Mengamati, Melihat, memahami, Dan Menuliskannya

Jumat, 18 September 2015

Cinta




Cinta

Orang sering bilang " Aku cinta tanah air ku "

Ada juga yang lain " Aku sangat mencintai kekasihku ".

Kalimat di atas sebagai sebuah pernyataan memang sebuah hal yg fitrah naluriah, wajar, lumrah. Rasulullah SAW saat di Madinah pun merindukan kampung halamanya di Makkah. Sampai batas pernyataan di atas saya pikir belum bermasalah. Baru bisa dilihat hukumnya saat " action " dari bentuk rasa cinta itu.

' Aku sangat mencintai kekasihku ", actionya dengan mengajaknya berzina, berkhalwat, nah yg begini ini diharamkan, dan pasti merusak. Berbeda perkaranya jika wujud cinta itu adalah dengan menikahinya, nah ini jalan yg syara' berikan. Jadi kalau ada orang yg katanya cinta kok ngajak maksiyat itu sama aja omong kosong.

" Aku cinta tanah air ku ", actionnya dengan menyerahkan sumber daya alam negeri ini ke swasta asing, diterapkanya sistem kapitalisme-sekularisme, membebek dengan sistem hukum-sistem kehidupan warisan penjajah, membiarkan kemaksiyatan merajalela, nah yang begini ini adalah hal yg diharamkan, dan pasi membuat negeri ini rusak.

Lain perkaranya jika cinta negeri ini dengan mengikuti apa maunya pencipta alam semesta ini, yakni diatur dengan sistem kehidupan yg berasal dari Allah SWT, pastinya negeri ini akan menuai keberkahan. Jadi kalau ada orang ngaku cinta negeri ini namun menolak syariah Kaafah, itu cinta palsu.

" Aku Sangat mencintai negeri ini, dan sebagai wujud cintaku ini, aku ingin negeri ini diatur dengan aturan hidup yg berasal dari Allah SWT, yakni sistem Islam ".

Wonosobo, 18/09/'15


Tidak ada komentar: