nashrani tentang hal seperti itu dan yang sejenisnya tidak bisa dipandang sebagai perdebatan. Orang Nashrani bukanlah orang Budha atau Yahudi. Hingga kita bisa mengubahnya dari Budha dan Yahudi menjadi benar. Pembicaraan bersama orang Nashrani harus difokuskan pada akidahnya yang batil untuk memindahkannya kepada Islam. Karena itu, tidak bisa dikatakan bahwa kita sedang berdialog dengan orang Nashrani pada perkara-perkara yang kita sepakati, dan kita mengabaikan perkara yang tidak kita sepakati. Sebab, kita diperintahkan untuk berdebat dengan mereka. Sedangkan perdebatan tidak akan terjadi kecuali pada perkara yang diperselisihkan. Adapun jika orang Nashrani atau Kapitalis bersepakat dengan seorang Muslim bahwa Budha, Sosialisme, atau Komunisme adalah ajaran yang buruk menurut akal, kemudian keduanya berbicara seputar agama dan ideologi itu, maka pembicaraan tersebut tidak bisa disebut diskusi atau debat. Hal seperti itu juga tidak bisa membebaskan tanggungan seorang Muslim dari kewajiban berdiskusi dan berdebat dengannya hingga mampu memindakannya kepada Islam.
  2. Tidak mengeraskan suaranya kecuali sebatas untuk bisa didengar oleh orang yang ada disekitarnya. Juga tidak boleh berteriak di hadapan lawan diskusi. Dikisahkan ada seorang lelaki dari Bani Hasyim yang bernama Abd Ash-Shamad berbicara di hadapan Khalifah Al-Ma’mun dengan mengeraskan suaranya. Kemudian al-Ma’mun berkata, “Wahai Abd as-Shamad, janganlah engkau mengeraskan suaramu. Karena sesungguhnya kebenaran terdapat pada yang paling tepat bukan yang paling keras.” Dan al-Khatib dalam al-faqih wa al-mutafaqqih.
  3. Tidak boleh merendahkan lawan diskusi dan meremehkan persoalannya.
  4. Harus bersabar atas penyimpangan lawan diskusi, bersikap sabar, dan memaafkan kesalahannya, kecuali orang itu memang pandir. Maka kita harus menjauhkan diri dari berdiskusi dan berdebat dengannya.
  5. Apabila berdebat dengan orang yang lebih banyak pengetahuannya maka janganlah mengatakan, “Engkau salah,” atau, “Perkataan Anda keliru,” melainkan harus mengatakan, “Bagaimana pendapat Anda jika ada orang yang mengatakan,” atau, “Ada orang yang mendebat, lalu berkata, ‘…’” Atau membantah dengan menggunakan redaksi orang yang meminta petunjuk, seperti berkata, “Bukankah yang benar itu pernyataan demikian?”

15.  Harus berusaha memikirkan dan memahami perkara yang disampaikan oleh lawan diskusi agar bisa membantahnya. Juga tidak boleh cepat-cepat berbicara sebelum lawan diskusi selesai berbicara. Dari Ibnu Wahab ia berkata: aku mendengar Malik pernah berkata: “Tidak ada kebaikan pada jawaban sebelum dipahami terlebih dahulu. Bukan termasuk etika yang baik jika seseorang memutuskan pembicaraan lawannya.” Adapun jika lawan diskusi adalah hanya ingin berdebat, keras kepala, banyak membicarakan yang tidak bermanfaat, maka yang menjadi sikap asal adalah tidak berdiskusi dengannya jika hal itu telah diketahui ada pada dirinya. Apabila baru terungkap di tengah-tengah diskusi, maka ia harus menasihatinya. Apabila ia tidak bisa menjaga diri maka putuskanlah pembicaraan.

  1. Hendaknya menghadapkan wajahnya kepada lawan diskusi, dan tidak berpaling kepada orang-orang yang hadir di forum diskudi karena meremehkan lawan diskusinya. Sama saja apakah orang-orang itu berbeda pendapat atau bersepakat dengannya. Jika lawan diskusi melakukan hal itu, maka harus dinasihati. Apabila ia tidak mau menghentikannya, maka hentikanlah diskusi itu.
  2. Tidak boleh berdebat dengan merasa hebat dan takjub terhadap pendapatnya. Sebab, orang yang ujub tidak akan menerima pendapat dari orang lain.
  3. Tidak boleh bermaksud ingin mengalahkan lawan diskusi dalam forum.
  4. Tidak berpanjang lebar dalam pembicaraan, khususnya pada perkara-perkara yang sudah diketahui lawan diskusi. Melainkan harus berbicara dengan singkat, namun tidak merusak maksud hingga sampai kepada topik diskusinya.
  5. Tidak boleh berdiskusi dengan orang yang meremehkan ilmu dan ahlinya, atau di hadapan orang-orang pandir yang meremehkan diskusi dan orang-orang yang sedang berdiskusi. Imam Malik berkata, “Termasuk merendahkan dan meremehkan ilmu jika seseorang membicarakan ilmu di hadapan orang yang tidak mentaati ilmu itu.
  6. Tidak boleh merasa rendah untuk menerima kebenaran ketika kebenaran itu tampak pada lisan lawannya. Karena sesungguhnya kembali kepada kebenaran lebih baik daripada terus menerus dalam kebatilan. Juga supaya termasuk ke dalam golongan orang yang mendengarkan perkataan dan mengikuti yang paling benar.
  7. Tidak boleh mengacaukan jawaban, yakni dengan memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan. Seperti:
Penanya                        : Apakah Arab Saudi itu daulah Islam?
Penjawab          : Peradilan di sana Islami.

Jawaban ini adalah mughalathah (kacau atau tidak sesuai pertanyaan). Jawaban yang seharusnya adalah mengatakan ya, tidak, atau saya tidak tahu. Jawaban mana pun dari ketiga jawaban ini termasuk jawaban yang muthabiqah (sesuai pertanyaan).
  1. Tidak mengucapkan kalimat yang global, kemudian setelah itu membantahnya dalam hal yang rinci. Seperti mengatakan di awal pembicaraannya bahwa Amerika adalah musuh bagi Islam dan kaum Muslim, kemudian setelah itu mengatakan bahwa Amerika membantu orang-orang Palestina dalam mendirikan negara mereka dan menentukan nasib mereka sendiri, karena Amerika mencintai keadilan dan kebbasan. Atau mengatakan bahwa Amerika datang ke Irak untuk membaskan kedzaliman dan kediktatoran.

Jika ikwan semua ingin melihat lebih lengkap bisa merujuk langsung pada kitab tersebut, karena yg saya kutipkan hanya beberapa saja. Semoga bermanfaat.


Pacekelan, Purworejo, 07/01/2013, Abu Syahmi

Betapa senangnya Istirahat itu...


