Mengamati, Melihat, memahami, Dan Menuliskannya

Senin, 24 Desember 2012

Ketika saya di ajak natalan seorang kawan


Tulisan saya ini terinspirasi dari catatan yg ditulis oleh prof.fahmi amhar berkaitan dengan pengalaman beliau ketika masih muda dulu, dimaan rumahnya dikelilingi tetangga non-muslim, dan bagaimana juga pengalaman prof.Fahmi amhar ketika beliau study diluar negeri berkaitan dengan kehidupan tempay kost beliau saat perayaan natal ( untuk lebih jelasnya bisa baca di note prof fahmi amhar di fB beliau dengan judul “ belajar bersikap tepat saat perayaan natal “.

Nah tulisan saya terinspirasi dari pengalaman Prof fahmi amhar tersebut. Barangkalai saya dan kita semua ini punya temen non muslim, apakah ditempat kerja, kuliah, sekoalh, guru ataupun mungkin tetangga kita. Termasuk saya punya sahabat dari non muslim. Cerita saya ini ketika saya kuliah dulu. Dan bisa dibilang saya cukup berkawan akrab dengan temen non muslim tersebut, setiap pulang-pergi biasanya kita berangkat bareng, bagi temen se-kampus dulu pasti tahu siapa namanya ;-), ketika smisalnya saya pas hari minggu ada acara diluar dan temen saya ada acara kebaktian saya juga ngantar sampai depan Gereja Kristen katolik ( depan SMPN 2 Purworejo ), karena kebetulan kita sejalur jalanya,jadi istilahnya sekalian bareng, walaupun tujuanya beda acara.

Singkat cerita waktu itu tgl 25 desember. Yang namanya sahabat pasti ya biasanya ngajak kawanya jika ada kegiatan, termasuk temen saya non muslim ngajak saya makan-makan dirumahnya dalam rangkan merayakan natal. Waktu itu saya berpikir bagaimana cara menjelaskan pada temen saya tersebut bagaimana menjawab ajakan temen non-muslim tersebut. Waktu itu tanpa basa-basi saya hanya sampaikan : “ gini mas, dalam agama yg saya anut ( islam ) kami dilarang utnuk mengucapkan selamat natal,ataupun merayakan natal, karena jika saya ikut serta mengikuti perayaan natal berarti kami membenarkan keyakinan agama mu mas, sedangkan kami punya keyakinan berbeda tentang konsep ketuhanan yg itu berbeda dengan agama yg mas anut, apa perlu kita berdiskusi untuk menguji kebenaran konsep ketuhanan antara agama saya dengan agamamu mas ?” Temen saya yg non-muslim itu tersenyum-senyum sambil bilang “ Oke priss..”. setelah itu seperti hari-hari biasanya kami kuliah berangkat bareng,kalo pas satu kelompok belajar saya dengan temen saya itu juga belajar bareng...dst..

Pernah suatu hari, saya dipinjemin buku kristologi dari seorang temen yg membahas kesalahan-kesalahan doktrin kristen yg ditulis oleh Pak Insan L mokaginta ( seorang mantan bergama kristen ( mualla ) yg kemudian menjadi seorang kristolog ). Buku itu bagi saya cukup menarik, karena pak insan Mokaginta ini menguasai betul kitab Injil. Saya sodorkan buku itu untuk dibaca temen non-muslim saya sekampus, sambil meyidorkan saya bilang : “ jika ada yg perlu didiskusikan dari buku ini,nanti kita diskusikan ya “ ( saya berharap temen saya ini masuk Islam ). Siangnya seperti biasa saya pulang bareng, waktu itu pas waktu dzuhur,saya mampir ke masjid agung purworejo, temen saya nunggu diserambi depan masjid. Nah setelah selesai shalat tanpa diluar dugaan saya, temen saya yg non muslim ini mengajak diskusi dengan saya tentang interaksi Islam dengan Kristen. Waktu itu temen saya ini memulai diskusi denagn meyoroti kasus terorisme yg cenderung mengarah ke Islam. Dia minta tanggapan saya terkait hal itu. Waktu itu saya sampaikan contoh sampel kasus terorisme yg penuh rekayasa ( bom bali, peristiwa runtuhnya menara WTC dsb ) yg dilakukan oleh negara-negara barat, saya yakinkan bahwa itu adalah usaha barat yg beridiologi kapitalisme untuk mengahancurkan Islam.

Temen saya ini juga menanyakan tentang gagasan negara Islam. Menurut persepsinya negara islam akan menindas minoritas ? waktu itu saya hanya jelaskan ke dia, tentang pluralitas di negara islam pertama dimadinah dimana rakyatnya plural,ada islam, nasrani,yahudi,dll.. namun aturan yg diterapkan disana sama ykni sistem Islam. Islam tidak memaksa pemeluk agama lain ( nasrani ) agar menajdi Islam,karena tidak ada paksaan dalam islam. Justru negara islam akan menjamin pluralitas keberadaan agama. Waktu itu saya contohkan bagaimaana damainaya andalusia, sebuah wilayah Ke-Khilafahan islam yg disebut sebagi negeri 3 agama ( yahudi,nasrani,Islam ) yg hidup damai berdampingan,karena sistem islam menjamin keamanan, darah,kehormatan,dan harta non muslim. Temen saya ini berkomentr singkat “ oo..ngono ya pris, yo wis.”,  kami sepakat pulang, ketika beranjak mau pulang saya nanya gimana bukunya bagus kan ? ( buku karya Pak Insan Mokaginta ). Dia jawab : “ Apik,Apik..”. langsung saya bilang : “ masuk islam yuk ? “. Sambil tersenyum dia bilang : “ ah, kowe ki pris..,wis yo bali-bali..”. akhirnya kami pulang.

Wonosobo,Ibs,25/12/’12.






Tidak ada komentar: