Mengamati, Melihat, memahami, Dan Menuliskannya

Jumat, 02 Agustus 2013

Menulis untuk membebaskan



Dalam beberapa lembar kitab sirah Rasulullah SAW pasca berdirinya daulah islam di Madinah. Rasulullah membangun stabilitas politik dalam negeri, juga sekaligus menyiapkan strategi politik luar negeri.


Dalam menjalankan politik luar negerinya rasulullah SAW bertumpu pada metode bakunya yakni dengan Dakwah dan Jihad.

Ada beberapa hal yang menjadi perhatian saya ketika melihat bagaimana Nabi Muhammad SAW sebelum membebaskan negeri-negeri di luar daulah Islam. Perhatian saya ini terpusatkan pada kebiasaan Rasulullah Saw mengirimkan delegasinya untuk berkorespondensi dengan penguasa negera-negara di luar daulah islam madinah, ya surat-menyurat. Kita bisa lihat dalam beberapa catatan kitab Sirah nabawiyah bagaimana rasululah mengirimkan utusan untuk menyampaikan suratnya ke pemimpin Negara-negara di luar daulah islam Madinah. Tentu surat yang diberikan rasulullah SAW diberikan dalam konteks Dakwah. misalnya Rasulullah sebagai representasi kepala Negara daulah islam mengirimkan surat ke dua adidaya besar, yakni Persia dan romawi, beserta ke sejumlah ke negera-negara lainya.

Terhadap surat yang diberikan rasulullah SAW ke masing-masing kepala Negara yang menjadi objek dakwah ini pun mendapatkan tanggapan yang berbeda dari masing-amsing negara. Ada yang menerima  surat ini dengan baik, namun ada juga yang penerimaanya sangat buruk bahkan surat dari nabi ini di robek-robek,inilah yg terjadi pada surat yg diberikan pada raja Kisra-persia.

Diawali dengan surat-menyurat inilah kemudian negeri-negeri diluar daulah Islam madinah akhirnya dibebaskan.

Apa isi suratnya ? jika kita melihat isi surat dari rasulullah untuk para penguasa negeri-negeri di luar daulah islam tidak lain adalah menyeru untuk tunduk pada Ideologi islam.

Begitu pentingnya menulis sampai-sampai rasulullah mengangkat seorang sahabat khusus untuk menulis surat yang akan dikirimkan ke negera-negara yang akan menjadi objek dakwah, selain itu juga rasulullah secara khusus mengangkat seorang sahabat pembubuh stempel daulah islam dalam setiap surat-menyuratnya.

Setidaknya dari inspirasi surat-menyurat rasulullah kepada para penguasa inilah saya mengambil tulisan ini dengan judul “ menulis untuk membebaskan “. Karena Rasulullah menjadikan kebiasaan menulis surat ini untuk dalam rangka membebaskan umat atau negara dalam yang terjerembab pemikiran kufur diluar ideology islam.

Selain terinspirasi dari kisah surat-menyurat rasululah ini, Saya pribadi punya pengalaman cukup menarik terkait tulis-menulis. Pernah ada seorang kawan di FB yang dalam dunia nyata saya sebenarnya tidak kenal. Suatu ketika kawan ini tiba-tiba SMS saya, karena memang nomor Telepon saya cantumkan di data profile yg bisa dilihat untuk umum. Kawan yang awalnya tidak saya kenal ini mengajak saya ketemuan, dalam sms nya kawan saya ini juga ingin ngaji. Saya sendiri sempat ragu untuk menemuinya. Tapi saya berpikir positif sajalah, karena jarang-jarang ada orang yang menawarkan diri untuk ngaji.

Kami janjian disuatu tempat dan jam yang telah disepakati bersama. Ketika bertemu langsung dengan kawan saya ini, kawan saya ini masih muda, baru lulus dari sebuah SMA. Setelah berkenalan , saya bertanya kepada kawan saya ini mengenai apa motivasi dia untuk ngaji , mengapa ngajinya menghubungi saya,dan bukan yg lainya ? dari jawaban kawan tersebut,  saya ,mengambil banyak pelajaran penting. Kawan saya ini mengatakan, bahwa dulunya dia tidak begitu peduli dengan agama, bahkan cenderung acuh, dari pengakuanya juga bahwa hidupnya juga amburadul, kerjaanya pacaran, nongkrong,dan kegiatan negative lainya. Tapi pemikiranya mulai berubah total ketika –yang entah dari mana asalnya- dia membaca beberapa postingan tulisan dari Ustadz fellix siauw. Saya sendiri tidak tau postingan yang mana dan posting tentang apa, yang saya ketahuai hanya bahwa Ustadz Fellix memag sering posting di FB maupun Tweet, dan penggemarnya dan pengikutnya memang cukup banayak. Nah dari salah satu postingan ustad fellix di FB ini menurut pengakuanya ia mulai berpikir tentang kehidupan yg dijalaninya. Dari situ ia semakin intens memaca tulisan ustadz Felix siauw, hingg akhirnya ia merasa “ tercerahkan “ dengan tulisan-tulisan ustadz fellix siauw.

