Selasa, 29 September 2015
30 September
30 September
Setelah buka pintu ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD, disambut dengan tayangan ILC. Temanya ILC malam ini menarik, yakni tentang gerakan 30S PKI. Sebuah peristiwa berdarah yang pernah mencekam negeri ini. Dalam acara itu dihadirkan saksi hidup bagaimana brutalnya PKI pada tahun '65 saat melakukan pembunuhan terhadap para perwira militer angkatan Darat.
Betapa ngerinya peristiwa itu, jika kita mendengar penuturan dari puteri almarhum jenderal Ahmad Yani, dan juga penuturan dari puteri mendiang Kol.Pandjaitan. Dalam diskusi ini mengkerucut pada tema rekonsiliasi. Mengingat juga pasca peristiwa G 30S , betapa agresifnya militer, khususnya angkatan darat dalam melakukan operasi sapu bersih pada setiap unsur yang berbau PKI.
.......................................
Belum selesai mendengarkan sampai selesai acara ILC, eh ada telfon dari Kamar bersalin, kalau ada SC Emergency, ya udah deh akhirnya ditinggal menyiapkan set instrumen Obsgyn. Padahal cukup menarik diskusi kali itu, dengan menghadirkan sastrawan yg begitu vokal menyuarakan biadabnya PKI. Saya pernah baca salah satu buku beliau sewaktu masih SMA dulu, judulnya Katastrofi mendunia. Buku itu menceritakan betapa bengisnya rezim PolPot yang beridielogi Komunis.
================================================
Kalau dengar kata PKI, yang ada dalam benak saya adalah pembantaian, tan malaka, aidit, muso, alimin, Uni Soviet, Karl Marx, Das Kapital, Lenin, Stalin, Candu, Dialektika Materialisme, Atheisme, Kaum Proletar, Borjuis, Sosialisme, Diktator, Marxisme.
Beberapa waktu yang lalu, dalam sebuah forum Kajian Islam yang dihadiri oleh Mahasiswa dan Pemuda, kita sedikit menyinggung tentang Sosialisme- Komunisme. Yang kali pertama dilihat dalam menelisik Ideologi Sosialisme-Komunisme adalah dengan melihat asas-Pondasi dasarnya. Pondasi dasar dari Sosialisme-Komunisme adalah pengingkaran adanya Sang Pencipta.
Bagaimana sebenarnya Ide ini ? Apakah ini adalah ide pemikiran yang shahih dan bisa diterima ? Bagaimana konfrontasinya dengan Akidah Islam ? Apakah pas jika saat ini ada sebagian Mahasiswa yg menyebut dengan Sosialisme Islam ? Bagaimana perkembangan ideologi ini di negeri ini ? Bagaimana pola gerakan mereka ?
Yuk temukan jawabanya dalam kajian Islam yang menginspirasi, setiap hari senin jam 20.00-selesai. Tempat di Purworejo kota.
Wonosobo, 30/09/'15
Sabtu, 26 September 2015
Menantang Mahasiswa !
Menantang Mahasiswa !
Wah.. hari ini cukup ramai statment kontroversial seorang Mahasiswa yg mengolok-olok Islam. Sebenarnya kasus seperti ini bukanlah hal baru, dulu pernah ada kasus statment tuhan membusuk, jauh hari sebelumnya lagi ada kasus mahasiswa bandung yg meneriakkan anjinghu akbar. Dan kasus-kasus lainya.
Inilah efek liberalisasi pendidikan di negeri ini. Yang kasus-kasus di atas itu kan untuk level Mahasiswa, nah untuk level pelajar SMA juga ada yg lebih sadis lagi, ketika diajarkan bahwa Mustafa Kaamal Atta Turk disebut sebagai Bapak turki modern, seorang tokoh yang layak dihormati dan diteladani. Padahal sebenarnya Beliau adalah penjahat internasional, yakni beliau adalah agen penjajah inggris yang meruntuhkan Sistem Khilafah pada tahun 1924.
Ke soal mahasiswa lagi, cukup detail dijelaskan oleh DR.Adian Husain dalam beberapa bukunya, yang membahas Proses liberalisasi perguruan tinggi Islam di Indonesia. Mulai dari eranya Harun Nasution, sampai eranya Nurchalis Madjid, sampai JIL nya Ulil Absar Abdalla. Sebenarnya apa yang disampaikan oleh tokoh-tokoh liberal ini bukanlah hal yang baru, karena mereka mengikuti jalannya tokoh-tokoh liberal barat yg notabene adalah non Muslim. Buku yang bagus ditulis oleh Ustadzah Irena Handono, ketika memberikan jawaban terhadap buku Islamic Invasion yang ditulis oleh robert morrey. Islamic invasion ini justru lebih sadis lagi dalam menyerang Islam dan kaum muslimin.
Dan pemikiran-pemikiran seperti liberal seperti ini tampaknya digandrungi oleh sebagian mahasiswa muslim di negeri ini. Dengan kemasan progresif, dan kesan intelektual menjadikan Mahasiswa ini menjadi bangga ketika meneladani pemikiran liberal ini.
Saya sendiri pernah berdiskusi langsung dengan mahasiswa model seperti ini. Ada mahasiswa yang meragu-ragukan kebenaran Al Qur'an, sampai menolak penerapan Syariat Islam. Ada juga mahasiswa yang begitu gandrung dengan ide-ide pemikir atheis, mereka sangat bangga ketika menyebut nama Karl Marx.
Alhamdulillah, dalam waktu bersamaan ketika mendengar dan membaca ide-ide liberal ini, saya bertemu dengan Kajian Kitab Nidzam Islam tulisan Syaikh Taqiyuddin An Nabhani, bab Thariqul Imaan ( jalan menuju iman ), ditambah bab pembahasan Qiyadah Fikiriyah Al Islamiyah. Sehingga isi kajian kitab Nidzam Islam ini bisa diadu dengan pemikiran-pemikiran liberal ini. Sehingga bisa merasakan jawaban yg memuaskan pemikiran, dan meneteramkan jiwa.
Sebenarnya ada hal lain yang juga tidak kalah mirisnya, yakni lebih banyak Mahasiswa yang mereka itu seperti mayat berjalan. Lho kok ? Iya mayat berjalan, yaitu mahasiswa yang tidak tahu untuk apa sebenarnya ia hidup ? Mahasiswa yang gak paham untuk tujuan apa ia ada di dunia ini. Semakin bertambah parah ketika gaul bebas, narkoba, dan seabrek kriminalitas lainya para aktornya adalah mahasiswa.
Saya pernah dalam sebuah kesempatan bertanya kepada beberapa mahasiswa dengan pertanyaan , " mengapa kamu memilih Islam ?" Mendengar pertanyaan seperti ini mereka mahasiswa ini -seperti kata orang jawa- sikap dan jawabnya seperti " kethek ketulup ", clingukan alias bingung !
Udah deh bagi kamu mahasiswa dengan segala macam aliran pemikiran,sosialis kek, sekularis kek, atheis kek, atau tokek kek :-) hadiri saja Kajian Islam yang menginspirasi. Bukan agenda mendoktrin namun berdiskusi, melakukan komparasi pemikiran sehingga kita akan tahu mana yang shahih. Kajianya setiap senin jam 19.30 wib, lokasi di Purworejo, jawa Tengah. InsyaAllah mencerahkan.
Wonosobo, 26/09/'15
Jumat, 18 September 2015
Musuh Kita Berjenggot ?
Musuh Kita Berjenggot ?
Polemik mencuat saat Ketua Umum sebuah Ormas terbesar di negeri ini membahas tentang jenggot. Sontak saja hal ini membuat gaduh. Bantahan yang sifatnya ilmiah dalil pun bermunculan, sampai serangan individu sumpah serapah datang bertubi-tubi mengenai Ketua Ormas tersebut. Sudah mafhum dalam ranah ilmiah pembahasan furu' permasalahan jenggot ini terdapat Khilafiyah dikalangan para Ulama', dan dalam persoalan ini sudah mafhum pula bahwa berjengot ataupun tidak bukanlah menjadi sebab permusuhan. Saya sendiri mengambil pendapat yang menyatakan berjenggot hukumnya Sunnah.
Dalam sebuah video yang saya dapatkan di jejaring sosial media, Saya tertarik dengan penjelasan Kyai Said Agil Siradj, ketika beliau membahas persoalan ini. Bahwa Ke Islaman seseorang tidak diukur dari serban yang dipakai, tidak pula diukur dari gamis jubah yang dipakai, tidak pula dari jenggotnya, kalau hal-hal itu ( serban, gamis-jubah, jenggot ) dipakai sebagai ukuran ke islaman , maka seseorang maka Abu Jahal pun pakai serban, gamis,dan jenggot. Kira-kira poin itu yang disampaikan Kyai Agil Siradj. Memang sudah mafhum bahwa Abu Jahal, Abu Lahab adalah orang kafir penentang dakwah Islam.
Saya tidak ingin terjebak terlalu panjang pada persoalan jenggot ini. Justru yang menjadi sangat penting hari ini adalah mengetahui siapa musuh kaum muslimin yang secara nyata memerangi, menjajah, dan membantai umat Islam di negeri-negeri kaum muslimin. Itu tidak lain adalah kaum kaafir penjajah yang dikomando Oleh adi daya sekarat Amerika Serikat, Eropa, Rusia, maupun seluruh sekutunya. Jadi ini bukan soal berjenggot ataupun tidak, namun negara-negara ini sudah menyatakan perang dengan kaum muslimin.
Dalam pertarungan ini negara-negara kufur ini menggunakan permainan politik yang amat licik, di negeri ini mereka secara tidak langsung menggunakan tangan-tangan para komprador,dan penguasa agen. Mereka tidak mau bersusah payah menggunakan pe jajahan gaya lama yg berlumuran darah, berderu senapan. Namun mereka menggunakan tangan penguasa agen menyitir berbagai undang-undang yang memuluskan langkah penjajah mengeruk habis sumber daya alam negeri ini. Mereka mencetak kurikulum yang membuat anak didik pelajar muslim menjadi sangat cinta dengan penjajah dan alergi terhadap Syariah Islam.
Ayolah kawan, kita bidik secara tepat siapa musuh kita, merekalah itu kaum kaafir penjajah. Ayolah kawan kita berkasih sayang dengan sesama kaum muslim, dan tegas, keras beringas dengan penjajah. Jangan dibalik-balik berkasih sayang dengan penjajah, dan keras dengan sesama kaum muslimin.
Musuh kita bukan soal jenggot !
Wonosobo ba'da cyto menjelang shubuh, 19/09/'15
Wonosobo Oh Wonosobo
Wonosobo oh Wonosobo
Saya pernah berkunjung ke salah satu pondok pesantren di wonosobo. Dalam kesempatan itu saya sedikit berbagi dengan para santri disana. Santri dengan menu harian tsaqafah Islam beserta ilmu alatnya membuat kenyang dengan khazanah pemikiran Islam. Saya mengajak para santri untuk melihat realitas " dunia luar ", melihat bagaimana kondisi masyarakat, khususnya dikalangan pemuda yg secara umur sama dengan umur para santri.
Ternyata apa yg sampaikan malam itu membuat para santri terhenyak seolah tidak percaya, yakni bagaimana rusaknya kondisi para pemuda hari ini. Hal ini menjadi tugas mereka sebagai orang yg faham tentang agama untuk ikut serta melakukan perubahan di masyarakat, tentu saja perubahan itu adalah perubahan menuju sistem Islam.
Wonosobo bagiku adalah selain dinginnya, juga dikenal sebagai kota santri. Adalah suatu paradoks ketika kota santri ini justru sebagian pemudanya menjadi bagian dari masalah. Walaupun saya yakin masih ada banyak pemuda wonosobo lainya yg berprestasi.
Shift Malam IBS Wonosobo, 18/09/'15
Cinta
Cinta
Orang sering bilang " Aku cinta tanah air ku "
Ada juga yang lain " Aku sangat mencintai kekasihku ".
Kalimat di atas sebagai sebuah pernyataan memang sebuah hal yg fitrah naluriah, wajar, lumrah. Rasulullah SAW saat di Madinah pun merindukan kampung halamanya di Makkah. Sampai batas pernyataan di atas saya pikir belum bermasalah. Baru bisa dilihat hukumnya saat " action " dari bentuk rasa cinta itu.
' Aku sangat mencintai kekasihku ", actionya dengan mengajaknya berzina, berkhalwat, nah yg begini ini diharamkan, dan pasti merusak. Berbeda perkaranya jika wujud cinta itu adalah dengan menikahinya, nah ini jalan yg syara' berikan. Jadi kalau ada orang yg katanya cinta kok ngajak maksiyat itu sama aja omong kosong.
" Aku cinta tanah air ku ", actionnya dengan menyerahkan sumber daya alam negeri ini ke swasta asing, diterapkanya sistem kapitalisme-sekularisme, membebek dengan sistem hukum-sistem kehidupan warisan penjajah, membiarkan kemaksiyatan merajalela, nah yang begini ini adalah hal yg diharamkan, dan pasi membuat negeri ini rusak.
Lain perkaranya jika cinta negeri ini dengan mengikuti apa maunya pencipta alam semesta ini, yakni diatur dengan sistem kehidupan yg berasal dari Allah SWT, pastinya negeri ini akan menuai keberkahan. Jadi kalau ada orang ngaku cinta negeri ini namun menolak syariah Kaafah, itu cinta palsu.
" Aku Sangat mencintai negeri ini, dan sebagai wujud cintaku ini, aku ingin negeri ini diatur dengan aturan hidup yg berasal dari Allah SWT, yakni sistem Islam ".
Wonosobo, 18/09/'15
Kamis, 17 September 2015
Menulis Lagi
Menulis Lagi
Sudah lama sekali absent nulis-nulis. Memang sejak ada faceBook mata ini lebih cepat melihat beseliweran informasi. Dari informasi yang sifatnya bermanfaat sampai informasi yg sifatnya kampret, ups !
Entah mengapa malam ini bergairah lagi untuk nulis-nulis lagi, ya ini tulisan ini saya buat dalam kondisi bergairah. Beberapa kesibukan lapangan ( halah sok sibuk ) membuat seolah tak asa waktu untuk menulis. Kembali ingin nulis lagi setelah melihat beberapa catatan sahabat yang memenuhi blognya dengan tulisanya. Emang sih, sudah sering nulis dicatatan facebook, tapi setelah gali informasi banyak saran untuk menulis di blog saja, sementara facebook hanya sebagai lintasan iklan saja agar menarik pembaca di blog. Ada beberapa saran dari temen yg jago marketing online untuk aktif nulis di blog saja. Katanya bisa menghasilkan uang juga lho kalau ada yg ngiklan di blog kita.
Ah tau lah, itu tidak tak pikirkan, yang penting bagiku nulis dan nulis saja. Ya minimal sehari satu saja. Minimal lho..., bismillah...
Emang sih kalau menulis tulisan dalam sebuan tempat yang bisa diakses oleh orang lain maka tulisan kita menjadi tidak bebas lagi, disana ada proses edit sehingga tulisan kita bisa dinikmati oleh pembaca. Ini berbeda dengan kalau kita menulis cara tradisional di buku diary ( ini sejenis buku catatan ya, bukan nama penyakit mencret, hehe..), maka tulisan kita akan lebih bebas dalam menuangkan ide pikiran.
Ngomong-ngomong buku diary aku jadi teringat kebiasaan menulis saat SMP-SMA, aku punya buku catatan harian yg aku simpan rapef-rapet, tulisanya macem-macem, isinya gila deh. Ya memang ini buku hanya buat aku pribadi, gak ada yg boleh tahu. Eh..tapi walaupun disimpen rapet tetep ada bapak yg punya penglihatan tajam mengindera kegemaranku nulis catatan harian, akhirnya bapak usil juga dengan curi-curi pandang melihat buku catatanku, mampus aku...
Dari hal yg remeh temeh, sepele, aneh ,dan gak ada artinya aku tulis. Dan itupun nulisnya asal-asalan saja,dan apa adanya.
Buku harianku itu sekarang entah raib kemana, semoga saja dimakan tikus aja, sehingga gak ada yg baca. Oya pas SMA juga rumah juga sering cetak-cetik suara ketikan manual, tak..tik..tak..tik.., suaranya keras sekali sehingga sering menggangu tetangga sebelah, gimana gak mengganggu coba, lha wong ngetiknya bisa sampai tengah malam, haha.. ( ketawa jahat ).
Nyeleneh juga dulu pas SMA pernah bercita-cita jadi WTS, wah... jangan berpikiran mavam-macam dulu ya, ini hanya sekedar singkatan aja dari Writer, Trainer, Speaker. Istilah WTS ini aku dapatkan dari beberapa buku yg ditulis oleh penulis andreas harefa, seorang penulis produktif. Bukunya entah sekarang hilang kemana. Oya saking sukanya baca buku, pernah bapakkku memasukkan seluruh buku bacaanku satu lemari , kedalam karung goni dan disimpan dalam gudang pengab, jauh dari sinar ultraviolet.., ya bapak khawatir kegemaranku baca buku sampai larut malam membuat aku tidak belajar pelajarann sekolah. Emang bener juga sih jadi malas belajar karena baca buku yg gak ada kaitanya dengan pelajaran sekolah. Tapi sebenarnya gak ada kaitan rajin belajar dengan kegemaran hobi membaca, tinggal pandai-pandai aja ngatur waktu. Nah disinilah masalahku, gak pinter ngatur waktu, dan kalau udah asyik dengan satu pekerjaan maka yg lain bisa terabaikan.
Mungkin ini dulu, udah lumayan ngantuk nih, habis operasi SC ada dua.., capeknya... hoaamm....
Semoga tulisan sederhana di blogku ini nanti bisa sedikit bisa memberikan inspirasi.
*salah satu kesibukanku adl momong dan bermain dengan anak, tuh lihat fotonya di atas :-)
IBS RSUD Wonosobo, 18/09/'15
Langganan:
Postingan (Atom)