Sabtu, 10 Oktober 2015
Budaya Pergerakan : Mencatat
Budaya Pergerakan : Mencatat
Seorang aktivis Pergerakan, dakwah adalah poros kehidupanya. Hidup dan matinya hanya untuk Islam saja.
Realitas kehidupan yang beragam, dari urusan koordinasi dakwah, urusan keluarga, sampai urusan pekerjaan , dan berbagai urusan lainya yg ia hadapi sejak bangun pagi sampai menjelang rehat malam. Mengharuskan ia mengatur jadwalnya sedemikian rupa, sehingga ia bisa menjalankan tugas-tugasnya secara baik.
Disekitar kehidupanya berseliweran beragam informasi. Dimana informasi itu sangat banyak jumlahnya, sementara kapasitas otak dalam mengingat informasi sifatnya terbatas. Disinilah perlunya mencatat. Mencatat membantu kita untuk mengingat dan juga sekaligus merapikan data yg yg sewaktu-waktu memang penting untuk kita tampilkan kembali.
Kadang saya merasa heran, ketika ada aktivis pergerakan ketika menghadiri sebuah rapat koordinasi, ia nya datang hanya dengan membawa badan saja. Tidak ada pulpen, tidak ada buku, dan tidak ad catatan. Padahal banyak keputusan dan informasi rapat yg harus banyak ia ingat.
Wonosobo, 11/10/'15
Rabu, 07 Oktober 2015
Mengelola Banyak Kepala
Mengelola Banyak Kepala
Dalam sebuah organisasi, komunitas, atau pergerakan berkumpul banyak manusia di dalamnya. Orang-orang yg ada di dalamnya adalah sangat beragam, dengan latar belakang pendidikan, dan karakternya masing-masing. Dari sisi pendidikan ada yang anak kuliahan, profesor, bahkan lulusan SD, sementara dari sisi karakter ada yg temperamental, ada pula yg pendiam. Ada yg lebih banyak mendengarkan, ada pula yg aktif mengemukakan pendapatnya.
Saya banyak belajar dari kutlah dakwah yg dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW, di dalamnya beragam orangnya, yang tidak lain adalah para sahabat Generasi terbaik as sabiqunal awwalun. Di dalamnya ada remaja-pemuda, ada pula kalangan tua, ada yg bertipe akademis-intelektual, ada pula yg sederhana, ada yg berwatak keras, ada pula yg berkarakter lemah lembut. Lihatlah bagaimana bagaimana beragamnya mereka, ada Ali bin abi thalib, ada Umar bin khattab, ada usman bin affan, ada abu bakar as sidiq, ada zubair bin awwam, ada thalhah bin ubaidillah, ada Hamzah dsb...
Dengan beragamnya banyak orang, tentu akan beragam pula isi kepalanya. Nah disinilah diperlukan kepemimpinan yg mempunyai kewenangan untuk menkoordinir dan mengkomando banyak kepala ini. Tanpa pemimpin yang menyatukan ini, mustahil akan terjadi keselarasan gerak. Padahal ini adalah hal yang sangat penting. Begitu pentingnya sampai-sampai dikatakan " kebatilan yg terorganisir akan mengalahkan Kebenaran yg berserak ".
Bagi para pengemban dakwah pejuang Syariah dan Khilafah, kepemimpinan disatukan oleh Fikrah dan Thariqah yg diadopsi oleh pergerakan. Berputarnya mereka banyak kepala ini disatukan oleh ikatan Mabda Islam dan Tsaqafah yg di tabani ( diadopsi ) oleh pergerakan. Dan layaknya sebuah pergerakan maka ada aturan khusus yang mengikat para aktivisnya dalam menjalankan roda pergerakan, yakni berupa aturan administratif ( idariah ).
Dengan sistem pergerakan yg dibuat rapi inilah , para aktivis pergerakan senantiasa dievaluasi terkait sejauh mana mereka menjalankan amanah dan tanggung jawab yg tauran yg telah ditetapkan. Keterikatan para aktivis pergerakan terhadap aturan administratif ini sifatnya mengikat, dan harus dilaksanakan. Pelanggran terhadapnya harus menjadi evaluasi yg serius.
Dan dalam sebuah pergerakan akan terjadi dinamika internal di dalamnya, namun dinamika internal ini tidak berada dalam ranah substansial yg fatal, atau tidak pada level fikrah dan thariqah, karena jika ada penyelewengan dalam hal fikrah dan thariqah ini maka bisa membuat aktivis pergerakan baik langsung atau tidak langsung menepi dari sebuah pergerakan.
Sahabatku, semoga kita menjadi orang yg istiqamah untuk terorganisir menyeru dalam kebaikan.
SuroNegaran, Purworejo, 08/10/'15
Minggu, 04 Oktober 2015
Tentara Indonesia
Tentara Indonesia
Barusan jemput anak, di telp sama simbahnya anak yang lagi nonton parade pesawat terbang di TVRI. Nah sekarang Syahmi lagi nonton parade pesawat ini.
Jadi teringat materi halqah dalam kitab ajhizah, ketika membahas Jihad. Bahwa politik Luar negeri Daulah Khilafah adalah dakwah dan jihad. Komponen penting dari jihad adalah Al Jays ( Tentara ). Para tentara ini mereka sudah terlatih secara reguler untuk perang, juga mendapatkan pelatihan khusus.
Kalau kita belajar dari negara Adi Daya yang pernah jaya, maka industri perang adalah hal yg mendapatkan perhatian serius. Karena tabiat negara adi daya yg mengemban ideologi yg khas pasti berusaha untuk melakukan ekspansi ideologis.
Begitupun daulah Khilafah Islamiyah akan melakukan futuhat ( pembebasan ) keberbagai negeri, sehingga Islam bisa menjadi Rahmat bagi seluruh alam, yakni ketika Islam diterapkan secara totalitas ( kafah ). Nah politik luar negeri Daulah Khilafah adalah dengan dakwah dan Jihad.
Tambakrejo,Purworejo, 05/10/'15
Sabtu, 03 Oktober 2015
Liburan Aktivis Dakwah
Liburan Seorang Aktivis Dakwah
Hari-harinya ia gunakan untuk melakukan kontak dakwah ke masyarakat, melakukan rapat koordinasi, mengelola beberapa halqah, melakukan kunjungan ke mad'u binaan, dan memberikan laporan-laporan kepada mas'ul dakwah setempat. Bisa jadi saat ini ia ada di suatu kota, beberapa saat kemudian ia berada di kota yang lain, berbagi nasihat, mengelola sebuah team dakwah.
Dan aktivitas-aktivitas ini akan semakin padat menjelang akhir pekan. Akhir pekan, disaat orang biasa gunakan untuk beristirahat, re fresh, dengan segala macam hiburan dan liburan, justru ia gunakan untuk mengintensifkan sebuah agenda dakwah.
Ya, dakwah adalah poros kehidupanya.
Disaat bersamaan, ia adalah seorang yang bekerja mencari sesuap nasi untuk menafkahi keluarganya, banyak pula masalah-masalah kehidupan yang ia hadapi, yang tidak jarang membuat air mata menetes ditengah gelapnya tengah malam yang sunyi.
Kadang..., terpikir untuk bisa hidup normal..., sebagaimana kebanyakan orang. Bekerja dengan segala dinamikanya, menjelang akhir pekan merencanakan sebuah liburan keluarga, dan seterusnya....
Mungkin ada yang kepikiran, " kapan aku liburan ?"
=======================================================
Jadi teringat salah satu buku tulisan Ustad Fahmi Amhar, 30 Jurus mengubah Nasib. Salah satunya adalah ubah hiburan.
Ketika engkau menyusuri jalan berbukit, melihat pemandangan persawahan yang luas, indahnya pohon disisi kanan kiri jalan, engkau merasa bahagia, maka itulah hiburan. Padahal saat itu engkau dalam perjalanan mengisi sebuah binaan yg rumahnya berada di daerah terpencil.
Saat engkau melihatbanakmu yg mungil menggemaskan tidur disampingmu engkau merasa bahagia, itulah hiburan. Padahal saat itu engkau sedang mengisi sebuah forum kajian.
Itu kan hiburan ? Lha liburanya kapan ?
Sepertinya tidak ada liburan dalam dakwag ini. Lha wong dengan dakwah ini kita merasa gembira jiwa ini. Masak mau libur dari hal yang menggembirakan jiwa ?
Tambakrejo, Purworejo, 03/10/'15
Langganan:
Postingan (Atom)