Saya pernah membaca, tapi lupa sumbernya ( ntar tak cari lagi sumbernya ), berkaitan dengan tidurnya khalifah Umar bin Khattab R.A.  diceritakan di siang hari ada seorang yg melihat Khalifah Umar tidur di bawah pohon kurma di sebuah kebun,kelihatan begitu terlelap tidurnya sahabat yg mulia ini. Sahabat yg mulia ini dengan posisinya sebagai kepala negara Daulah Islamiyah yg siang harinya dari pagi sampai menjelang malam  selalu memperhatikan urusan umatnya, memimpin jihad, malamnya yg diisi dengan qiyamul lail,belum lagi beliau terbiasa berpatroli langsung malam hari untuk memperhatikan urusan umat yg dipimpinya.  seseorang tadi begitu teduh melihat tidurnya sang Khalifah yg kelelahan dan rehat sejenak setelah hari-harinya yg penuh dengan urusan kaum muslimin.
Barangkali itulah yg saya lihat ketika melihat beberapa temen yg pagi-siang-malamnya ia tercurahkan untuk urusan dakwah ini. Pernah saya lihat beberapa temen yg istirahat sejenak setelah ngisi daurah, ada juga yg meluangkan waktu untuk istirahat sekedar 15 menit setelah sehari penuh untuk mengisi beberapa kelompok halqah, betapa saya lihat mereka begitu tanpa beban istirahat. Betapa waktu yg hanya sebenatar barang 30 menit atau 15 menit bahkan hanya 10 menit benar-benar mereka gunakan untuk rehat sejenak. Pengemban dakwah adalah manusia biasa, jika dia masih masih seumuran sekolah atau mahasiswa, ia akan berhadapan dengan tugas yg banyak disana-sini, belum lagi jika ia ikut banyak organisasi, jika di rumah mereka akan berhadapan dengan dinamika kehidupan di masyarakat, ada diantara mereka yg jadi ketua Ikatan remaja masjid desanya,ada juga diantara mereka yg jadi ketua karang taruna dsb... jika pengemban dakwah yg sudah berkeluarga, dia mempunyai kewajiban menafkahi keluarganya, berkutat dengan urusan kantor dan pekerjaanya, dan dimasyarakat ia akan berhadapan dengan dinamika masyarakat yg kadang-kadang tidak sesuai dengan ideologi yg diyakininya.... namun berbagai macam kesibukan itu tidak melalaikan kewajiban mereka dalam mengemban dakwah, dakwah adalah poros kehidupanya....... dan begitu banyaknya amanah, agenda, dan kegiatan-kegiatan membuat mereka kadang harus sejenak mencari waktu untuk sedikit memejamkan mata yg mulai lelah ini...
Andapun barangkali pernah merasakan betapa nikmatnya tidur ketika hari-hari anda diisi dengan aktivitas yg bermanfaat,atau dalam sela-sela agenda dakwah. Saya pribadi pernah mengantar seorang mahasiswa untuk mengikuti acara training mahasiswa di jogja. Di perjalanan memang sudah sangat ngantuk, jadi kebayang agendanya kan Cuma ngantar, setelah ngantar sampai di tempat, maka setelahnya cari mushala yg kira-kira nyaman untuk rehat sejenak ;-)  waktu itu trainingnya di kampus UII jogja. Ternyata tanpa disangka-sangka ada tempat yg sangat nyaman untuk istirahat yg dekat dengan lokasi training, mencoba untuk merebahkan punggung sejenak, kira-kira 30 menit rehat, ternyata disamping saya juga ada temen syabab joga yg juga ikut rehat, dan yg rehat itu adalah pemateri training. Kebetulan temen saya yg pemateri training ini dapat jatah memberikan materi sesi yg ke-3,sementara waktu itu baru sesi yg ke 2 berjalan. Dan ketika menyampaika materi ia begitu excelent,padahal tadi beberapa menit yg lalu saya jumpai ia sednag tidur. Menenagkan memang rehat  sejenak ketika melakukan aktivitas dalam hal yg baik..
Ditempat lain saya pernah dengar ada pembina yg sebelum ngisi halqah minta rehat sejenak 15 menit,karena waktu itu memang penuh dengan agenda dakwah.

Alangkah bahagianya kita jika dipanggil Allah ketika dalam posisi berjuang di jalan Allah, betapa bahagianya kita ini ketika kita disibukkan dengan aktivitas yg paling mulia ( dakwah ).  Ya Allah matikanlah kami dalam keadaan khusnul Khatimah, amin..
Terakhir, tapi ingat lho, klo pas halqah jangan pada tidur ya (^_^);

Purworejo, 10/01/2013, Abu Syahmi

Para pemuda dalam persimpangan jalan


Mengapa pemuda ? mengapa bukan anak-anak, atau lanjut usia ? anak-anak mereka belum baligh, kemapuan befikir mereka belum sempurna ,walaupun tetap harus kita siapkan, karena kelak mereka akan jadi muda juga. Orang tua mereka kekuatanya mulai melemah,mulai renta mengunakan sisa-sisa umurnya,walaupun juga patut kita pikirkan dan pelajari pengalamanya. Ya pemuda ,harapan itu ada disana. Idealismenya, independensinya, usianya, semangatnya, kekuatanya yg berada dalam kondisi prima ada pada masa muda ini. Sekali lagi harapan itu ada pada pundaknya.
Siapa yg masuk kategorisasi pemuda ? dalam pandangan Islam mereka yg sudah mulai baligh, proses beerfikir mereka sudah sempurna, sudah mampu membedakan mana yg baik dan mana yg buruk, tau halal-haram,sudah mukallaf ( terkena beban taklif hukum syari’ah ). Bisa jadi mereka  masih Seumuran SMP, mungkin seumuran pelajar SMA/SMK, atau juga sudah mahasiswa,atau mungkin juga mereka yg gak sekolah tapi seumuran SMP/SMA/Kmahasiswa.
Kita patut ber-istighfar puluhan kali  atau berpuluh-puluh kali beristighfar sambil ngelus dada ketika melihat kondisi mayoritas para pemuda saat ini. Mereka terjebak dalam sebuah sistem Kapitalisme-sekuler yg membuat mereka dipaksa untuk bermaksiat. Lho kok ? saya pikir pemuda siapapun, dan dimanapun ia berada secara fitrah tidak ingin melakukan kemunkaran. Saya pernah lihat dalam sebuah wawancara di sebuah stasiun televisi, seorang remaja putri berumur sekitar 19 tahun yg menjual dirinya demi sekeping uang, ketika ditanya oleh yg mewawncarai apakah ada niat untuk merebah jalan hidup ? remaja putri tadi menjawab sebenarnya dia gak pengin,tapi mau bagaimana lagi,dia membutuhkan uang untuk menyambung hidup. Masih pada acara yg sama, ada seorang pemuda laki-laki yg berumur 21tahun yg menjaul dirinya untuk jadi gigolo, ketika ditanya apakah ada niat untuk merubah jalan hidupnya ? pemuda laki-laki tadi, ya sanagat pengin merubah jalam hidup,tapi mau gimana lagi........
Berbagai macam persoalan pemuda semakin tak kunjung usai, belum selesai satu maslah muncul permasalahan lain. Belum selesai penanganan masalah tawuran pelajar, muncul masalah pergaulan bebas, belum selesai pergaulan bebas,muncul masalah geng motor, dst....ibarat benang kusut yg tak telihat ujung pangkalnya, belum lagi berbagai macam kriminalitas lainya menambah deretan masalah pemuda. Inilah problem sistemik penerapan kapitalisme.
Bagi para pemuda yg aktiv baik di sekolah maupun di kampus, berprestasi, sering ikut lomba ini –itu, rangkingnya masuk 10 besar, ikut banyak kegiatan ekstra sekolah dsb... mereka memang produktif di usianya, namun sungguh di sayangkan sebagian diantara mereka ada yg abai terhadap kondisi negeri tempat ia tinggal, mereka abai terhadap persolan-persoalan yg melanda sahabatnya yg sesama pemuda, seolah-oleh seluruh permasalahan yg ada bukanlah permasalahan dirinya, kata yg tepat untu menggambarkan semua ini : Indiviualis!! Namun sebagian lagi diantara mereka ada yg mampu merasakan kerusakan ini, mereka sangat tidak suka melihat kerusakn-kerusakan ini, mereka ingin merubahnya,mereka geregetan melihat kondisi sahabat-sahabatanya yg sesama pemuda melakukan kemunkaran, tapi apalah daya mereka tidak tahu harus berbuat apa. Kita akan dapati para pemuda seperti ini mereka pemuda yg shalih secara individu, mereka rajin ke masjid, merekapun tidak ikut dalam kemaksiatan...setidaknya mereka lebih baik dari pada yg pemuda individualis. Namun amat disayangkan mereka terhenti pada rasa keprihatinan setelah itu diam tek bergerak.
Sementara ditempat yg lain,akan kita dapati para pemuda yg mereka bukan hanya mengindera kerusakan yg ada, namun lebih dari itu mereka mulai bergerak untuk melakukan proses perubahan dengan begitu semangat yg menggelora. Namun disayangkan gerakan mereka ditunggangi dan dibajak oleh gerakan-gerakan sekuler, gerakan-gerakan pragmatis,ataupun gerakan-gerakan yg bercorak sosialis-komunis. Yang justru keterlibatan mereka dalam gerakan-gerakan ini menjadi masalah tersendiri dalam rangka membangkitkan umat. Pemuda seperti ini telah dicuci otaknya oleh para penajajah. Pemuda ini menyerukan pada ide-ide diluar islam. Mereka menyerukan pluralisme, nasionalisme, demokrasi, dsb... atau kadang juga untuk biar lebih menarik mereka melebeli dengan lebel Islam, seperti demokrasi islam,sosialisme islam dan sebagainya.
Namun disamping berbagai macam persimpangan yg ada, alhamdulillah masih ada minoritas pemuda yg menjadikan Islam Ideologis sebagai asas perjuanganya. Tidak cukup hanya dengan istighfar Pemuda semacam mereka ini melakukan perlawanan semesta terhadap ideologi kapitalisme-sekuler beserta seluruh ide cabnagnya ( demokrasi,nasionalisme,pluralisme dsb.. ). Mereka menginginkan Islam diterapkan secra kaafah dalam seluruh aspek kehidupan. Mereka menyadari bahwa sistem kapitalisme beserta ide turunanya adalah pangkal pokok persoalan yg perlu dibumi hanguskan. Merekapun menyadari dan meyakini bahwa sistem islam saja yg akan menjadi rahmat, mereka pun menyadari bahwa sistem islam hanya akan terterapkan secara sempurna dalam sebuah institusi negara Khilafah islamiyah.
Untuk sahabatku para syabab pemuda  pembela Islam yg terpercaya.....
Ayo kita bersungguh-sungguh dalam dakwah melanjutkan kehidupan Islam ini, rapikan waktumu, ada waktu istirahat,ada waktu belajar, ada waktu tuk berekreasi,namun ingatlah bahwa poros kehidupan kita adalah dakwah, dimanapun kita berada maka disitulah dakwah bergulir. InsyaAllah bola api Ideologi Islam yg ada pada dada antum akan membakar pemuda yg lainya untuk bangkit ikut berjuang bersama meruntuhan bangunan ideologis kapitalisme,dan mengantinya dengan sistem Khilafah yg akan menerapkan islam secara kaafah. Maka, ayo segeralah bergerak sahabatku, sesungguhnya air yg diam tergenang maka akan membusuk. Allahu Akbar !!! Allahu Akbar ! Allahu Akbar !!

Bumi Allah wonosobo,12/01/2013,akhukum abu syahmi

Selasa, 08 Januari 2013

Mushola Tua

dulu pas kuliah praktik K3M ( Kuliah kerja kesehatan Masyarakat ) jik temen-temenku tinggal di Kost,aku memilih tinggal di Masjid. maklumlah masih mahasiswa idealismenya masih tinggi ( sekarang juga masih lho ). mengapa di masjid/mushola. banyak pertimbangan sebenarnya,namun bukan itu yg ingin kuungkapkan pada siapa saja yg membaca tulisanku ini.

Senin, 07 Januari 2013

in memoriam mas Hamid





beberapa kali mendengar berita tentang wafatnya seseorang saya jadi ingat seorang kawan, Hamid Amali namanya, biasanya saya panggil beliau Mas Hamid. saya pribadi belajar banyak dari sosok beliau. pertama kali saya bertemu dengan beliau waktu itu beliau bersama Ustadz Hidayat Arifianto berkunjung ke Purworejo, berkoordinasi terkait dakwah kampus. pertemuan awal ini saya belum banyak berkomunikasi dengan mas hamid,itu adalah awal.

Selasa, 01 Januari 2013

Harapan itu masih ada..

perbandingan cukup bertolak belakang pada malam pergantian tahun. disaat sebagian besar pemuda dinegeri ini begitu antusias menyambut detik-detik pergantian tahun dengan segala macam asesorisnya, terompet, berbagai macam konser,hura-hura, pergaulan bebas,naudzubillah.., masih ada sebagian kecil muda-mudi yg mau meningkir dari hingar bingar-bingar warisan peradaban pagan ini.

Telaah atas Buku Min Muqawwimât an-Nafsiyyah al-Islâmiyyah






Pengantar
Pilar-Pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah. Itulah terjemahan judul buku yang aslinya bertajuk, Min Muqawwimât an-Nafsiyyah al-Islâmiyyah. Umumnya, buku-buku terbitan Hizbut Tahrir kental dengan warna fikriyah (pemikiran) dan siyâsiyah (politik). Namun, buku kajian wajib bagi para anggota Hizb ini jauh dari kesan itu. Sebagian pengkajinya menyebutkan sebagai “full ruhiah”. Isinya sangat simpel. Dalam setiap uraiannya, alinea demi alinea, sarat dengan rentetan ayat-ayat, hadis-hadis, dan kisah-kisah para sahabat.
Sengaja tidak banyak pembahasan dan komentar, apalagi istinbâth hukum; seakan-akan buku ini ditulis dengan sebuah pesan penting, “Buku ini praktis, tinggal laksanakan saja isinya, tanpa perlu kajian yang bertele-tele!”  Pembahasan topik-pertopik dalam sistematikanya lebih menegaskan pesan ini. Enam belas topik pilihan yang dapat mengokohkan sikap islami (nafsiyyah islâmiyyah) disajikan dalam buku ini.

Telaah Kitab Mafahim Hizbut Tahrir




1. Pengantar

Sesuai judulnya, kitab Mafahim Hizbut Tahrir (selanjutnya disingkat Mafahim) ini bermaksud mengenalkan dan menjelaskan berbagai pemahaman (mafahim) keislaman yang diadopsi Hizbut Tahrir (HT). Namun sebagian besar pemahaman tersebut hanyalah garis-garis besar saja. Perinciannya dijelaskan dalam kitab-kitab HT lainnya. Konsep Darul Islam dan Darul Kufur umpamanya, hanya dijelaskan sekilas dalam 8 baris saja (Mafahim, 2001, hal. 35). Rinciannya dapat dilihat dalam kitab Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah Juz II pada Bab Darul Kufur wa Darul Islam (1994) hal. 259-262.

TELAAH KITAB AL-TAKATTUL AL-HIZBIY








Pengantar

"Kitab ketiga," itulah julukan sebagian kalangan aktivis HTI untuk kitab al-Takattul al-Hizbi (selanjutnya disingkat al-Takattul). Maklum, kitab karya Taqiyuddin an-Nabhani ini biasanya dikaji dalam pembinaan internal HT setelah kitab Nizham al-Islam dan kitab Mafahim Hizbut Tahrir.
Jika kitab Nizham al-Islam menjelaskan Islam sebagai sistem kehidupan, dan kitab Mafahim Hizbut Tahrir menjelaskan pokok-pokok pikiran HT, maka kitab al-Takattul menjelaskan pembentukan kelompok Islam yang ideal serta berbagai tahapan dan langkah yang akan ditempuhnya, untuk mewujudkan sistem kehidupan Islam itu.

Telaah Kitab Nizham al-Islam






Pada abad ke-20 khususnya pasca hancurnya Khilafah tahun 1924, kaum muslimin di seluruh dunia terperosok dalam jurang cobaan yang amat dalam dan menyakitkan. Mereka hidup dalam sistem kehidupan asing (kapitalis-sekuler atau sosialis) yang dipaksakan kaum kafir penjajah. Melalui para penguasa agen penjajah, sistem-sistem hidup yang kufur ini menindas Islam secara sistematis dan destruktif. Islam yang semestinya menjadi sistem kehidupan menyeluruh, harus diamputasi secara kejam hingga tersisa sekitar 5 % saja, yaitu ajaran akhlaq dan ibadah ritual. Sedang 95 % ajaran Islam lainnya yang mengatur sektor kehidupan publik, seperti sistem pemerintahan, ekonomi, dan pidana, dikubur secara paksa dalam liang lahat sejarah dan peradaban.
Tak usah diperdebatkan lagi bahwa kondisi itu memang sangat memprihatinkan. Maka sangat wajar jika di tengah-tengah umat muncul upaya-upaya untuk merekonstruksi sistem kehidupan Islam yang telah hancur lebur itu. Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani –rahimahullah— merupakan salat satu putera kaum muslimin yang bangkit dan berjuang untuk membangun kembali sistem kehidupan Islam itu. Berbagai upaya dilakukan oleh Syaikh an-Nabhani (1909-1977), di antaranya adalah menulis kitab Nizham al-Islam untuk menggambarkan Islam sebagai sistem kehidupan menyeluruh. Kitab yang pertama kali terbit tahun 1953 ini kini telah dibaca puluhan juta orang di seluruh penjuru dunia. Dari kota al-Quds (Yerussalem) tempat kitab ini dicetak pertama kalinya, kini kitab itu telah sampai pada cetakan keenam (edisi Mu’tamadah, 2001) dan tersebar mendunia di lebih 40 negara di berbagai benua. Maka sangat menarik kita menelaah sejenak kandungan kitab tersebut, yang dijadikan kitab pertama dalam pembinaan internal kader-kader Hizbut Tahrir.