Dari pembacaan yg intens di FB terhadap tulisan ustadz fellix siauw ini ada keinginan dari kawan saya ini untuk lebih dalam dalam mengkaji islam, hingga akhirnya ia memutuskan untuk belajar di salah satu pondok pesantren yang ada di kota wonosobo,provinsi  jawa tengah. Kota wonosobo adalah tempat saya bekerja. Walaupun domisili saya ada di kota Purworejo, 1,5 jam perjalanan dari kota wonosobo.

Terus secara intens kawan saya ini mebaca terus tulisan Ustadz fellix siauw lewat FB, yang akhirnya membuat kawan saya ini berpikir, ustadz fellix ngaji dimana ya ? singkat cerita akhirnya kawan saya ini tahu bahwa beliau ustadz fellix adalah salah satu aktivis partai Islam Internasional. Dari awal inilah kemudian kawan saya ini mencari siapa aktivis partai islam internasional yang ada di wonosbo ? ada keinginan dari kawan saya ini untuk mengkaji islam dengan partai islam ini. Hingga akhirnya ia menenmukan FB saya, kemudian ngajak ketemuan, dan halqah rutin tiap pekan sekali.

Dari pengalaman ini , saya pribadi tidak habis pikir, betapa tulisan walaupun tidak pernah bertatapan langsung dengan yang menulis, bahkan tidak kenal dengan penulis dari tulisan yang dibaca, ternyata mampu “ membebaskan “ dan mencerahkan pemikiran yang kemudian tergerak untuk berubah. Fakta pengalaman ini benar-benar menancap dalam benak dan pikiran saya betapa urgentnya menulis. Mengingat juga globalisasi dengan perkembangan tekhnologinya membuat dunai ini seolah saling berdekatan dan senantiasa bergerak cepat. Dan tentu dakwah pun bisa memanfaatkan perkembangan ini untuk proses perubahan masyarakat.

Dari pengalaman ini kemudian membuat saya harus memprospek dunia tulisa-menulis, saya sendiri mulai menulis di blog Pedangideologis.blogspot.com , juga mulai rajin menulis di catatan FB yang kemudian saya “ tag “ ke sahabat-sahabat saya. Content isi tulisan yang saya buat adalah dalam rangka “ menulis untuk membebaskan “, singkatnya dalam rangka dakwah. Terkhusus dakwah yang bersifat ideologis.

Banyak hal menarik yang saya dapatkan, walaupun saya masih amatir dalam dunia tulis-menulis. Alhamdulillah walaupun amatir ternyata ada yang suka, bahkan ada yg salah seorang pelajar yang ingin ngaji karena membaca tulisan yang saya tag ke salah seorang teman, yang kemudian secara sengaja ia baca juga, akhirnya ia nge-add FB kemudian minta setiap saya nulis minta di tag, hingga akhirnya dia menyatakan mau ngaji, subhanallah….

Point yang saya dapatkan adalah bahwa dakwah dalam media yang semakin canggih ( FB, tweet, Blog ) bisa menjadi opsi pilihan untuk menyebarkan pemikiran islam secara massif dan murah tentunya.

Hal lain yang saya amati, buku-buka yang bercorak islam ideologis jangkaunya masih belum begitu luas. Padahal saya melihat buku-buku karya pejuang islam ideologis begitu bagus dan menginspirasi, walaupun dalam –pengamatan saya – khususnya di kota purworejo tempat saya tinggal masih dalam kalangan terbatas. Saya yakin prospek kedepanya karya tulisan penulis-penulis islam ideologis akan menajdi pilihan umat. Kok sekarang jadi kayak pengamat ya ? J Alhamdulillah saya juga meretas sebagai pedagang buku-buku islam ideologis. Dan beberapa orang yg saya tawari ternyata tertarik dengan buku-buku karya penulis ideologis, setidaknya untuk kelas kota kecil Purworejo.

Dari melihat banyak hal itulah membuat siapapun termasuk saya untuk meramaikan dunia tulis-menulis, dan menulis untuk membebaskan, tentu dengan tukisan yg bercorak islam  ideologis.

Terakhir saya ingin ceritakan kisah saya sendiri sebelum berkenalan dengan Islam ideologis. Awal kuliah saya suka denagn beberapa tulisan, saya masih ingat waktu itu adalah bulletin Gaul Islam, saya awalnya mulai mengenal beberapa penulis, seperti Oleh solihin, iwan januar, Guslaeni hafidz. Beberapa tulisan ini kemudian saya copy paste untuk bulletin yang saya sebarkan ke tema-teman di kampus, tanpa mengetahui siapa mereka para penulisnya, dan latar belakangnya, yang saya tau hanya saya suka tulisan mereka. Baru beberapa tahun kemudian, smester 3 kuliah saya mulai ngaji, oo…baru saya tahu sedikit banyak latar belakang para penulis yangg saya sebut J

Jika para penulis ini bisa menginspirasi saya, dan kawan saya di wonosobo, dan menginspirasi yang lainya, mengapa saya tidak ? setidaknay saya pun sedang meneladani untuk meretas ke para tauladan.

“ Menulis untuk membebaskan “ ! Allahu Akbar !!


( Pristian Surono Putro,melengkapi  syarat menjadi anggota belajar nulis )
Wonosobo, 31/07/2013

Tidak ada komentar: